ME-REDEFENISI KATA “MENGANGGUR” | ARSAD CORNER

ME-REDEFENISI KATA “MENGANGGUR”

Selasa, 29 November 20160 komentar

ME-REDEFENISI KATA “MENGANGGUR”

39.688 orang di Banyumas Masih Menganggur”, demikian judul salah satu tulisan di pojok kiri halaman 18 di Koran Suara Merdeka (30/11). Setelah membaca isi beritanya, ter-ide me-redefenisi kata “menganggur” dari persepsktif semangat hidup (spirit of life). Mengapa dari perspektif semangat hidup, karena bisa jadi menganggur itu adalah pilihan yang dilakukan tanpa sengaja. Artinya, pengangguran yang dialami sebagai akibat dari kelengahan-kelengahan yang dilakukan dimasa lalu sehingga tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk bekerja disebuah tempat. 

Dalam makna keseharian, menganggur identik dengan ketiadaan pekerjaan yang disebabkan terbatasnya lowongan pekerjaan.  Dengan kata lain, “pertumbuhan pencari kerja mengikuti deret hitung dan pertumbuhan lapangan kerja mengikuti deret ukur”. Dengan demikian, deviasi antara pertumbuhan lapangan pekerjaan dan jumlah pencari kerja  menjadi area pengangguran. Kalau ternyata pengangguran berasal dari deviasi itu, maka ada beberapa opsi yang mungkin bisa diambil, yaitu : (i) menumbuhkan investasi. Hal ini bisa dilakukan lewat mengundang investor maupun mendorong pengusaha lokal berekspansi.; (ii) mendorong lahirnya para wirausahan baru. Hal ini bisa dilakukan lewat memberikan  ragam pendidikan dan pelatihan sehingga mereka memilki bekal  terjun ke dunia usaha. Langkah ini sangat strategis seba  disamping menciptakan kemandirian juga berpeluang  menciptakan lowongan kerja yang bisa menekan statistik pengangguran.  

Ada satu pandangan menarik diamana pengangguran tidak semata-mata karena terbatasnya lowongan pekerjaan, tetapi juga akibat dari terbatasnya kapasitas pencari kerja. Kapasitas yang dimaksud disini adalah kombinasi antara pengetahuan yang cukup, pengalaman yang mumpuni dan sikap/attitude yang baik. Dalam perspektif semangat, sepertinya lebih menarik menjadikan terbatasnya kapasitas pencari kerja sebagai core problem sebab pandangan ini menginspirasi energi menyusun formula peyelesaian persoalan saat ini dan sekaligus jangka panjang. Hal ini penting, sebab angka pengangguran di usia produktif akan terus tumbuh setiap kali ada kelulusan SLTA dan atau karena adanya PHK dikarenakan perusahaa gulung tikar. Dengan kata lain, peningkatan kapasitas adalah kunci utama dalam penyelesaian persoalan pengangguran. Dalam konteks seseorang memiliki bakat menjadi karyawan maka peningkatan kapasitas diorientasikan pada pemenuhan kualifikasi yang dipersayaratkan sehingga bisa bersaing dengan pemburu kerja lainnya. Sementara itu, bagi usia produktif yang memiliki gairah atau talenta berwirausaha didorong atau di fasilitasi dalam proses peningkatan kapasitas wirausahanya sehingga memiliki keyakinan dan keberanian untuk memulai usaha dan juga memiliki kemampuan mengelola usaha yang akan dijalankan.


B. Membangun Kesadaran Pentingnya Ber-Kapasitas
Tak ada yang perlu dipersalahkan atas terbatasnya lowongan pekerjaan sehingga para pencari kerja harus dihadapkan pada situasi berulang, yaitu memperebutkan lowongan pekerjaan yang jumlahya sangat sedikit. Sebagai catatan, data statistik menunjukkan bahwa jumlah wirausahawan baru menyentuh angka 1,6% dan ini masih jauh dari angka ideal sebesar 2,5% dari jumlah penduduk sebuah negara. Artinya, data ini memberi pesan bahwa pengangguran menjadi dampak logis dari kurangnya jumlah wirausahawan. Pertanyaannya adalah apakah semua orang bisa dipaksakan menjadi wirausahawan?.

