BERANGKAT DARI “NILAI BEDA”
Disampaikan pada Workshop dan
PKL yang dilaksanakan oleh Dinkop & UMKM Prov. Jawa Tengah, di Hotel
Atrium, Sokaraja, Kab.Banyumas, 20 Februari 2017
A. Koperasi Itu Tentang Ke-Kita-an

Koperasi
harus mencerdaskan anggotanya melalui pendidikan sehingga terbentuk keyakinan
kuat dan kesadaran penuh bahwa bersama-sama dan saling bahu
membahu merypakan cara terbaik membentuk kehidupan yang lebih
berpengharapan. Oleh karena itu, keterbangunan orang menjadi kunci
membangun sebuah koperasi. Bahkan, Ke-Kita-an yang terbangun dalam
koperasi sesungguhnya imbas dari efektivitas pendidikan yang
diselenggarakan koperasi kepada segenap anggotanya. Ke-kita-an yang dimaksudkan tidak sebatas tergiring
masuk ke dalam barisan koperasi sebagai anggota, tetapi juga mendorong
kesadaran melakukan tindakan-tindakan produktif, baik dalam tujuan
mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya (baca: anggota) maupun dalam
membesarkan perusahaan koperasi yang mereka miliki bersama-sama.
B. Nilai Beda Sebagai
Inspirasi

Paragraf
diatas adalah penjelas sebagian dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
membedakan koperasi dengan perusahaan lainnya.
Perbedaan-perbedaan itu lah yang selanjutnya menjadi Jati
Diri yang tidak boleh ditinggalkan apalagi ditanggalkan . Jati
Diri koperasi harus dijadikan pembeda dan sekaligus inspirasi
dalam menemukan dan mengembangkan “kreativitas cara” guna mencapa
efektivitas atau cita-cita bersama. Hal ini perlu ditandaskan mengingat
operasionalisasi mayoritas organisasi dan perusahaan koperasi lemah secara
filosopis. Mayoritas pelaku/praktisi koperasi terjebak pada pemaknaan
koperasi semata-mata sebagai perusahaan yang hanya fokus pada pertumbuhan
modal dan laba (baca: SHU), sehingga lupa membangun orang-orang
didalamnya melalui pendidikan. Ironisnya, laju kreativitas koperasi sering tertinggal
jauh sehingga menyebabkan koperasi tidak menarik dijadikan sebagai
tempat men-transaksikan kebutuhan masyarakat, khususnya para anggota yang notabene adalah pemilik koperasi itu
sendiri.
Untuk
itu, pemaknaan koperasi sebagai kumpulan
orang yang berposisi tidak saja sebagai pemilik tetapi juga sekaligus
sebagai pengguna jasa, harus dijadikan dasar keberadaan setiap orang yang masuk
dalam barisan koperasi. Dalam semangat berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendah, orang-orang di koperasi
seharusnya menyelenggarakan agenda duduk bersama minimal untuk: (i)
merumuskan “cita-cita bersama” dan kemudian; (ii) “berbagi peran efektif”
dalam mencapainya. 2 (dua) tahap kebersamaan produktif inilah letak titik krusial dan muasal eksis, tumbuh dan
kembangnya sebuah koperasi. Koperasi harus didorong pada logika ke-kita-an
yang melahirkan semangat penyatuan potensi dan sumberdaya sehingga terbentuk akumulasi yang menjadi modal penting
dalam memproduksi makna dan manfaat dari berkoperasi. Sementara itu “trust”
yang terbangun dan tumbuh dari interaksi yang tulus menjadi penjaga efektif
kebersamaan dalam koperasi.
C. Membangun Koperasi berawal
Dari Kemauan
Concern koperasi
membangun orang-orang didalamnya melalui pendidikan yang diaplikasikan lewat
ragam metode sesuai dengan karakter dan kebutuhan. Keterbangunan ragam unit
layanan (baca: perusahaan) adalah imbas dari efektivitas pendidikan yang
berbuah kesadaran. Kala pendidikan berhasil menyadarkan betapa penting menabung
akan melahirkan akumulasi uang yang bisa di manfaatkan untuk membiayai jalannya
organisasi dan perusahaan. Saat anggota menyadari bahwa perlu adanya pemberian
pinjaman dengan tingkat jasa/margin rendah pasca keterkumpulan akumulasi simpanan
anggota, maka hal ini akan mendorong lahirnya unit layanan simpan pinjam. Pada
saat mayoritas asprasi anggota menginginkan bisa memperoleh barang kebutuhan
sehari-hari dengan harga yang lebih efisien, maka hal itu menjadi inspirasi
kelahiran unit layanan toko koperasi. Kala anggota melihat ada potensi lokal
yang mungkin dikerjakan koperasi bersama anggotnya, maka hal ini bisa mendorong
koperasi mem-produksi sesuatu. Demikian seterusnya sehingga perusahaan koperasi
tumbuh seiring dengan aspirasi dan kebutuhan anggotanya dengan tetap berpegang
teguh pada azas subsidiary. Azas subsisdiary yang dimaksud adalah “apa-apa yang
bisa dikerjakan anggota sebaiknya tidak dikerjakan koperasi dan apa-apa yang tidak bisa dikerjakan anggota,
itulah sebaiknya yang dikerjakan koperasi”.
