KE-UNIK-AN “CARA BERKEPEDULIAN”
“YANG TERUS BERLANJUT"
Model Ber-kepedulian Yang Tak Biasa
Selalu ada saja ide dan aksi kreatif bernada “kebaikan” dari seorang
sahabat yang punya gaya fikir “
out of the box” ini. Langkahnya selalu keren, inspiratif dan berhasil menggoda “siapapun” yang mau berfikir sejenak. Hebatnya lagi, ke-bisa-annya mengkomunikasikan kepada teman dan sahabatnya, berhasil memantik untuk kemudian melibat dan menjadi bagian dari aksi itu. Tak pernah ada paksaan dalam
membahasakan ajakanya,
kesadaran baru yang terbangun pada orang-orang yang digodanya menjadikan “aksi kebaikan” itu meluas dengan sendirinya. Kali ini, penulis mengangkat aksi kepedulian model terbaru yang kemudian disebutnya dengan istilah “operasi lapar”

Obyek aksi “operasi lapar” ini adalah para tunawisma yang biasanya tidur di emperan toko di sekitar kota purwokerto dan juga mereka yang tengah berjuang mencari jawab atas persoalan hidup dasar. Barisan tunawisma ini ada yang murni gelandangan dan ada juga orang dari desa pinggiran yang sengaja mengais rezeki di kota dan kemudian pulang ke desa asal untuk bertemu keluarganya sekali seminggu. Untuk urusan mandi, biasanya mereka memanfatkan kamar mandi umum, seperti di mesjid, pom bensin dan lain sebagainya. Dalam “operasi lapar” ini, mereka membagi makanan yang dikemas dalam bungkusan. Terkadang aksi ini dipusatkan di satu warung dimana para tunawisma bebas memilh menu dan makan sepuasnya. Satu warungpun ludes seketika dan pemilik warungpun ikut memperoleh dampak dari aksi ini.
Disamping pemilihan obyek yang unik, pemilihan waktu “membagi makanan” inipun juga diluar kebiasaan.
Awalnya dilakukan di awal sepertiga malam dengan maksud menawar rasa lapar bila memang tidak ada yang bisa dimakan sejak sore. Setelah aksi ini dilangsungkan beberapa hari dan coba mendalami
realitas keseharian mereka, tertemukan “jalan tengah”, yaitu disepertiga malam terakhir. Pemilihan waktu ini dinilai lebih efektif karena
menjadi pengobat perut kosong bagi tunawisma yang kebetulan tidak ada yang bisa dimakan sore tadi dan juga bisa menjadi bekal sarapan pagi
bagi tunawisma yang kebetulan belum memiliki sangu yang cukup untuk sekedar membeli sarapan pagi.
Surplus
Asalnya aksi ini didanai oleh sang inisiator dengan menyisihkan sebagian dari rezekinya. Belajar berbagi, merawat bathin dalam urusan kepedulian, mengembangkan rasa syukur atas segala kebaikan Tuhan, menjadi motif aksi unik ini. Namun, tak berselang lama dan dalam hitungan hari, melalui pengkabaran kepada temen dan sahabat yang terkemas dalam bahasa sederhana, beberapa diantara mereka langsung tergerak untuk ikut berkontribusi, ada yang langsung transfer dan ada pula yang langsung datang ke rumahnya mengantar uang cash. “mohon maaf bro, aku ndak bisa ikutan membagi makanan secara langsung kepada para tunawisma karena pelaknasanaannya di jam lelap tidur dan bercengkrama dengan mimpi”, ungkap seorang sahabatnya sambil meninggalkan amplop berisi uang cash. Alhasil, secara keuangan belum pernah mengalami nombok alias surplus. Artinya, peluang untuk terus melanjutkan aksi ini semakin terbuka lebar.
Rencana Men-Sudahi Aksi
“
Kenapa tidak hari jumat aja sih bro?”, Tanya seorang sahabat bernada saran di suatu waktu melalui WA. insiator pun langsung merespon singkat sambil menambahkan emoticon tertawa dipenghujung kalimatnya. “
karena lapar tak bisa menunggu sampai hari jum’at”. Namun, hampir semua sahabat dan koleganya sudah terbiasa mendapat respon singkat namun membuat kita terhenyak.
Kemarin, penulis sengaja menyambangi sang inisiator aksi “operasi lapar” ini di rumahnya. Seperti biasa, perbincangan berlangsung santai dan mengalir tanpa thema yang serius. Setiap kalau beliau mengajak bertemu, judul yang selalu ditawarkan adalah "membincang hal-hal yang ndak penting". Di ujung perbincangan, penulis menyempatkan bertanya sampai kapan aksi "operasi lapar" ini akan dia gelar.
“
aksi ini bukan untuk dikatakan hebat. Saya bahkan berterimakasih kepada mereka karena berkesempatan menjadi bagian kecil dari kehidupan mereka. Sepenuhnya, saya pun menyadari yang saya lakukan tidak akan menyelesaikan keseluruhan persoalan mereka, baik tunawisma maupun mereka yang tengah bergelut mencari jawab atas kebutuhan dasar hidup . Saya hanya sedang belajar melakukan kebaikan kecil dan mencoba mendengar serta mengambil pelajaran hidup dari kalimat-kalimat lugas yang keluar dari mereka diperbincangan ringan. Kalaupun saya mengabarkan kepada beberapa teman dan sahabat, insha Allah bukan untuk pamer, tetapi semata-mata ingin mengabarkan bahwa ada kegelisahan di lingkar hidup di kalangan saudara-saudara kita lainnya yang menarik untuk direspon secara bijak. Jadi, tegasnya ini hanya tentang belajar menjadi bagian persoalan kemanusiaan dimana masalah “lapar” menjadi bagian daripadanya. Kalau kemudian mereka tergerak atau memilih cuek, itu sepenuhnya sudah menjadi urusan Tuhan. Kalau pada akhirnya banyak para sahabat yang merawat aksi “operasi lapar” ini sehingga menjadi rutin, maka itulah waktu yang tepat untuk minggir dan kemudian mencoba mencari ide lain yang sekiranya bisa memantik kebaikan baru lagi walau hanya sekedar melakukan hal-hal sederhana’, ujar sang inisiator dengan nada datar.
+ komentar + 1 komentar
bersyukur bisa belajar dari orang2 unik krestif dan memiliki hati sprt inisiator operasi lapar ini. Barakallah....
Posting Komentar
.