Jawabannya tentu tidak, sebab menjadi wirausawan (entrepreneur) itu memerlukan kemauan dan men-syaratkan penjiwaan dalam menjalaninya. Namun demikian, di kalangan masyarakat kadung terbangun mis-persepsi  dalam memandang “wirausaha” dimana mayoritas memposisikan modal dalam bentuk uang sebagai syarat mutlak dalam memulai berusaha. Tidak banyak anggota masyarakat yang memandang bahwa modal terpenting wirausahawan itu adalah kemauan & keberanian. Sementara itu, tentang “apa yang harus mulai dikerjakan”, sesungguhnya begitu banyak dan terbuka setiap saat bagi siapapun yang mau memulainya. Sebagai contoh paling sederhana adalah ikut menjualkan barang dagangan sebuah toko baik menggunakan metode  manual  ataupun metode online. Kegiatan tersebut tidak memerlukan modal uang dan hanya memerlukan kemauan dan keberanian yang disertai kepercayaan dari sang pemilik toko. Contoh lainnya adalah melakukan kerja kreatif baik dalam konteks menciptakan nilai tambah dari yang sudah ada dan atau menciptakan hal baru melalui eksplorasi dan ekeploitasi potensi yang melekat pada dirinya, keseharian hidup dan juga optimalisasi sumber daya alam dimana yang bersangkutan bertempat tinggal. Melakukan kerja kreatif  sebenarnya jauh lebih menarik karena ada upaya sadar menciptakan perubahan nasibnya lewat tangannya sendiri. Pada pilihan manapun yang akan diambil, semua kembali tergantung pada ada tidaknya kemauan. Sementara itu, tentang kemampuan sesungguhnya bisa diperoleh dari proses dan tidak perlu menunggu menjadi ahli baru memulai. Artinya, menjadi insan pembelajar pada apapun dan siapapun lebih mendorong terdongkraknya kapasitas diri yang kemudian linier terhadap pertumbuhan peluang untuk berkembang.


C.  Duduk Bersama Mencari Jawab
Dalam men-soal pengangguran, dirasa perlu menggelar agenda duduk bersama  segenap stake holder dengan 2 (dua) target minimal, yaitu : (i) melakukan deteksi menyeluruh tentang pengangguran sehingga bertemu jawab apa yang  menjadi core problem nya; (ii). menyusun solusi bersama berbasis pemberdayaan. Dalam hal ini, langkah yang diambil  bisa melalui mobilisasi potensi yang melekat pada diri pencari kerja, bisa juga  melalui mobilisasi potensi lingkungan dan juga bisa melalui optimalisasi potensi alam. Langkah ini tentu tidak bisa dilakukan sendirian oleh barisan pencari kerja tersebut, tetapi perlu adanya panduan dari orang-orang yang berkomitmen dan berkepedulian terhadap persoalan mereka. Orang-orang yang berkomitmen tersebut bisa berasal dari pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan atau siapa saja yang melihat ini sebagai sesuatu yang harus difikirkan bersama serta memiliki ketertarikan untuk ambil bagian menemukan solusi cerdas mengatasi persoalan. Lewat formula yang dihasilkan, terbangun semangat dan juga asa baru tentang masa depan yang lebih baik dan berpengharapan. Pada pendekatan ini, terkandung makna bahwa  pengangguran juga bisa diakibatkan oleh rendahnya kepedulian di lingkungan masyarakat sehingga orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak menemukan akses terbaik untuk membangun masa depannya.


Sebagai catatan penghujung, persoalan pengangguran sebaiknya dijadikan persoalan bersama sebab bisa berdampak pada timbulnya ragam persoalan sosial yang meresahkan masyarakat. Kesetiakawanan dan kerelaan semua pihak menjadi begitu penting demi solusi integratif dari persoalan pengangguran. Lewat pendekatan kepedulian semacam ini, maka “pengangguran”  mungkun hanya terjadi bila seseorang “tidur” dimana akal, fikiran dan fisiknya berhenti beraktivitas. Selebihnya, begitu banyak ruang dan hal yang sesungguhnya bisa dikerjakan. 
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved