FGD Tentang Pengembangan Balatkop
Prolog


Sebagai
stimulan dalam FGD kali ini, Bu Ema menjelaskan potret kondisi eksisting
balatkop, antara lain : (i) Maksimal sampai silabi dan belum punya modul; (ii) Metodologi
(parsitipatori, konvensional); (iii) Alat ukur efektivitas; (iv) SDM pelatih (sudah
tersertifikasi dan belum tersertifikasi); (v) Media pembelajaran masih kurang
dan; (vi) Porsi vokasi lebih banyak
ketimbang manajemen. PPKL tidak optimal perannya dan bahkan di fungsikan
sebagai staff di lingkungan dinkop masing-masing kabupaten, seperti staff TU.
Pencerahan Pak Warsito Staff Khusus Gubernur
Sebagai catatana awal. hari ini
koperasi “dinilai penting” masih pada
kesimpulan tingkat pemikiran dan belum sampai tingkat efektivitas idealnya.
Biasanya
pembangunan lebih cepat tumbuh pada Infrastruktur
yang bagus,s ehingga yang bagus menjadi lebih bagus. Akibatnya, desa yang tidak
maju tete tidak maju karena salah satunya tidak didukung oleh infrastruktur.
Atas hal ini, maka fokus pembangunan Jateng adalah desa. Kalau kita membangun
rakyat kecil (baca: umkm) maka sesungguhnya akan mendorong
akselerasi
tumbuhkembang pelaku ekonomi besar. Untuk itu, peran koperasi untuk
mengefektifkan hal ini menjadi sangat penting. Ekonomi barat dikendalikan oleh
pelaku pasar & China dikendalikan oleh negara. Bagaimana dengan Indonesia?.
Membangun
ekonomi berbasis karakter kita sendiri menjadi penting dan hal ini relevan
dengan budaya gotong royong yang merupakan spirit yang melekat pada koperasi.
Sejalan dengan hal tersebut, revitaslisai koperasi menjadi penting untuk dilanjuti.
Sementara itu, Balatkop selaku institusi pembinaan SDM perlu melakukan re-orientasi
sehingga sejalan dengan arah pembangunan UMKM & Koperasi. Oleh karena itu, Baltkop
sangat penting dalam kerangka pembangunan ekonomi Jawa Tengah.
Sebagai satu
catatan penting, pentingnya posisi UKM & Koperasi dalam menyangga
perekenomian daerah baru pada sebagian bidang kerja saja. Oleh karena itu,
menyuarakan hal ini perlu terus didengungkan dengan harapan munculnya apresiasi
dan kontribusi dalam meng-akselerasi tumbuhkembang UKM & Koperasi.
Beliau juga menekankan bahwa Balatkop
adalah tempat bertemunya antara teori dan praktek, sehingga hal ini menjadi
alasan logis betapa strategisnya keberadaan balatkop sebagai pencetak SDM-SDM
handal, baik di lingkungan para pelaku UKM maupun di kalangan Koperasi. Untuk
itu, Balatkop perlu terus menemukan cara-cara terbarukan sehingga kebermanfaatan
keberadaannya semakin dirasakan.
Berkaiatan dengan pegelaran
pelatihan, beliau berpesan agar reposisi mindset dulu dilakukan
sebelum mencangkokkan materi-materi kompetensi.
Session Diskusi
Dalam session diskusi terungkap beberapa
gagasan dan pemikiran, yang antara lain dijelaskan beriku ini:
1.
Pak Budi menjelaskan bahwa tahapan pembentukan kompetensi
terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu ; (i) Kognitif (pengetahuan); (ii) Fixsasi (instruktur
mendamping saat peserta praktek dan; (iii) Otonom (peserta mampu melakukan
tanpa instruktur). Sebagai bahan auto
koreksi, sampai saat ini penyelenggaraan pelatihan baru sampai pada tahap fixsasi.
2.
Tidak mungkin
kompetensi dibentuk tanpa modul.
3.
Ketika modul
didasarkan pada standar operasional, misalnya tentang standar koperasi simpan
pinjam konvensional & syariah.
Gagasan Balatkop
Bung Arsad, dalam kesempatan ini
menyampaikan beberapa gagasan yang disajikan berikut ini:
a.
Tentang Efektivitas
Pelaksanaan pelatihan :
· Populasi terdiri dari 2 (dua)
kelompok, yaitu : (i) kelompok yang bisa diajak berfikir dimana mereka yang
memiliki kemauan untuk belajar dan kesadaran untuk maju; (ii) kelompok yang dititipkan
Tuhan untuk difikirkan. Pada diri mereka ada persoalan minset hidup,
mentalitas, percaya diri.
· Efektivitas peserta sesuai dengan
concern pelatihan
· Aura sertifikasi sehingga tidak
semua peserta pasti lulus. Ser
b.
Branding
Balatkop secara kelembagaan. Ide yang berkaitan dengan hal ini, antara lain :
· Spirit melayani di internal
Balatkop. Ketauladanan balatkop dalam pelayanan
sehingga image tentang naik leas itu terinspirasi oleh performance pegelaran
pelatihan.
· Sebagai Datebase peserta
pelatihan yang tidak saja menggambarkan identitas diri, tetapi juga kualifikasi
diri.
· Sebagai gudang IPTEK yang menarik,
karena Balatkop adalah tempat bertemunya teori dan praktek.
· Sebagai gudang data base : success story dan juga kisah gagal sehingga pelaku UKM dan koperasi bisa belajar
dari kedua hal tersebut.
· publikasi atas output & out
come Balatkop sebagai bagian dari testimoni efektivitas pelatihan.
· Mewirausahakan birokrasi. Balatkop
perlu menyusun produk-produk pelatihan yang marketable sehingga bisa digelar pendidikan
dan pelatihan yang berbiaya. Dengan
demikian, Balatkop tidaks aja menggelar diklat berbasis APBD dan atau APBN.
· Memerankan Balatkop sebagai connector antar pelaku usaha (UKM &
Koperasi) yang pernah menjadi klien balatkop.
Testimoni
Ada beberapa testimoni menarik dalam FGD kali ini, yaitu para pelaku UMKM yang hadir dan merupakan alumnus Balatkop. Mereka adalah alumnus yang merasakan kemanfaatan luar biasa dari diklat-diklat yang mereka ikuti di Balatkop, "capaian saya hari ini adalah hasil dari implementasi ilmu yang didapat dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Balatkop", ungkap Bung Yadi. Sementara itu, Bu Novi menyampaikan bahwa apa yang saya lakukan saat ini adalah buah belajar di berbagai pelatihan yang digelar oleh Balatkop. Saya berharap kesempatan semacam ini juga bisa dirasakan oleh para pelaku UKM lainnya sehingga lebih berpeluang untuk tumbuhkembang.
Posting Komentar
.