“Ekspansikan Sayap
ke Luar Sangkar”
A. Pengantar
Pemilihan thema seminar kali ini sangat menarik
untuk di telaah. Thema ini menggambarkan adanya spirit kuat mengembangkan
aktivitas koperasi sampai keluar pagar kampus. Kalau ini yang menjadi “maksud para
pengagas tema”, maka hal ini dapat diwujudkan dalam 2 (dua) pilihan cara,
yaitu; (i) meng-ekpans layanan dalam
arti memperluas cakupan pelanggan tanpa diikuti pertumbuhan
kepemilikan (baca: anggota); (2) meng-ekpans layanan sekaligus kepemilikan (baca: anggota). 2 (dua)
hal tersebut sebenarnya hanya tentang “pilihan” saja walau masing-masing
pilihan memiliki nilai keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Pada pilihan pertama, dimana pengembangan layanan tanpa diikuti pengembangan kepemilikan,
maka yang terbangun adalah transaksi obyektif
dimana pemanfaatan layanan yang
ditawarkan koperasi oleh masyarakat (baca: non-anggota) didasarkan pada
pertimbangan rasional semata, seperti jarak, waktu, harga, performance dan
kualitas layanan. Sedangkan pada pilihan kedua, pengembangan
layanan juga diikuti pengembangan kepemilikan maka yang
terbangun adalah transaksi subyektif dimana pemanfaatan layanan koperasi lebih didasarkan oleh rasa kepemilikan (sebab
anggota adalah pemilik) tanpa menghilangkan rasionalitas anggota sebagai
manusia ekonomis. Pada pilihan kedua ini, sang anggota mengambil 2 (dua)
manfaat sekaligus, yaitu menolong dirinya sendiri karena koperasi menawarkan nilai
lebih dan sekaligus berpartisipasi dalam mengembangkan perusahaan
koperasi yang mereka miliki bersama-sama. Untuk pilihan kedua sangat juga terbuka
peluang terbentuknya market loyal atas layanan koperasi, sebab
setiap transaksi identik dengan membesarkan perusahaan koperasi (dalam tinjaun
kolektifitas) dan membangun nilai manfaat dari koperasi (dalam tinjauan anggota
selaku insan pribadi). Sekali lagi, hal ini hanya tentang pilihan saja namun
memerlukan ketegasan pilihan sebelum langkah ekspansi dilakukan.
Sebagai satu catatan, jika jenis unit layanan
yang dikembangkan membutuhkan konsistensi komitmen banyak orang untuk
membesarkannya, maka semakin banyak orang semakin banyak pula yang ikut
mengambil tanggungjawab. Sementara itu, pada unit-unit layananan yang tidak
membutuhkan konsistensi support massa yang banyak, maka
menumbuhkan jumlah angota justru menjadi kurang efektif dan berpotensi
menurunkan manfaat materil karea jumlah angka pembagi semakin banyak.
B. Hakekat Koperasi dan Posisi Perusahaan Koperasi
Secara
filosopi, koperasi adalah kumpulan orang
yang memiliki pandangan dan keyakinan serupa bahwa kebersamaan mendatangkan
manfaat bagi dirinya, segenap anggotanya dan juga masyarakat. Sebagai kumpulan
orang, fokus utama koperasi sesungguhnya “membangun
orang” melalui
pendidikan berkelanjutan yang ter-aplikasi dalam ragam metode yang efektif bagi
keterbangunan pencerdasan.Untuk mendukung hal itu, koperasi idealnya selalu
mengembangkan variasi pola pendidikan sehingga tebangun akselerasi pertumbuhan kapasitas
anggota. Pada satu titik tertentu, kapasitas mendorong peningkatan kualitas
aspirasi yang meng-inspirasi ide pengembangan perusahaan
koperasi.
Ragam
ide atau gagasan itu idealnya berbasis kebutuhan anggota, baik dalam konteks memenuhi
kebutuhan anggota secara bijak maupun dalam konteks meningkatkan
pendapatannya secara cerdas.
Pada titik inilah berkoperasi sesungguhnya menolong diri sendiri.
Artinya, lewat berkoperasi setiap orang merasa terbantu melalui
aktivitas-aktivitas yang diselenggarakan koperasi dan juga oleh dirinya
sendiri.
Sementara
itu perusahan dalam koperasi merupakan wadah
ragam aktivitas produktif yang diselenggarakan koperasi. Perusahaan itu mereka miliki dan kendalikan secara
demokratis serta membesarkan secara bersama-sama. Hal ini pula yang kemudian
menyebabkan jenis aktivitas yang dijalankan perusahaan koperasi kental berbasis kebutuhan mayoritas
anggotanya. Kalaupun kemudian perusahaan Koperasi bergerak berbasis peluang,
ujungnya tetap harus memeiliki relevansi bagi pertumbuhan kesejahteraan anggota. Singkatnya, perusahaan
dalam koperasi berposisi sebagai alat/media yang fungsi utamanya adalah
men-sejahterakan para anggotanya.
