Oleh-Oleh dari Diskusi Publik
"meneropong Banyumas 25 Tahun Mendatang"
Hari Jum’at, tanggal
14 Agustus 2015, di Aula Fisip Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman)
Purwokerto di gelar sebuah diskusi publik dengan tema “Meneropong
Banyumas 25 Tahun Kedepan”. Diskusi ini diselenggarakan oleh Program Magister Administrasi Publik Unsoed
yang bekerjasama dengan komunitas Banyumas Inspirasi (BI). Pemilihan tema ini merupakan
bagian dari studi masa depan (future studies)
yang merupakan isu terbaru dari satu komunitas
Banyumas Inspirasi, sebuah gairah untuk melakukan peneropongan tentang masa depan. Diskusi public ini menghadirkan 3 (tiga) orang nara sumber, yaitu Bappeda Kabupaten Banyumas, Luthfi Makhasin,MA,Ph.D (Dosen Fisip Unsoed) lulusan S3 dari sebuah kampus di Australia dan Prof.Dr.Ir.Kuntoro mangkusubroto,MSIE.,MSCE. Untuk nama terakhir ini cukup mentereng mengingat kapasitas dan rekam jejak beliau yang luar biasa. Putera asli Banyumas ini merupakan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan sejak 22 oktober 2009. Beliau juga adalah Mentri Pertambangan dan energi Indonesia di era kabinet reformasi pembangunan. Disamping itu, ternyata Profesor yang satu ini juga pernah menjadi sebagai Direktur Utama PLN pada tahun 2000-2001.
Diskusi Publik ini di
moderatori oleh Saudara Firdaus HC yang kesehariannya adalah Manajer Organisasi
Kopkun dan juga Koordinator Banyumas Inspirasi. Dalam pengantarnya Firdaus mengkisahkan
bahwa agenda diskusi ini berangkat dari kegelisahan
tentang sebuah masa depan. Setelah melakukan googling, akhirnya ditemukan buku
yang bertema "future studies" yang di cetak tahun 1930-an. Akhirnya,
lahirlah ide untuk menggelar diskusi publik dengan mengambil lokus Banyumas.
Diskusi berlangsung dalam format panel dimana masing-masing pembicara diberi
kesempatan untuk memaparkan pemikirannya dan kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab
dengan audience. Kesempatan pertama diberikan kepada Bappeda Kab.Banyumas yang dalam
hal ini diwakili oleh Pak Joko. Pak Joko memaparkan tentang visi dan misi
Banyumas yang terangkum dalam sebuah konsep grand design Kabupaten Banyumas. Materi
presentasi ini sangat penting sebagai bahan dan juga landasan untuk melakukan
peneropongan.
Kesempatan kedua diberikan kepada Pak Luthfi Makhasin,MA,Ph.D. Pak
Lutfhi berpendapat bahwa studi masa
depan atau biasa disebut dengan Future studies merupakan hal penting
dan sudah sangat familiar di negara-negara lain, namun di Indonesia hal ini sering
diabaikan. Beliau mencontohkan bagaimana studi tentang proyeksi pertumbuhan
penduduk bisa dikaitkan dengan rumusan strategi pemenuhan kebutuhan pangan,
kajian tentang pertumbuhan kendaraan dikaitkan dengan pola pengaturan lalu
lintas transportasi dan lain sebagainya. Beliau juga mencontohkan bagaimana Pertumbuhan
sektor property telah menciptakan keterpinggiran alamiah para penduduk asli dan
kaum lemah yang tidak berkemampuan meng-akses lahan yang harganya meningkat
tajam dalam waktu yang sangat cepat. Dalam kondisi semacam ini, para pemilik
uang akan menjadi dominan dan bila terjadi pembiaran berpotensi
melahirkan dampak hilangnya ciri khas Kabupaten Banyumas.
