Pilpres 2019...Mana Yang Ku Pilih?

Terlalu
cepat menentukan pilihan, sebab ngiang deklarasi kedua paslon pun masih begitu
terasa. Satu hal yang menjadi catatan tegasku adalah keempat orang yang
terdefenisi sebagai capres dan cawapres merupakan putera-putera terbaik bangsa dengan kapasitas dan rekam
jejak yang sudah tidak diragukan lagi. Tentu menjadi kebingungan luar biasa
bila hari ini penulis harus mendefeniskan siapa yang terbaik diantara mereka.
Penulis mencoba tidak larut dan tidak membiarkan diri terjebak dalam dinamika drama sampai ke-empat orang itu ter-defenisi. Politik memang selalu penuh dinamika dan perubahan bisa terjadi di menit dan bahkan detik terakhir. Penulis hanya mencoba belajar dan mengamati bagaimana para elite melakukan komunikasi politik sampai bersepakat pada satu keputusan keren dan bahkan mengejutkan banyak pihak. Tampaknya, mereka begitu terlatih untuk selalu tenang dalam keterkejutan.
Penulis mencoba tidak larut dan tidak membiarkan diri terjebak dalam dinamika drama sampai ke-empat orang itu ter-defenisi. Politik memang selalu penuh dinamika dan perubahan bisa terjadi di menit dan bahkan detik terakhir. Penulis hanya mencoba belajar dan mengamati bagaimana para elite melakukan komunikasi politik sampai bersepakat pada satu keputusan keren dan bahkan mengejutkan banyak pihak. Tampaknya, mereka begitu terlatih untuk selalu tenang dalam keterkejutan.
tulisan ini hanyalah goresan seorang rakyat biasa yang hanya memiliki satu suara dan mungkin saja tidak
berpengaruh apapun terhadap kemenangan atau kekalahan pada salah satu paslon. Namun
demikian, pilpres itu tentang memberi amanah untuk memimpin arah
dan menentukan cara bangsa ini membahagiakan rakyat dan meninggikan derajat Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, kepribadian, karakter
dan budaya keseharian hidup mereka akan mencerminkan sebuah bangsa di
masa depan. Jadi, ini benar-benar persoalan sangat serius dan jauh lebih bernilai
dari sekedar amplop berisi Rp 25.000 atau Rp 50.000.
Pemeriksaan
kesehatan terhadap kedua paslon pun sudah dilakukan dan kabar tentang pembentukan
tim pemenangan di kedua belah pihak sudah mulai diperdengarkan. Psywar pun sudah
mulai bertebaran dalam segala bentuk. Semoga tidak ada fitnah
dalam bentuk apapun dan tidak ada sikap euforia
yang bisa memantik emosi lainnya. Sebagai rakyat biasa, semua pasti ingin
mendapati keadaan damai, tenang dan tidak ada
perselisihan hanya karena berbeda dalam urusan pilihan.
Secara obyektif, kedua paslon merupakan orang-orang luar biasa. Atas hal itu, tidak
berlebihan berharap agar kedua paslon pun memilih tim pemenangan yang luar biasa
pula, baik dalam konteks kapasitas personal, rekam jejak maupun sikap yang layak ditauladani
serta cara mereka mem-promote paslonnya masing-masing tidak mengandung content saling merendahkan dan atau menebar kebencian. Ini Pilpres yang akan
menentukan pemimpin sebuah negara dan bukan pertarungan tinju atau semacam pegelaran
pertandingan sepak bola antara 2 (dua) tim yang berseteru lama
.
Melihat
dari sisi Calon Presidennya, layak didefenisikan sebagai Jilid II. Namun, bukan
berarti kemenangan atau kekalahan masa lalu menjadi pemantik dendam atau meng-inspirasi kreasi negatif dalam ber-campaign ria. Semua harus menunjukkan kenegarawanan yang lebih
menononjolkan kepentingan bangsa dibanding kepentingan atau kepuasan pribadi.
Yang
jelas, tidak ada satupun yang bisa memaksa pilih A atau B, sebab “Bilik Suara” merupakan
ruang private nan merdeka dimana hanya ada seorang pemilih yang bebas mau
nyoblos manapun yang diyakini dan dikehendaki. Oleh karena itu, kemampuan para paslon dan
tim pemenangnya membangun simpati dan keyakinan merupakan satu-satunya cara paling efektif dalam mengarahkan. Setidaknya tulisan sederhana ini, mewakili pandangan masyarakat yang kurang faham bagaimana politik bekerja.
note : gambar yang ditampilkan dalam tulisan ini bersumber dari hasil google searching
note : gambar yang ditampilkan dalam tulisan ini bersumber dari hasil google searching
Posting Komentar
.