KETIKA BAPPEDA KAB BANYUMAS
MENGGELAR FGD PENAJAMAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
A.
Prolog

B.
Sedikit Resume di satu jam terakhir
Datang
terlambat karena ada tabrakan agenda, memaksa hanya bisa mengikuti FGD yang men-temakan kemiskinan ini di satu
jam terakhir. Untungnya, sesi kesimpulan belum terlewat bekesempatan menyaksikan
bagaimana ide-ide hebat dan keren mengemuka serta begitu mencerahkan dari
beberapa peserta FGD.
”semangat
pengentasan
kemiskinan” telah memantik ragam
gagasan sampai-sampai Kepala Bappeda Kab Banyumas kebanjiran ide. Satu hal yang
pantas menjadi garis tegas bahwa ”persoalan kemiskinan ini akan terselesaikan”.
Mungkin terlalu dini berkesimpulan, tetapi berfikir positif dan membangun asa
atas semangat yang membuncah bukanlah sesuatu yang berlebihan.
Ada beberapa
hal yang layak digarisbawahin dari ragam pemikiran dan gagasan yang berkembang,
antara lain :
1. Perlu adanya
perpaduan antara seluruh elemen yang memiliki comcern dan atau
kepedulian terhadap persoalan kemiskinan.
2. Perlunya data statistik kemiskinan up to date
sehingga persoalan kemiskinan lebih mudah dianalisa.
3. Penanggulangan kemiskinan perlu menggunakan pola pemberdayaan
masyarakat dima partisipasi masyarakat menjadi ruhnya.
4. Gerakan-gerakan ini perlu terorgansisir dan
terkoneksi dengan baik sehingga program yang satu dengan lainnya bersifat saling
memperkuat.
5. Kepemimpinan menjadi sangat penting dalam
mendorong setiap program pengentasan kemiskinan.
6. Metode keroyokan yang tersistematis menarik
untuk dipilih sebagai cara mengentaskan persoalan kemiskinan.
"Semua
harus dimulai dari desa", ungkap salah satu audience. Untuk itu, perlu belajar mempercayai orang
desa bahwa mereka punya potensi dan kemampuan cukup berkontribusi dalam persoalan
yang membelit mereka. "Miskin itu bukan berarti bodoh, pinter itu
bukan tak mungkin miskin", pungkas beliau menyemangati.
Dipenghujung,
Kepala Bappeda Banyumas, Bapak Eko, menyampaikan akan dibentuk tim kecil yang
akan men-sistematisir gagasan-gagasan cerdas yang berkembang sepanjang FGD
tergelar.
C. Sumbang Saran Kadin Banyumas
Menyadari
tidak mungkin hadir tepat waktu, Kadin mencoba memberikan sumbang fikir dan
men-share nya lewat WA kepada beberapa peserta di pagi hari menjelang FGD dimulai, termasuk Kepada Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas, Bapak Eko. Sumbang
Fikir ini dimaksudkan memantik adrenalin kreatif untuk
mengembangkan gagasan-gagasan yang lebih detail dan aplikatif dalam penanggulangan kemiskinan.
Dalam
penyajian di Blog ini, dilakukan beberapa pengembangan kalimat tanpa menghilangkan
substansi gagasan awalnya. Adapun
sumbang saran yang dimaksud tersaji berikut ini :
“MEN-TEMAKAN KEMISKINAN”
A. Klesifikasi Miskin.
Miskin terbagi menjadi 2 (kelompok), yaitu :
- Memilih miskin. Pada sebagian orang secara
sengaja telah memilih untuk miskin. Hal ini biasanya dipengaruhi
oleh persepsi dan pemaknaannya tentang
kehidupan di dunia dan pemahaman bahwa dengan miskin maka hal-hal yang
dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan menjadi lebih sedikit. Pada kelompok
ini, mungkin lebih tepat dilakukan “pembiaran”
sebagai bentuk rasa hormat atas persepsi dan keyakinannya.
- Miskin sebagai akibat kebodohan. Hal
ini sebagai dampak kekurang-tepatan
langkah di masa lalu. Dalam konteks ini, miskin menjadi buah kemalasan dan
kebodohan dalam arti luas.
Dari 2 (dua) kelompok ini, maka fokus pengentasan lebih
tepat diorientasikan pada kelompok ke-2 (dua) dimana kesadaran akan kekeliruan
dimasa lalu menjadi potensi untuk duduk bersama merumuskan solusi komprehensif.
B. Muasal
Kemiskinan:
- Kemiskinan
struktural. Dalam hal ini, kemiskinan dibaca sebagai
dampak kurang efektifnya kebijakan
dalam mendorong pemberdayaan dan atau pemeretaan kesempatan berusaha.
