Ketika Bung Wahab Pensiun
“persaudaraan itu hanya dipisahkan oleh
kematian”, demikianlah inti dari pesanku kepada salah satu rekan kerja
yang memiliki loyalitas tanpa batas dan akan memasuki masa pensiun. Abdul
Wahab, begitu nama lengkap-nya. Mungkin semua orang akan bersepakat berkesimpulan
bahwa 1000-an orang karyawan/ti di lingkungan kerja-nya dipastikan mengenal
pribadi satu ini. Sikap supel, ramah dan bergaul pada semua lapisan telah
membuatnya di kenal begitu luas. Dikesehariannya, Beliau juga tidak pernah
berhitungan atau milih-milih pekerjaan. Beliau siap ditugaskan di divisi
manapun, entah itu Cleaning Service atau tukang Parkir sekalipun. Beliau menjalani
setiap penugasan dengan sepenuh hati,
jiwa dan raga.
Begitu banyak kesan dan pelajaran yang kudapat dari
beliau dan tidak mungkin ku tuliskan satu persatu. “Menyapa dengan bahasa arab”
selalu dilakukannya setiap kali bertemu atau berpapasan denganku. Pribadi satu
ini memang dikenal suka menyelipkan dakwah di setiap pembicaraannya, tak peduli
itu dengan pengunjung, konsumen,pejabat, teman sejawat dan lain sebagainya.
Juga tidak mengenal tempat, entah itu di parkiran, saat rapat atau di ruang kantor.
Tak jarang teman sejawatnya yang jauh lebih muda men-candainya, namun “marah”
adalah kata yang jarang didapat dari kebiasaannya. Paling-paling beliau hanya
tersenyum tiap kali hal itu berlangsung dan atau berulang.
Dari dirinya, aku menjadi lebih faham makna Demo-Crazy.
Sekitar dua belas tahun lalu aku memberikan kebebasan kepada 90-an karyawan Cleaning Service untuk memilih
koordinator di mereka. Kukatakan pada semuanya bebas memilih secara demokratis koordinator yang mereka
inginkan. “Bung Wahab” pun terpilih dengan suara mayoritas. Namun demikian, 2
(dua) minggu kemudian beliau di opname karena kelelahan. Setelah mencoba
melakukan penelusuran musababnya, ku peroleh infomasi valid kalau Bung Wahab
selalu mengepel, membuang sampah atau
mengerjakan taman bila petugas di area tersebut tidak hadir alias absen.
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut, tersimpulkan bahwa ternyata mereka
memilih Bung Wahab sebagai koordinator karena mudah memberi izin absen dan
tidak pernah marah. Aku pun tersenyum
dipenghujung kesimpulan dan kemudian tersadarkan bahwa kualitas ber-demokrasi sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kapasitas orang-orang di dalamnya. Hal ini pun memberiku
pelajaran bahwa demokrasi akan berubah menjadi demo-crazy (demo
kegila-an) ketika persayaratan demokrasi tidak terpenuhi.
Pelajaran selanjutnya yang sangat membekas
diingatanku adalah kala Bung Wahab harus dioperasi dimana batok kepalanya harus
di buka. Kebetulan saat itu aku menunggu diluar ruang operasi. Aku menyaksikan
sendiri bagaimana para dokter, anastesi dan segenap yang terlibat begitu
antusias untuk mendukung keberhasilan operasi besar itu. Aku melihat semua
bergerak atas nurani dan keikhlasan
sebagaimana keseharian Bung Wahab yang berinteraksi
dengan tulus pada semua orang. Ini
menandaskan satu pelajaran bahwa sebuah ketulusan akan berbuah ketulusan pula. Hal
ini pun menjadi satu pelajaran yang luar biasa bagi diriku, khususnya tentang
keikhlasan dan ketulusan serta keadilan Tuhan.
Tidak berhenti sampai di situ, saat Bung Wahab
berangkat haji dan juga umroh, aku mendapati bagaimana begitu banyak orang yang
bersimpati terhadapnya. Berposisi sebagai karyawan parkir di lingkungan kerja
namun berkesemaptan berangkat haji
merupakan sebuah pelajaran bagi siapapun, termasuk diriku. Mengetahui hal ini, orang-orang di sekitar
lingkungan kerjanya pun menunjukkan apresiasi tinggi dan bahkan sebagian
berinisiatif untuk membantu persiapan beliau. Ada yang mengantarkan untuk periksa kesehatan,
ada yang memberikan sedekah sekedar sangu
berangkat ke tanah suci dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan buah
ketulusan beliau dalam berinteraksi. lagi-lagi, hal ini pun menandaskan kembali
tentang sebuah ketulusan dan keadilan Tuhan.

Terima kasih Bung Wahab yang sudah menjadi rekan
kerjaku dalam waktu yang cukup lama. Terima kasih untuk pelajaran hidup yang
luar biasa sepanjang bersama dalam naungan satu perusahaan. Semoga dirimu
senantiasa sehat dan terus bersemangat menebarkan kebaikan-kebaikan dalam
usiamu yang sudah tidak muda lagi. Seperti kukatakan pada saat hari terakhirmu
ke ruang kerjaku, “perpisahan hanya oleh kematian”. Jadi, kita memang terdefenisi bukan sebagai rekan
kerja lagi secara administatif, tetapi kita tetap bersaudara sampai Sang Khalik
mencukupkan masa edar di muka bumi ini. Terima kasih Bung Wahab...
Posting Komentar
.