KETIKA PAK GUN BER-TERIMA KASIH KE WULAN
LEWAT TUHAN
Pengantar Redaktur
Alhamdulillah, redaktur kembali memperoleh satu kisah edukatif nan inspiratif untuk disajikan kepada para pembaca. Testimoni dari sebentuk perjalanan hidup yang tersaji atas izin beliau dengan maksud untuk belajar bersama mencari hikmah. Penyebutan nama Wulan dan Pak Gun di sepanjang tulisan ini merupakan nama samaran untuk memenuhi permintaan narasumber yang sangat khawatir terjebak dalamria. Testimoni ini berisi kisah nyata yang berlangsung bulan Juli 2019 dan alhamdulillah Redaktur memperoleh kisah ini tersajikan di Agustus 2020. Semoga meng-inspirasi kebaikan para pembaca.... Amiin!!!!
Ketika Kebutuhan Muncul
“Assalamu ‘alaikum Wr Wb.. maaf Pak..apakah bapak sudah sempat melunasi uang registrasi sekolah saya?”, demikian bunyi WA dari Wulan yang membuat Pak Gun terkaget. “Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh Wulan…mohon maaf bangettt....bapak bener-bener kelupaan, Insha Allah saya segera bayar sebelum masa liburan berakhir....doain bapak segera punya rezeki ya”, Jawab Pak Gun menutup chattingan WA itu. Wulan adalah insan kiriman Tuhan yang telah memberi kesempatan Pak Guntur dan keluarganya belajar berbagi. Awalanya, Pak Guntur mengerti Wulan pertama kali saat dipekenalkan oleh teman sejawatnya yang sengaja berkunjung ke rumahnya beberapa tahun lalu, persisnya saat Wulan sedang berjuang mencari jalan untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang SLTA.
Sesudah menutup WA, Pak Gun pun langsung mengecek saldo rekeningnya via aplikasi di smartphone untuk memastikan apakah jumlahnya memadai. Persis seperti prakiraan sebelumnya, jumlahnya tidak mencukupi karena saldo rekeningnya hanya menyisakan Rp 350,000-an.Tentu angka ini kurang dari jumlah yang dibutuhkan sebesar Rp 1.367.000,oo (sejuta tiga ratus enam puluh tujuh ribu rupiah). Sesaat kemudian, Pak Gun beranjak dari duduknya sambil menghela nafas panjang. “Ya Tuhan…beri aku jalan untuk menyelesaikan biaya registrasi sekolah Wulan. Berilah kesempatan Wulan untuk sekolah sampai tamat”, lantun Pak Guntur dalam hati sambil melangkah menuju kamar untuk merebahkan badannya dikasur. Tatapannya ke atas dan terlihat kosong. Pak Gun sedang berfikir tenang mencari jalan kelur. Jempolnya terus bergerak menyambangi jemari lainnya satu persatu hingga kelingking. Kedua bibibirnya tampak terus bergerak tanpa mengeluarkan suara. Sepertinya, Pak Gun sedang berdo'a dan mem-pasrahkan urusan ini pada Tuhan.
Ketika Bunyi Telepon Menjadi Pertanda
“Kriiinggggg…kriingg..kringggg”, HP Pak Gun berdering membangunkannya dari lamunan. Dia lihat dilayar tertera nama seseorang yang dia kenal baik. Beliau pernah sangat kesohor di tanah air pada era orde baru dimana beliau pernah menjadi salah satu Mentri Kabinet pimpinan Presiden Bapak H.M.Soeharto. Mendapati nama itu, Pak Gun sedikit terkaget dan kemudian membuka pembicaraan dengan mengucapkan salam. “Dek..kamu bisa bantu saya untuk memberikan ceramah di Yogya tanggal 10 Juli 2019 nanti..??. Kebetulan saya berencana ngumpulin para binaan saya untuk up-grading dan berharap anda bisa mejadi salah satu pemateri”, demikian inti pembicaraan Pak Gun dengan Sang Mantan Mentri di siang itu. Di penghujung, Pak Gun pun menyanggupi untuk hadir.
Sepuluh menit kemudian, telepon Pak Gunt berdering kembali. Kali ini layar HP-nya hanya menampilkan nomor alias tanpa nama. Namun, karena Sang Mantan Mentri sempet menyampaikan akan ada staff nya yang akan menghubunginya untuk membincangkan hal-hal teknis, Pak Gun pun langsung menebak kalau itu dari staff beliau. Dugaannya tepat dan perbincangan teknis seputar rencana Agenda Up-grading pun berlangsung, mulai dari informasi hotel tempat pelaksanaan, tempat menginap; detail schedule dan tidak ketinggalan membahas akomodasi. Khusus bagian terakhir ini, sempet berlangsung obrolan tak biasa.
