BHMTC MEN-DOKTRIN KE-KITA-AN DI BANTUL | ARSAD CORNER

BHMTC MEN-DOKTRIN KE-KITA-AN DI BANTUL

Rabu, 25 Juni 20250 komentar

MEN-DOKTRIN KE-KITA-AN DI BANTUL 


Puluhan warga Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tampak begitu antusias saat dijelaskan tentang filosopi koperasi lewat logika what, why dan how. Pada awalnya, mereka sedikit bingung ketika Sang Mentor mendefenisikan “koperasi sebagai kompulan orang yang men-cerdaskan”. Kalimat ini mungkin terdengar asin dan bahkan kurang relate dengan apa yang mereka saksikan dan fahami selama ini. Hal ini tercermin dari jawaban mereka kala ditanya apa itu koperasi, ada yang menjawab bisnis uang, ada yang menjelaskan toko, ada yang bilang bank titil dan ada pula yang bilang simpan pinjam.

Perlahan, nalar what, why dan how mulai merasuki fikiran mereka. Tampaknya mereka mulai terguncang dan kesimpulan mereka tentang koperasi pun mulai terkoreksi kala contoh-contoh yang lekat dengan keseharian hidup mereka menyertai penjelasan. Sampai pada fase “how”, akhirnya membuat mereka takjub betapa koperasi relevan dengan peningkatan kesejahteraan melalui pencerdasan orang-orang yang bergabung di dalamnya secara berkelanjutan. Tak sampai disitu, mereka pun kemudian mampu me-reviev sendiri atas fakta dan realitas koperasi disekitar mereka. 

Mereka yang sebagian besar berprofesi selaku pelaku UMKM terheran-heran kala koperasi menganut kode etik subsidiaritas. Penjelasan ini menjawab kekhawatiran mereka sebelumnya dimana kehadiran koperasi akan menggerus usaha-usaha yang sudah lama mereka rintis susah payah. “ Apa-apa yang sudah dikerjakan anggota sebaiknya tidak dikerjakan koperasi. Selanjutnya, apa-apa yang belum dikerjakan anggota itulah yang sebaiknya dikerjakan koperasi”, demikian penegasan Sang Mentor saat menjelaskan tentang kode etik subsidiaritas. “Intinya, usaha yang dijalankan/diselenggarakan anggota tidak boleh bersaing (face to face) dengan yang diselenggarakan oleh koperasi. Bahkan, usaha yang dijalankan oleh koperasi sebaiknya bersifat supporting dengan usaha yang dirintis dan dijalankan oleh anggota”, lanjut sang mentor agar peserta lebih faham dan meyakini bahwa berkoperasi itu akan melahirkan “nilai tambah” berkelanjutan kala semua berkesadaran membangun dan menjagaan kebersamaan (baca: kolektivitas) dan komit untuk berpartipasi secara continue atas segala aktivitas yang dijalankan oleh koperasi. Hal ini relevan dengan jargon koperasi yang berbunyi  “dari, untuk dan oleh anggota”. 

 

Usai tanya jawab dan diskusi pendalaman seputar materi, sang mentor pun memberi simpulan “bahwa sesungguhnya ber-koperasi itu adalah tindakan cerdas menolong diri sendiri (baca: self help)”. Deretan contoh yang dipaparkan sang mentor pada fase what,why dan how telah membimbing mereka untuk mensepakati simpulan itu. Bahkan, mereka meneriakan bersama-sama bahwa "orang yang tidak ber-koperasi sebagai tindakan “kurang cerdas” 

Tulisan diatas adalah tentang  kegiatan “Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Koperasi” yang diselenggarakan Oleh Dinas Koperasi,UKM, Perindustrian dan Perdagangan Pemkab. Bantul, Yogyakarta. Pelatihan ini berlangsung 4 (empat) Hari terhitung sejak hari selasa, 24 Juni 2025 kemarin. BHMTC (Bio Hadikesuma Management Training Consulting) bertindak sebagai fasilitator dalam agenda penting ini.


Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved