DINKOP & UKM PURBALINGGA MENGKOORDINASIKAN KOPERASI BERPRESTASI
A. MEN-STIMULAN
Hari ini, Sabtu 17 Juni
2017, Dinas Koperasi dan UKM Kab. Purbalingga menggelar satu rapat koordinasi
yang bertajuk, “ Rapat Koordinasi Koperasi Berprestasi Tahun 2017 se-Kab. Purbalingga”
Rakor ini mengjhadirkan sekitar 100 (seratus) Koperasi di lingkungan Kabupaten
PurbalinggaIbu
Dalam sambutannya, Ibu Sri
selaku penanggungjawab penyelenggara kegiatan menyyampaikan bahwa agenda ini
dimaksudkan untuk melakukan koordinasi dalam rangka penilaian koperasi
berprestasi untuk tahun 2017 dan sekaligus me-motivasi koperasi untuk bisa
tumbuh, kembang dan bersaing Sementara itu, Bapak Mugiyarto selaku Kabid
Koperasi Dinas Koperasi dan UKM Kab Purbalingga menyampaikan, “ini pelaksanaan yang kedua kali berkaitan
dengan lomba koperasi berprestasi. Hal ini dijadikan agenda tahunan mengingat catatan
menarik dimana dampak pegelaran lomba semacam in bisa meningkatnya volume
penyampaian laporan koperasi ke dinas koperasi & UMKM. Disamping itu,
hal ini menjadi dasar untuk melakukan evalusasi, memotivasi tumbuhkembang dan
merancang kebijakan pemerintah yang berpihak pada akselerasi pertumbuhan. Rapat
Koordinasi ini dimulai dengan agenda pencerahan dengan menghadirkan 2 (dua)
narasumber dari Kopkun Institute (KI) yaitu, Sang Direktur KI, Mas Firdaus dan
M.Arsad Dalimunte yang juga ketua Dekopinda Kabupaten Banyumas.
Membagi Kuisioner DLA (Development
Ladder Assesment) adalah agenda pertama sebelum Sesi pencerahan ini diawali
dengan mengisi kuisioner. Kuisisoner ini merupakan alat mengukur tangga
pertumbuhan. Pelaksanaan DLA ini sebagai referensi dan inspirasi dalam melihat masalah secara
obyektif dan sekaligus merancang solusi secara komprehensif.
B. MATERI
Berikut ini disajikan materi yang disampaikan oleh salah satu narasumber,
Muhammad Arsad Dalimunte, dengan harapan bisa menambah pengetahuan atau
menambah wawasan atau bahkan menginspirasi sesuatau.
ME-REPOSISI PERSEPSI UNTUK MENG-AKSELERASI PERTUMBUHAN
MANFAAT
A.
PENGANTAR
Nalar konsepi membenarkan koperasi berpotensi
tumbuhkembang sebagaimana cita-cita besarnya
sebagai sokoguru ekonomi. Kalau
kemudian realitas mayoritas belum mencapai titik idealnya, hal ini menandakan
adanya sesuatu yang kurang pas dan memerlukan perubahan cara.
Pencarian metode perlu terus dilakukan sehingga menemukan
efektifitasnya dan mampu membawa koperasi menjadi satu lembaga ekonomi yang
dicintai anggotanya karena berkemampuan melahirkan kemanfaatan yang terus
tumbuh. Hal ini bisa dilakukan dengan me-referensi pada best practise atau berbasis
pada ide-ide genuine berbasis jati diri koperasi .
Dalam bahasa semangat, tidak ada yang tidak mungkin
sepanjang kemauan ada dan terjaga. Keberhasilan hanya bagi mereka yang tidak
pernah berhenti berusaha dan tidak mengenal kata menyerah.Untuk itu, pejuang
koperasi tidak boleh men-sudahkan perjuangan sebab itu bermakna muasal stagnan
atau bahkan kematian.