Kecerdasan
aspirasi semacam itu adalah buah dari pendidikan. Atas dasar itu pula , bila
koperasi ingin menjadi perusahaan besar dan berpengaruh pada percaturan
ekonomi, maka koperasi harus terus menerus mencerdaskan anggotanya sehingga
melahirkan “kemauan” untuk terus mengembangkan makna-makna
kebersamaan.
D. Pertumbuhan Anggota
Sebagai Sumber “Efisiensi Kolektif “
Salah satu
prinsip koperasi adalah “keanggotaan
sukarela dan terbuka”. Pada koperasi-koperasi yang concern aktivitas
perusahaannya berbasis konsumsi, maka pertumbuhan jumlah anggota merupakan sumber
efisiensi sebab akan semakin besar angka
pembagi dari total biaya
operasional organisasi dan perusahaan. Hal ini yang disebut dengan efisiensi
kolektif, yaitu efisiensi yang disebabkan oleh semakin banyaknya orang yang
menanggung pembiayaan. Demikian juga pada koperasi yang beranggotakan para
pengrajin, melalui “join buying” dalam hal bahan baku akan didapati harga lebih
murah sehingga usaha anggota semakin mampu bersaing dengan pelaku usaha
sejenis. Pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga demikian, dimana semakin
banyak kuantitas yang dibeli kepada suplier
akan membuat semakin murah harga perolehannya. Beberapa contoh tersebut yang
kemudian wujud nyata dari makna kebersamaan produktif dalam koperasi. Untuk
itu, pertumbuhan anggota seharusnya dimaknai sebagai potensi perluasan
kebermaknaan berkoperasi yang bisa dirasakan setiap orang dan disisi lain juga
berpotensi membesarkan perusahaan koperasi.
Kesadaran
akan hal ini pun perlu diedukasikan kepada segenap anggota. Dengan demikian,
setiap anggota akan berpartisipasi aktif menumbuhkan kuantitas keanggotaan
koperasi. Disanping itu, tumbuhkembangnya manfaat akan menjadikan setiap
anggota akan saling menjaga agar semua tetap dalam lingkar koperasi. Hal ini
disebabkan adanya kesadaran kuat dimana kehilangan satu anggota bermakna
pelemahan kekuatan koperasi.
E. Hakekat Posisi Perusahaan Koperasi
Secara
filosopi, koperasi merupakan kumpulan orang
yang memiliki pandangan dan keyakinan serupa bahwa kebersamaan mendatangkan
manfaat bagi dirinya, segenap anggotanya dan juga masyarakat. Sebagai kumpulan
orang, fokus utama koperasi adalah “membangun orang” melalui
pendidikan berkelanjutan yang ter-aplikasi dalam ragam metode yang efektif bagi
keterbangunan pencerdasan anggota. Untuk mendukung hal itu, koperasi idealnya
selalu mengembangkan variasi pola pendidikan sehingga tebangun akselerasi
pertumbuhan kapasitas anggota. Pada satu titik tertentu, kapasitas akan mendorong
peningkatan kualitas aspirasi yang meng-inspirasi
kelahiran ide-ide pengembangan perusahaan koperasi.
Ragam
ide atau gagasan itu idealnya berbasis kebutuhan anggota, baik dalam konteks memenuhi
kebutuhan anggota secara bijak maupun dalam konteks meningkatkan
pendapatan anggota secara cerdas.
Pada titik inilah berkoperasi sesungguhnya menolong diri sendiri (self help).
Artinya, lewat ragam akitivitas produktif koperasi, setiap orang merasa
terbantu.
