OLEH2 DARI SEMINAR MENGENALI & MENGATASI
KECANDUAN ANAK
PADA INTERNET, PORNOGRAFI & GAME
ONLINE
A. SEKILAS
TENTANG PEGELARAN
Komite SMP Al Irsyad AL
Islamiyyah menggelar satu agenda seminar
parenting bertemakan tentang “kecanduan anak terhadap internet, pornografi
& game online”. Agenda ini tergelar pada Hari Sabtu, 8 April 2017,
dengan mengambil tempat di Gedung Rudhiro Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Univ
Jenderal Soedirman Purwokerto. Disamping mendapat support penuh SMP Al-Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto, pegelaran
seminar ini juga menggandeng Masjid
Fatimatuzzahra. Seminar ini berhasil menghadirkan nara sumber level nasional
dari “Yayasan Kita & Buah Hati”,
yaitu Ibu Elly Risman,Psi.
Disamping dihadiri oleh
para orang tua siswa/i Al Irsyad mulai level Paud sampai dengan SLTA, seminar
ini juga dihadiri oleh peserta dari umum. Sepertinya, pemilihan tema ini berhasil
menarik perhatian para peserta. Membludaknya peserta mencerminkan keprihatinan tinggi
atas realitas kekinian zaman dan sekaigus bentuk kepedulian tinggi terhadap
masa depan sebuah generasi.
B. PRESENTASI & PESAN2 BIJAK SANG NARA SUMBER
“Ortu tidak siap jadi Ortu” ,
kalimat ini menjadi slide pembuka
dari materi presentasi narasumber. Kalimat ini didasarkan pada banyaknya fakta dimana
orang
tua tidak menguasai perkembangan anak, bagaimana otak bekerja dan
sering keliru dalam berkomunikasi dengan anak.
Oleh karena itu, diharapkan orang tua memiliki kemauan belajar secara terus
menerus guna menambah wawasan dan meningkatkan
kepekaan terhadap perkembangan zaman, khususnya yang berpengaruh terhadap masa
perumbuhan anak. Hal ini juga sangat mendukung
kesiapan orang tua dalam mengasuh, membesarkan dan mendampingi pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak.
Apalagi saat ini
kemajuan teknologi informasi begitu cepat telah
dimanfaatkan sebagian orang yang tidak bertanggungjawab untuk
melakukan eksploitasi terhadap anak-anak
demi meraup keuntungan tanpa peduli akibat negatif yang ditimbulkan dari
apa yang mereka lakukan, seperti , situs pornografi dan games online. Lewat content (sisi) situsnya, mereka ingin
anak dan remaja memiliki perpustakaan
porno yang berakibat kerusakan otak secara permanen pada anak. Bahkan
mereka memposisikan anak & remaja sebagai future market (pangsa pasar masa depan) serta menjadikannya sebagai
target pelanggan seumur hidup.
Untuk mendeteksi apakah
anak masuk dalam kategori kecanduan pornnografi, berikut ini disajikan beberapa
ciri, antara lain :
CIRI-CIRI ANAK KECANDUAN PORNOGRAFI
|
CIRI-CIRI ANAK KECANDUAN PORNOGRAFI
|
|
|
1.
Mengurung diri & menghabiskan waktu dengan games dan internet dalam kamar
2.
Anak akan melawan dan bahkan berkata kasar jika ditegur
atau dibatasi bermain gadget.
3.
Suka berbohong, jorok dan bahkan berani mencuri.
|
4.
Sulit berkonsentrasi
5.
Prestasi akademis menurun
6.
Jika bicara menghindari kontak mata
7.
Malu tidak pada tempatnya
8.
Main dengan kelompok tertentu saja
9.
Hilang empati dan kalau meminta sering dengan cara
memaksa
|
Tidak hanya menampilkan
ciri-ciri anak yang kecanduan pornografi sehingga mempermudah pendeteksian
gejala pada anak, narasumber juga meyarankan orang tua menjadi seraang terapis
yang hebat bagi anaknya sendiri. Orang tua lebih mengerti detail keseharian
anak sehingga peran orang tua sangat penting dalam proses mendampingi anak.