Sementara itu, dari sudut pandang peluang, koperasi
sangat mungkin untuk terus tumbuh dan kembang, sepanjang dikelola dengan cara
yang tepat serta didukung partisipasi aktif anggota yang terus tumbuh. Untuk itu, koperasi sebagai
organisasi dan juga perusahaan tidak boleh berjarak dengan keseharian
anggotanya. Bila itu terjadi, maka keberadaan perusahaan koperasi akan
kehilangan rooh-nya sebagai media peningkatan kesejahteraan anggotanya dalam
arti luas.
Untuk mendukung hal tersebut, maka aktivitas yang
dijalankan koperasi harus me-refresentasikan kebutuhan mayoritas anggota.
Dengan demikian, akan mewujud relevansi yang kuat antara apa yang dikerjakan
koperasi dengan kepentingan individu yang tergabung dalam koperasi. Pada kondisi yang demikian,
maka anggota pun akan merasa diperhatikan koperasi dan koperasi pun secara
alamiah akan tumbuhkembang sejalan dengan tumbuhkembangnya partisipasi anggota
Ssebagai sebuah pengingat, koperasi adalah organisasi dan
juga perusahaan yang mengusung kerjasama dan gotong royong. Artinya,
optimalisasi peran dari setiap unsur menjadi pra-sarat untuk bisa memproduksi kemanfaatan. Oleh karena
itu, setiap unsur organisasi (baca:
pengurus, pengawas dan anggota) harus bergerak bersama sesuai dengan perannya.
Jika tidak, maka mereka yang memilih diam akan menjadi beban bagi mereka yang
bergerak. Pada titik ini, konsistensi partisipasi dan kesetiakawanan menjadi
begitu berpengaruh. Nalar ini pula yang kemudian menjadi alasan pembenar
mendefenisikan koperasi sebagai organisasi pemberdayaan. Hal ini juga sebagai
referensi untuk berkesimpulan bahwa koperasi bukanlah lembaga investasi yang cukup menitipkan sejumlah uang dan kemudian
menunggu SHU (sisa hasil usaha) di akhir tahun.
B.
KUMPULAN ORANG YANG MENCERDASKAN

Diwilayah ekonomi, anggota akan menjadi lebih bijak dalam
menggunakan pendapatanya dan lebih cerdas dalam meningkatkan pendapatannya.
Dalam bidang sosial, akan terbangun kualitas interaksi yang lebih berkualitas
sehingga mendorong terbentuknya iklim sosial yang lebih menentramkan sebab didalamnya
terbangun kepedulian satu sama lain, saling menyemangati, saling support lewat
semangat kegotongroyongan yang terus tumbuh dan lain sebagainya. Sementara itu
di wilayah budaya (baca: perilaku) akan terbangun kebiasaan-kebiasaan produktif
dan menggerus perilaku hidup yang tidak sehat sehingga lebih memungkinkan
terwujudnya kesejahteraan dan kehidupan yang berkualitas.
Untuk mencapai itu, aktivitas2 koperasi hendak-lah lekat
dengan spirit edukatif dan mendorong anggota untuk memperkaya referensi
dalam mewujudkan kesejahteraan. Dengan demikian, kesejahteraan yang bisa
dirasakan anggota tidak saja semata2 mengandalkan dari SHU yang berasal dari
usaha produktif yang diselenggarakan oleh koperasi, tetapi juga oleh didirnya
sendiri melalui aksi-aksi individu nan visoner.
D.
MEMAKNA PERUSAHAAN KOPERASI
Secara defenisi, perusahaan dalam koperasi adalah media
untuk mencapai tujuan dengan 2 (dua) ciri khas yang melekat, yaitu : dimiliki
bersama & dikendalikan secara demokratis.
Sebagai media atau alat, maka apa-apa yang dikerjakan
perusahaan koperasi harus me-refresentasikan kebutuhan mayoritas anggota.