Sementara
itu perusahan dalam koperasi merupakan wadah
ragam aktivitas produktif yang diselenggarakan koperasi. Perusahaan itu mereka miliki bersama , mereka kendalikan
secara demokratis dan mereka besarkan bersama-sama. Hal ini pula yang kemudian
menyebabkan jenis aktivitas yang dijalankan perusahaan koperasi kental berbasis kebutuhan mayoritas
anggotanya. Kalaupun kemudian perusahaan Koperasi bergerak berbasis peluang,
ujungnya tetap harus memiliki relevansi bagi pertumbuhan kesejahteraan anggota. Singkatnya, perusahaan
dalam koperasi berposisi sebagai alat/media yang fungsi utamanya adalah
men-sejahterakan para anggotanya.
F. 2 (dua)
Agenda Besar Setiap Koperasi
Setiap kelahiran koperasi pasti membawa agenda
besar yaitu men-sejahterakan anggotanya dalam arti luas, baik secara materil
maupun im-materil. Uniknya, upaya mewujudkan kesejahteraan itu dilakukan
melalui mobilisasi kebersamaan yang didalamnya terdapat penyatuan energi dan
sumberdaya. Distribusi peran pun dilakukan sebagai senjata terbaik
dalam mencapai cita-cita bersama. Distribusi peran semacam ini
juga merupakan wujud gotong royong dan praktek saling bahu membahu diantara
segenap unsur organisasi. Satu hal yang
menjadi catatan penting, setiap inisiatif peran dari anggota didasarkan
pada kesadaran bahwa apa yang dilakukannya bukanlah hanya membesarkan
perusahaan koperasi, tetapi juga membesarkan/menolong dirinya sendiri.
Mereferensi alinie diatas, maka disimpulan ada
2 (dua) agenda besar setiap koperasi, yaitu :
1.
Bagaimana
membangun kapasitas anggotanya melalui pendidikan sehingga menjadi insan cerdas
dan lebih produktif dalam arti luas.
2.
Bagaimana
membesarkan perusahan koperasi yang fokusnya juga men-sejahterakan anggota dalam arti luas
(materil & immateril)
2 (dua) agenda besar ini tidak bersifat
opsional karena agenda tersebut melekat sejak kelahiran koperasi
itu sendiri. 2 (dua) agenda ini juga menegaskan bahwa kesejahteraan tidak
semata-mata bersumber dari aktivitas kolektif/unit layanan yang diselenggarakan
koperasi, tetapi juga oleh diri anggota itu sendiri melalui perubahan tata cara
hidup yang lebih men-sejahterakan dirinya secara ekonomi,sosial dan budaya.
Inilah gambaran bagaimana distribusi peran dalam koperasi itu
menjadi begitu penting. Hal ini juga menegaskan bahwa berkoperasi itu tidak sama
dengan ber-investasi pada satu perusahaan non-koperasi dimana cukup menyetorkan
sejumlah modal dan kemudian duduk manis menunggu hasil. Pada koperasi, status keanggotaan tidak semata-mata
sebagai simbol kepemilikan, tetapi juga simbol komitmen untuk mengambil tanggungjawab dalam membesarkan
dirinya dan juga perusahaan koperasi. Singkat kata, hubungan antara
dirinya sebagai anggota dengan koperasi adalah mutual partnership (kerjasama yang saling menguntungkan).
Untuk 2 (dua) agenda ini, koperasi bersama
anggotanya perlu terus meng-intensifkan pendidikan dalam tujuan membangun
kapasitas. Disampin itu, segenap unsur organisasi juga perlu meng-intensifkan
komunikasi produktif guna terbangunnya ikatan emosional yang kuat, terbentuknya
kesadaran bagaimana kesejahteraan dicapai dan terbangunnya kesadaran
perlunya sinergitas peran diantara segenap unsur organisasi. Dengan demikian,
koperasi akan hadir disetiap keresahan yang membelit anggotanya dan juga selalu
merespon setiap ide atau gagasan yang
berkembang di kalangan anggota. Kalau kondisi demikian terbentuk dan menjadi
budaya keseharian koperasi, maka anggota
akan bisa mendefenisikan kepentingannya terhadap atas segala aktivitas yang
dijalankan oleh koperasinya.
G. Penghujung Bernada Kesimpulan
Men-sejahterakan anggota adalah tujuan utama
berkoperasi yang perwujudannya melalui penggabungan potensi dan optimalisasi
peran sinergis diantara segenap organisasi. Untuk itu, disatu sisi koperasi
harus membangun kapasitas anggotanya melalui pendidikan dan selanjutnya
memobilisasi kapasitas itu untuk melahirkan berbagai ragam aktivitas produktif
yang men-sejaterakan. Demikian, tulisan sederhana ini disajikan sebagai
pemantik dalam diskusi seputar koperasi.Semoga menginspirasi kebaikan-kebaikan
khususnya bagi perkembangan koperasi di bumi pertiwi. Amin.
Posting Komentar
.