Sementara itu, pada kesempatan ke-03, Prof.Kuntjoro memulainya
dengan sebuah joke segar. Beliau mengatakan
bahwa membicarakan masa depan sebenarnya gampang-gampang susah. Kalau
membicarakan masa depan dalam waktu singkat (misalnya melakukan proyeksi untuk
2 minggu ke depan) mungkin sangat mudah
melakukannya walau sebenarnya jauh lebih mudah memproyeksi atau meneropong potret
masa depat di 100 tahun mendatang. Alasannya sederhana saja yaitu para
peneropong tidak perlu ikut bertanggungjawab sebab hamper bisa dipastikan para
perumus sudah tutup usia saat 100 tahun itu dating. Mendengar hal ini, lLangsung
saja disambut tawa segenap audience yang hadir.
Dalam perspektif beliau, untuk menyusun proyeksi 25 tahun ke
depan, Beliau menyarankan jangan defensif
tetapi memilih ofensip dala arti seluas-luasnya. Beliau mendorong agar kemampuan
berfikir jangan dikebiri dengan pengkotakan
sempit sebatas local area, tetapi harus bisa menjangkau persoalan-persoalan yang
mencakup urusan nasional dan bahkan dunia. Oleh karena itu, kekuatan
intelektual harus dimanfaatkan untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang mecerahkan
kehidupan luas dan bahkan bila perlu mencakup kehidupan dunia. Beliau
mengatakan saat ini bukan zamannya lagi men-soal tentang income per kapitas,
tetapi saatnya berfikir bagaimana memenuhi semua kebutuhan. Saat ini tidak
lagi zamannya bicara PDB, tetapi bagaimana pembangunan memastikan" tidak
ada yang tertinggal/semua akan terbawa”.Untuk itu, Beliau menawarkan
untuk mendobrak doktrin-doktrin yang
membuat menyesatkan dan kemudian mendayagunakan fikiran-fikiran secara brilian.
Beliau meyakinkan bahwa kaum intelektual sangat berpeluang untuk melakukan hal
itu sepanjang berkomitmen tinggi untuk membunuh rasa malas berkepanjangan yang
pada akhirnya membuat para pemikir jalan
ditempat. Beliau juga mengingatkan bahwa dunia ini sudah kian menyatu dengan
berbagai kemajuan khususnya dibidang teknologi informasi. Berkat kecanggihan
teknologi, masyarakat sudah bisa
menyaksikan apa yang sedang terjadi di tempat lain yang jauh dari posisinya
saat ini. Tteknologi juga telah membantu untuk melakukan penelusuran dan menyaksikan
apa-apa yang telah terjadi dimasa lalu dengan dokumentasi yang valid. “Kita
harus membentuk masa depan dan bukan menjadi korban masa depan itu sendiri”,
begitu pesan beliau menyemangati..
Dalam dimensi pemerintahan, beliau
memberikan satu kritikan membangun dan sekaligus menyarankan agar tidak terjebak pada persoalan-persoalan
kewilyahan, administratif dan pola birokrasi yang menghambat berkembangnya
pemikiran cerdas. Pemerintah Daerah juga sudah tidak saatnya lagi PAD oriented,
tetapi harus aktif mendeteksi dinamika masyarakat yang sesungguhnya tidak ada
dalam pembukuan pemerintah tetapi hadir dikeseharian masyarakat dan memiliki
pengaruh signifikan terhadap perkembangan kehidupan secara luas. Dalam semangat
demikian, beliau menyarankan agar Pemerintah daerah Kabupaten Banyumas mampu ”menciptakan
sebuah model" yang justru akan menginspirasi kabupaten lain untuk
mencontoh. Dalam cara berfikir demikian, maka menjadi tidak menarik untuk
membicarakan pemekaran sebuah wilayah, tetapi lebih cerdas bila sanggup melahirkan
sebuah pola yang membuat masyarakat lebih sejahtera dengan progress yang terus
meningkat. Untuk itu, Banyumas seharusnya
mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran strategis baik berbasis pada persoalan-persoalan
berskala nasional maupun berbasis pemikiran-pemikiran global. Dengan demikian, pengaruh yang bisa diciptakan juga akan me-nasional
dan bahkan men-dunia an pada akhirnya juga akan memberikan pengaruh positif
pada percepetan pertumbuhan Kabupaten Banyumas. ”Banyumas untuk dunia”,
demikian pungkasnya menyemangati seluruh audience yang hadir.


Posting Komentar
.