Dengan demikian, anggota pun memiliki garis kepentingan yang tegas dengan
keseharian perusahaan koperasi. Kalaupun kemudian perusahaan koperasi menggeluti
satu aktivitas yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kebutuhan anggota,
maka keberadaannya bersifat supporting saja. Hal ini perlu menjadi perhatian
agar keseharian perusahaan koperasi tidak berjarak dengan keseharian aktivitas
anggota koperasi. Tegasnya, setiap kelahiran unit layanan koperasi harus
memiliki alasan kuat dan dipersepsikan serupa oleh setiap anggota. Sebab,
samanya persepsi adalah awal keterbentukan daya dukung berkelanjutan.
E.
RASIONALITAS PENGELOLAAN SEGABAI
PENDAMPING LOYALITAS
ANGGOTA
Kalau loyalitas anggota adalah modal sosial koperasi
dalam memproduksi manfaat, maka rasionalitas pengelolaan koperasi adalah
sisi sebelahnya yang menjadi satu
kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Keduanya saling mendukung dan harus
sejalan. Untuk itu, disatu sisi koperasi harus membangun loyalitas anggotanya
melalui pendidikan dengan metoda yang dinamis dan variatif, disis lain juga
harus membangun rasionalitas pengelolaan perusahaannya.

1.
Fokus dan kapasitas.
Terlalu sulit berharap hasil maksimal dari sesuatu yang diurus samben
(sambilan), sebab dipastikan sulit
mendapati fokus yang penuh sehingga menjadi mustahil untuk mendpat hasil
optimal. Disamping itu, kapasitas orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan
sangat penting sehingga rasional berharap hadirnya keberhasilan. Oleh karena
itu, kedua hal ini perlu diseriusi ketikan tumbuhkembang menjadi harapan
segenap unsur organisasi koperasi.
2.
Skala anggota. Pada
koperasi2 berbasis konsumsi, skala anggota menentukan peluang kesuksesan sebab
semakin banyak jumlah anggota akan semakin luas captive marketnya.
Namun, skala anggota bisa jadi tidak
relevan pada koperasi-koperasi jenis tertentu.
3.
Skala ekonomis perusahaan.
Perusahaan mengenal istilah fix cost dan variable cost yang
menjadi beban tetap ketika perusahaan mulai beroperasi. Untuk itu, skala
perusahaan koperasi perlu ekonomis sehingga produktivitas memungkinan untuk
diraih.
4.
Strategi pengelolaan berbasis
jatidiri Perusahaan
koperasi harus dikelola berbasis jati diri koperasi sehingga mewujud dengan
ciri khasnya. Komitmen ini perlu agar koperasi tidak terjebak pada semangat
korporasi dan abai dengan kepentingan anggotanya.
5.
Adaptasi pada perubahan.
Perubahan adalah sesuatu yang pasti sehingga dituntut pensikapan bijak atas
setiap perubahan. Pada titik ini, koperasi harus peka atas setiap perubahan
sehingga tidak tergilas dan lenyap oleh kamajuan zaman.
6.
Dsb.
F.
PENGHUJUNG

Berkaitan dengan hal tersebut, maka segenap unsur organisasi
perlu duduk bersama menilik capaian, mengembangkan cita-cita dan membangun
komitmen optimalisasi peran segenap unsur organisasi. Pada setiap orang yang
terlibat harus terbangun kemauan kuat dan konsistensi partisipasi sehingga koperasi dan juga anggota akan
tumbuh secara bertahap dan berkesinambungan.
Satu hal yang perlu menjadi catatan membanggakan
adalah kondisi koperasi hari ini
merupakan capaian dari sebuah perjalanan
panjang nan berliku. Artinya “koperasi memilki capaian yang menandaskan kemampuan berkarya sebesar atau sekecil
apapun itu”. Jadikan hal ini sebagai inspirasi untuk melipatgandakan energi
untuk melakukan lompatan-lompatan demi keterbangunan manfaat yang lebih luas
dan lebih men-sejahterakan. Semoga..!!!!!!!!!
Posting Komentar
.