Dengan kata lain, diperlukan adanya kontemplasi dan atau re-orientasi
kebijakan yang memberi peluang dan memotivasi rakyat untuk kaya dalam nuansa keadilan
kesempatan dan juga pemerataan yang senantiasa terjaga.
- Kemiskinan
karena kebodohan. Hal ini semata-mata akibat respon
yang tidak tepat dalam menterjemahkan kesempatan hidup dan
mengkombinasi antara bakat diri dan alam seisinya. Dalam situasi ini,
kebesaran jiwa atas kekeliruan dimasa lalu menjadi sumber energi untuk
melakukan “perubahan cara” untuk hasil yang lebih baik dan berpengharapan.
C. Gagasan Solusi
- Jangka pendek. Karitas atau donasi hanya efektif
menyelesaikan persoalan kemiskinan jangka pendek namun tidak menyelesaikan
persoalan jangka panjang. Bahkan,
langkah ini berpotensi menyebabkan ketergantungan yang membuat kemiskinan
itu menjadi lebih akud. Artinya, obat mujarab semacam ini hanya bersifat
jangka pendek dan memerlukan langkah-langkah lanjutan.
- Jangka menengah.
Menciptakan lapangan pekerjaan lewat menumbuhkembangkan investasi dalam
arti luas. Hal ini tentu diikuti dengan penciptaan iklim kondusif sehingga
melahirkan faktor-faktor pendukung seperti; (i) peningkatan kualitas public service; (ii) law
enforcement; (iii) campain potensi banyumas dan lain sebagainya yang
mendukung iklim usaha yang sehat. Investasi
dalam hal ini tidak terbatas pada upaya mendatangkan investor, tetapi jauh
lebih penting menyatukan potensi dan energi masyarakat banyumas untuk
mengoptimalkan sumber daya yang ada bagi peningkatan produktifitas
masyarakat.
- Jangka panjang
· Pada masyarakat miskin.
Perlu melakukan langkah-langkah pemberdayaan berbasis potensi pada masyarakat
miskin itu sendiri dengan meng-optimalkan potensi alam yang bisa dikerjakan
oleh masyarakat miskin itu sendiri. Berbagai pendidikan dan pelatihan perlu
digelar baik dalam rangka memotivasi maupun dalam membentuk
ketrampilan-ketrampilan baru yang berfungsi sebagai senjata mereka menjadi
insan produktif. Pada pendekatan ini, segenap yang terlibat memerlukan
penjiwaan kuat agar efektifitas tercapai dan pertumbuhan berkesinambungan.
· Pada generasi muda.
Pendidikan dan ketrampilan perlu terus dikembangkan dikalangan generasi muda
sehingga menjadi insan kreatif dan produktif. Apresiasi atas setiap kreativitas
perlu dikembangkan sehingga melahirkan budaya kreasi dan inovasi di kalangan
generasi muda.
· Agama sebagai inspirasi berkinerja. Spiritualitas vertikal sangat mempengaruhi mindset berfikir dan kinerja seseorang. Agama terkadang dimaknai secara sempit terbatas pada ritual rutin saja dan belum sampai menjadikannya sebagai inspirasi untuk lebih berkinerja, baik dalam membangun kemandiriannya maupun dalam mengembangkan kepedulian terhadap orang lain. Untuk itu, menarik untuk dilakukan pengkajian atau eksplorasi sehingga ditemukan pemaknaan yang utuh dan menginspirasi energi untuk menjadi insan-insan yang lebih produktif. Eksplorasi yang dimaksud bukan pada konteks mempertanyakan kebenaran agama, tetapi melakukan pengkajian secara mendalam bagaimana ajaran agama bisa mendorong segenap penganutnya menjadi insan yang bermanfaat bagi insan lainnya. Dengan demikian, setiap orang memiliki etos kerja tinggi yang berpotensi mendukung terbangunnya kemandirian diri dan sekaligus memperbesar peluang meluasnya makna diri pada insan lainnya dan juga alam. Dalam hal ini, peran serta permuka
agama menjadi penting dalam memotivasi para pemeluknya. Pemuka
agama perlu mendorong keyakinan menjadi sarana efektif membangun insan-insan
kreatif , inovatif dan produktif. Paradigma “produktif itu mulia” perlu
dibangun dan dikaitkan dengan kemandirian dan juga kepedulian dengan sesama. Alasannya sederhana saja, hanya pada
insan berkepedulian bisa diharapkan semangat berbagi kesempatan dan juga saling
mendukung dalam menumbuhkembangnya ragam karya yang men-sejahterakan.
Masukan ini hanya sebentuk gagasan awal atau lebih tepat
dikatakan sebagai pemantik munculnya ide-ide kreatif yang meningkatkan peluang
terselesaikannya persoalan kemiskinan dan sekaligus melahirkan harapan-harapan
baru, khususnya dalam mensejahterakan masyarakat.
Posting Komentar
.