Orang tua memiliki informasi yang cukup untuk memberikan respon efektif terhadap
persoalan anak, termasuk dalam hal kecanduan pornografi. Untuk mendukung para orang tua menjadi
seorang terapis bagi anaknya sendiri, narasumber pun menyajikan beberapa
lengkah efektif dalam menjalankan peran penting tersebut sebagaimana dijelaskan
berikut ini:
LANGKAH2 MENJADI TERAPIS
BAGI ANAK SENDIRI
|
LANGKAH2 MENJADI TERAPIS
BAGI ANAK SENDIRI
|
|
|
1.
Tenang dan Jangan panik
2.
Komunikasi
3.
Bermusyawarah
4.
Anak adalah amanah Tuhan yang bisa jadi sebagai pemata
hati, ujian dan atau musuh.
5.
Bangunlah rasa takut pada Tuhan meninggalkannya dalam
keadaan lemah
6.
terima, maafkan, jangan marah dan minta ampunkan
7.
Selesaikan urusan dengan diri sendiri terlebih dahulu
baru fokus urusan anak.
8.
Kembalikan peran AYAH pada konteks seharusnya.
9.
Tanyakan pada anak kapan pertama kali melihan “P”,
bagaimana caranya, apa yang dirasakan, apa yang dilakukan setelah melihat,
berapa lama kemudian melihatnya lagi, kapan terakhir melihatnya dan apakah
anak merasa perlu bantuan penjelasan dari ayah/ibu.
|
10.
jelaskan target penyedia pornografi dan tanyakan
bagaimana pendapat anak tentang skenario jahat para penyebar porngrafi.
11.
Diskusikan tentang hukum agama tentang pornografi dan
dampaknya serta konsekuensinya terhadap masa depan anak.
12.
Mengajak anak bersama-sama menyusun agenda atau
kegiatan pengganti, buat skedul dan bentuk kesepakatan bersama untuk
menjalankannya.
13.
dan lain sebagainya
|
Sebagai tambahan, narasumber
menyarankan seluruh peserta seminar untuk membicarakan Social Media dengan anak
secara bijak dengan tips sebagai berikut :
1.
Mulai dengan mencari tahu perkembangan sos med dikalangan
remaja
2.
Pilih tokoh tertentu dalam sos med yang bisa dijadikan contoh untuk dibahas
dengan anak
3.
Bahas dengan anak isyu2 paling update dan coba telusur
apa saja yang didengar dan diketahuinya.
4.
Tunjukkan pada anak contoh yang sudah dipilih dan tanya
pendapatanya
5.
jelaskan tentang makna like, cmment dan share, sehingga
anak memiliki alasan yang benar untuk bereaksi atas sebuah hal dalam sosmed.
Juga jelaskan makna fungsi report, block, hide posting dan unfollow.
Dipenghujung slide
presentasinya, nara sumber memberikan beberapa saran dalam memantapkan peran
sebagi terapis bagi anak sendiri, yaitu :
1.
Bangun komunkasi dan kerjasama yang baik antara orang tua
dan anak. Bangun keberanian anak untuk berkomunikas secara terbuka hal-hal
seputar sex dan pornografi.
2.
Susun dan sepakati langkah agar anak berkemampuan dan
berkemauan untuk :
- Menghadapi (face it)
- Menggantikan (replace it)
- Bertaubat dengan memberi bantuan
penghayatan keberadaan ALLAH SWT melalaui ibadah dan amal shalih
- Terbangun tekad bahwa Seks
Halal hanya dengan menikah.
C. PENGHUJUNG
Seminar ini tergelar
diwaktu yang sangat tepat dimana kekhawatiran tentang persoalan pornografi
dengan segala dampak buruknya benar-benar memerlukan solusi komprehensif.
Seminar ini menegaskan bahwa pertahanan terbaik terletak pada
pola asuh anak, kualitas komunikasi dan optimalisasi peran orang tua dalam
mengikuti dan mensikapi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Demikian resume singkat ini disusun dengan maksud
menyebarluaskan nilai dan pesan baik dari apa-apa yang tersampaikan disepanjang
proses seminar. Sebagai penghujung,
marilah kita saling mendo’akan semoga anak-anak kita terhindar dari hal-hal
negatif yang menjauhkan mereka dari Allah SWT dan hal-hal yang menggangu
pertumbuhan mereka untuk menjadi anak yang sholeh & sholehah. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.