BUKAN BERARTI “SANDAL JEPIT” ITU MENJADI MILIKKU
Kisah ringan
nan inspiratif dari seorang sahabat
Usai
melakukan sholat 2(dua) raka’at ba’da Jumat, akupun beranjak keluar dari mesjid
untuk melanjutkan aktivitas. Namun, ada sedikit hambatan karena tak kunjung
berhasil menemukan sandal jepit yang sudah kuberi tanda khusus berupa “huruf” memakai spidol. Aku mencoba
mencari diantara tumpukan sandal yang masih banyak, tetapi tak kunjung berhasil
menemukan sanda jepit yang sudah akrab denganku hampir 1 (satu) tahun itu. Sesudah
mencoba duduk beberapa menit sambil memantau jama’ah yang keluar mesjid, ku
pastikan tidak ada jama’ah yang datang kembali karena merasa salah membawa sandal.
Sambil
menunggu semua jama’ah keluar dari mesjid, aku memperhatikan satu sandal jepit yang
mirip dengan sandalku namun tidak satupun
ada yang memakainya. Kebetulan sandal jepit itu pun diberi tanda khusus dengan
huruf yang serupa dengan sandalku dan sama-sama di tulis dengan menggunakan spidol. “mungkin, sang pemilik sandal jepit ini
keliru sehingga membawa sandalku tanpa sengaja”, simpulku dalam hati.
“Mas..sepertInya sandal jepit saya ada yg
menginginkannya..hehe.. Bisa belikan sandal jepit..nanti sy ganti..”,
demikian kukirim WA ke salah satu temen sekantorku yang sudah pulang lebih dulu.
Sambil menunggu, aku kembali masuk ke dalam mesjid dan kebetulan
bertemu seorang sahabat yang lama sudah tidak bersapa. Kami pun ber-cengkrama tanpa
thema sampai 10 menitan. Saat partner kerjaku datang mengantarkan sandal jepit
baru yang dibungkus kresek, aku hanya memberi kode untuk meletakkannya di sudut
saja karena aku sedang menjawab satu pertanyaan ringan dari sang sahabat. Tak
lama berselang, aku pun berpamitan dan kemudian beranjak.
Kuambil
sandal jepit yang masih terbungkus tas kresek. Saat akan menggunakannya, aku
masih melihat sandal jepit yang mirip punyaku masih ada di posisinya. Kesimpulanku
menguat tentang kemungkinan sang pemilik sandal ini telah keliru membawa
sandalku. Sempet ter-ide untuk membawa sandal itu, karena akalku berkesimpulan
bahwa sandal itu pasti tidak akan ada yang membawanya pulang, Akan tapi sesaat
kemudian ku batalkan niat itu. Alasannya sederhana saja, walau mungkin sang
pemilik sandal jepit itu telah keliru membawa sandalku, namun itu bukan alasan cukup
untuk meng-haki atau meng-klaim sandal itu menjadi milikku.
Akhirnya,
aku meninggalkan mesjid dengan menggunakan sandal jepit baru yang tadi dianter oleh
teman sekantor. Sambil berjalan menuju ruang kerja, aku mencoba membangun ikhlas
dan sekaligus maaf untuk orang yang telah membawa sandal jepitku serta berdo’a
semoga hal ini menjadi sumber tambahan kebaikanku dimata Sang Khalik. Selanjutnya,
aku mencoba ber-istighfar dalam hati sambil berdo’a semoga kejadian ini bukan wujud
amarah Tuhan atas ragam khilaf dan salah yang mungkin kulakukan, entah itu di
sengaja atau pun tidak. Sambil ber-muhasabah, aku terus melangkah dan kemudian
melempar senyum ke temen-temen sejawat saat memasuki ruang kerja. “semoga sandal yang dibawa orang lain itu
menjadi sumber pahala baru dan sekaligus menjadikan pengurang dosa”, ujarku
kepada rekan-rekan sambil memasuki ruang kerja.
Sejenak
duduk di kursi kerja, akupun teringat kembali kejadian serupa. Hanya saja, 2
(dua) minggu sesudah kehilangan, aku melihat
kembali sandal jepitlku itu ada di barisan sandal di teras mesjid. Saat itu, aku
hanya tersenyum sendiri tanpa mencoba meng-konfirmasi pada orang yang
menggunakannya. Harapku, sandal itu akan terus di bawa ke mesjid dan atau untuk
perjalanan yang baik sehingga aku pun berpeluang memperoleh nilai kebaikan passive dari sebuah sandal jepit.
Uniknya lagi, sandal yang Jum’at kemarin keliru dibawa orang lain adalah sandal
pengganti waktu kejadian yang mirip
dengan tahun sebelumnya.
special thank to sahabat
yang sudah mau berbagi cerita di blog ini
special thank to sahabat
yang sudah mau berbagi cerita di blog ini
+ komentar + 1 komentar
Sae pak
Posting Komentar
.