Hal ini berawal saat Pak Gun bilang “tanya Tuhan saja mbak...” saat menjawab pertanyaan tentang besarnya “professional fee” yang harus disiapkan panitia. Dengan nada setengah tertawa, staff itu kemudian mengatakan “kok gitu...., aneh....., baru kali ini saya nemu yang beginian Pak. terus saya tulis berapa di budgetting (baca: pengangggaran) nya Pak?”. Pak Gun pun menimpali, "Santai aja mbak…saya tidak berfikir mau dapat apa. Menebarkan sedikit ilmu dan berbagi pengalaman yang di-pernahkan Tuhan lebih saya utamakan ketimbang memikirkan berapa yang akan saya dapat. Saat ini, saya sedang belajar meyakini bahwa Tuhan lebih tahu apa yang saya butuhkan. Jadi, Mbak nya ndak usah pusing". Mendapati staff itu tambah bingung, akhirnya Pak Gun menambahkan lagi, “gini aja mbak, saya manut (baca: nurut) aja dalam urusan itu. Insha Allah, sepanjang tidak ada halangan saya pasti hadir di acara kalian”. Staff itu pun akhirnya setuju dan perbincangan itu pun berkesudahan dengan tertawa bersama.
Tepat jam 14.30 Wib, tanggal 10 Juli 2019, Pak Gun mulai mengisi materi di agenda up-grading itu. Sesuai schedule, Pak Gun mengisi acara sampai jam 22.00 wib dan diselingi break sholat ashar dan maghrib sekaligus makan malam. Usai menyelesaikan isi acara, Pak Gun sempatkan ngobrol santai dengan para petinggi yayasan penyelenggara upgrading tersebut dimana Sang Mantan Menteri saat ini menjabat sebagai pimpinannya. Obrolan santai ini terhenti sejenak saat salah satu staff Yayasan menghampiri Pak Gun dan kemudian menyuguhkan dokumen untuk ditandatangani. Ternyata dokumen itu administrasi absensi berikut professional fee. “Terima kasih ya Pak atas bantuannya”, ungkap staff itu sambil mengambil kembali dokumen yang sudah ditandatangani dan kemudian menyerahkan sebuah amplop kepada Pak Gun. “Alhamdulillah..terima kasih juga Mbak..semoga sukses dan berkah”, ucap Pak Guntur tersenyum sambil memasukkan amplopnya ke dalam tasnya dan kemudian melanjutkan obrolan santai.
Menjelang jam 23.00 Wib, Pak Gun izin pamit ke kamar hotel untuk istrahat lebih dulu sebab jam 04.00 pagi rencananya langsung tancap gas balik ke kota Mendoan, Purwokerto. “Alhamdulillah ya Allah…terima kasih atas rezeki yang Engkau berikan sehingga aku bisa melunasi biaya sekolah Wulan. Engkau sungguh Maha Baik dan Maha Kuasa atas urusanrejeki... Rp 1.367.000,oo yang kubutuhkan melunasi biaya sekolah Wulan tetapi Engkau berikan hampir 10 (sepuluh) kali lipatnya. Ya Tuhan…kalau memang seorang Wulan-lah yang menjadi penyebab hadirnya rejeki ini, terimakasihku pada-Mu telah memberi kesempatan menjadi bagian dari perjuangan dan perjalanan hidup satu anak bangsa bernama Wulan untuk menjadi orang yang ber-ilmu & ber-akhlak mulia. Terima kasih Tuhan atas rejeki yang jumlahnya lebih dari yang kubutuhkan saat ini...Kelebihan rezeki ini menjadikanku berkesempatan ikut ber-qurban di Hari Raya Idul Adha yang tinggal beberapa minggu lagi. Sungguh ada perasaan malu pada-Mu ya Tuhanku...sebab hamba ini masih jauh dari kata "ber-taqwa" tetapi Engkau begitu baik dan selalu menjadi penolong dalam mengarungi kesempatan dan dinamika hidup ini. Jadikan rezeki ini berkah buatku dan keluargaku serta kedua orang tuaku. Juga hadirkan berkah dan sukses buat Yayasan dan orang-orang didalamnya yang terus berjuang memberdayakan ekonomi rakyat di negeri tercinta ini. Ya Allah..efektifkan-lah segala yang ku sampaikan kepada peserta upgrading dari setitik ilmu pengetahuan dan pengalaman yang Engkau percayakan padaku.... Semoga bisa mendatangkan kebaikan-kebaikan baru, mencerahkan dan men-sejahterakan banyak orang serta membimbing mereka untuk semakin mendekatkan diri pada-Mu... Tuhan...jadikanlah aku senantiasa berada dijalan-Mu dan selalu dalam lingkar kasih sayang-Mu..sempatkanlah aku untuk senantiasa bermanfaat bagi hamba dan alam ciptaan-Mu beserta isinya......”, ucap Pak Guntur dalam hati disepanjang jalan menuju kamar hotel sambil meneteskan air mata.
Saat Skenario Tuhan Berlanjut
Setelah menempuh perjalanan sekitar 4 (empat) jam lebih dari Yogya ke Purwokerto, Pak Gun tiba di halaman parkir sekolahan Wulan tepat jam 08.15 Wib. Pak Gun pun langsung menuju bagian adminitrasi sekolah untuk menyelesaikan biaya registrasi kenaikan kelas Wulan. Sesudahnya, Pak Guntur melanjutkan perjalanan menuju rumah yang jarak tempuhnya hanya ekitar 15 (lima belas) menit.
Istri dan ketiga puteranya menyambut kepulangannya dengan senyuman. Istrinya menyapa dengan ciuma tangan dan Pak Gun pun mengecup keningnya. Ketiga putera Pak Gun pun menyusul mencium tangannya dan kemudian mereka langsung menuju kendaraan untuk menurunkan tas Pak Guntur. “Sebentar ya…papa mau langsung ke rumah Pak RT dulu mau menyerahkan iuran qurban”, ungkap Pak Gun kepada isti dan anak-anaknya. “Alhamdulillah kita bisa ikut qurban ya pah…semoga Allah semakin sayang pada keluarga kita…aaamiin”, sahut istrinya menyemangati.
Sekembalinya dari rumah Pak RT, Pak Gun langsung duduk diruang tengah sambil menikmati segelas teh dan makanan kecil yang sudah disiapkan istrinya. Baru saja mereka bertukar cerita seputar perjalanan Purwokerto-Yogya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu rumah berikut ucapan salam. Mendengar itu, istrinya langsung beranjak ke depan dan membukakan pintu. Pak Gun sempat melongok karena penasaran. Ternyata tamunya adalah tetangga sebelah yang usianya lebih kurang 80-an tahun. Tak lama berselang, istri Pak Gun masuk kembali ke dalam dan meminta suaminya untuk bergabung ke depan. “Pah….mbah itu sedang minta tolong. Barusan beliau bercerita sambil menangis karena cucunya lagi butuh sejuta hari ini dan mau pinjem uang selama seminggu. Gimana baiknya pah...?.”, ungkap istri Pak Gun sambil meraih tangan suaminya dengan lembut. “Subhanallah…skenario Allah itu memang luar biasa”, respon Pak Gun, “kenapa Pah..??”, tanya istrinya. “Nanti papa ceritain ke mama…”, jawab Pak Gun sambil menggandeng tangan istrinya menuju ruang tamu.
Sesudah mendengar Mbah itu menceritakan ulang kesusahan yang sedang dihadapinya, Pak Gun masuk sebentar ke dalam. Dia meraih tasnya dan kemudian mengambil uang sejuta dari amplop yang sama saat membayar biaya sekolah Wulan. Pak Gun kembali ke ruang tamu dan mempersilahkan istrinya menyerahkan uang itu kepada mbah tersebut. Mereka berdua pun memilih untuk menolak saat mbah itu menyerahkan “gelang emas” sebagai jaminan atas pinjaman tersebut. “Maturnuwun..maturnuwun…moga-moga hidup njenengan sehat, selamat dan rejekinya lancar..”, kata mbah itu sambil kembali meneteskan air mata dengan sikap membungkuk dan kemudian berpamitan. “Aamiin..amiin…maturuwun Mbah....”, balas Pak Gun dan istrinya sambil membimbing Mbah itu menapaki tangga teras rumah mereka.
Sumringah Itu Berujung Meng-ikhlaskan
Sesudah melepas mbah itu pulang, mereka kembali ke ruang tengah dan melanjutkan obrolan santai. Ditengah perbincangan, tiba-tiba Pak Gun melangkah ke dalam kamar dan mengambil amplop yang sebagian besar isinya sudah ter-manfaatkan membayar uang sekolah Wulan, membayar qurban dan memberikan pinjaman kepada mbah itu. “Ma..ini ada rejeki dari Tuhan untuk pegangan mama dari perjalanan papa ke Jogja”, ungkap Pak Gun sambil menyerahkan amplopnya. “Alhamdulillah..terima kasih ya pah.....semoga berkah..Aaamiin”, respon istri Pak Gun sambil menerima amplop dan menghadiahkan kecupan sayang ke pipi suaminya. Sesudah kembali duduk, akhirnya Pak Gun pun berceita tentang drama rejeki Tuhan yang akhirnya sebagaian juga sampai ditangan istrinya. Pak Gun memang punya kebiasaan menceritakan hal-hal semacam ini sebagai bagian dari cara mendidik keluarganya dan mengajak untuk belajar meng-hikmah dan sekaligus meningkatkan rasa syukur atas semua dinamika hidup dan kebaikan Tuhan yang hadir dihidup mereka.
Dipenghujung obrolan santai itu, Istri Pak Gun pun ber-ide untuk meng-ikhlaskan pinjaman uang yang diberikan kepada mbah itu bila seandainya beliau lupa atau bahkan tidak mengambalikan tepat waktu karena belum punya kemampuan. Disamping usianya sudah ujur sehingga sangat mungkin kelupaan, mbah itu juga sudah tidak bekerja sehingga hampir pasti tidak ada pemasukan. Pak Gun pun sepakat dan meng-apresiasi ide itu.
+ komentar + 1 komentar
Alhamdulillah,
Terimakasih untuk ilmu pengetahuan yang sangat inspiratif.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan bimbingan ALLAH SWT.
Guyup Rukun Seduluran.
Posting Komentar
.