C. 2 (dua) Agenda
Besar Setiap Koperasi
Setiap kelahiran koperasi pasti membawa agenda
besar yaitu men-sejahterakan anggotanya dalam arti luas, baik secara materil
maupun im-materil. Uniknya, upaya mewujudkan kesejahteraan itu dilakukan
melalui mobilisasi kebersamaan yang didalamnya terdapat penyatuan energi dan
sumberdaya. Distribusi peran pun dilakukan sebagai senjata terbaik
dalam mensukseskan cita-cita bersama.
Distribusi peran ini juga dan merupakan
wujud gotong royong dan saling bahu membahu diantara segenap unsur organisasi
yang merupakan ciri khas koperasi. Disamping itu, setiap inisiatif peran dari
anggota didasarkan pada kesadaran bahwa apa yang dilakukannya bukanlah hanya membesarkan
perusahaan koperasi, tetapi juga membesarkan/menolong dirinya sendiri.
Mereferensi alinie diatas, maka disimpulan ada
2 (dua) agenda besar setiap koperasi, yaitu :
1.
Bagaimana
membangun kapasitas anggotanya melalui pendidikan sehingga menjadi insan cerdas
dan lebih produktif dalam arti luas.
2.
Bagaimana
membesarkan perusahan koperasi yang fokusnya juga men-sejahterakan anggota dalam arti luas
(materil & immateril)
2 (dua) agenda besar ini tidak bersifat opsional
karena agenda tersebut mulai melekat bersama kelahiran koperasi itu sendiri. 2
(dua) agenda ini juga menegaskan bahwa kesejahteraan tidak semata-mata
bersumber dari aktivitas kolektif/unit layanan yang diselenggarakan koperasi,
tetapi juga oleh diri anggota itu sendiri melalui perubahan tata cara hidup yang
lebih men-sejahterakan dirinya secara ekonomi,sosial dan budaya. Inilah
gambaran bagaimana distribusi peran dalam koperasi itu menjadi
begitu penting. Hal ini juga menegaskan bahwa
berkoperasi itu tidak sama dengan ber-investasi pada satu perusahaan
non-koperasi dimana cukup menyetorkan sejumlah modal dan kemudian duduk manis
menunggu hasil. Pada koperasi, status
keanggotaan tidak semata-mata sebagai simbol kepemilikan, tetapi juga simbol
komitmen untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam membesarkan dirinya dan juga
perusahaan koperasi. Singkat kata, hubungan antara dirinya sebagai
anggota dengan koperasi adalah mutual partnership (kerjasama yang saling menguntungkan).
Untuk 2 (dua) agenda ini, koperasi bersama
anggotanya perlu terus meng-intensifkan pendidikan dalam tujuan membangun
kapasitas dan sekaligus meng-intensifkan komunikasi produktif dengan segenap
anggotanya. Idealnya, koperasi harus hadir disetiap keresahan yang sedang
membelit anggotanya sebagaimana koperasi pun harus respon atas setiap ide atau
gagasan yang berkembang di kalangan anggota. Dengan demikian, setiap anggota
bisa mendefenisikan kepentingannya terhadap setiap kegiatan yang digelar
oleh koperasinya.
D. Bermula
Dari Kemauan....
Tumbuhkembangnya koperasi itu sangat
tergantung dari “kemauan”. Dengan demikian, apabila sebuah
koperasi masih belum maju, maka “core problem”nya pasti terletak
pada “kemauan” yang belum terbangun disegenap unsur organisasi. Sebagai
catatan, ada 2 (dua) hal yang membuat setiap orang mau bergerak,
yaitu harapan atau ancaman.
Me-referensi pada hal itu. maka kebersamaan di
koperasi harus bisa membangun nalar harapan, sehingga terbangun “kemauan”
menjadi bagian dari sebuah kebersamaan di koperasi. Kemauan yang
dimaksud tidak terbatas hanya menjadi anggota, tetapi juga mengambil
tanggungjawab untuk membesarkan dirinya dan juga koperasi secara bersamaan.
Untuk itu, koperasi harus membangun nalar logis
sehingga harapan itu memiliki rasionalionalitas mewujud dan
sangat layak diperjuangkan bersama. Nalar-nalar logis semacam ini dijadikan
sebagai bagian dari pendidikan terhadap anggota sehingga
terbangun persepsi dan atau kefahaman serupa tentang arah yang dituju dan apa
yang harus dilakukan setiap orang untuk mewujudkannya. Selanjutnya, pengetahuan
diharapkan menjadi pemantik kesadaran untuk melakukan aksi-aksi berpihak
anggota. Hal ini dimulai dari kemauan melakukan penyatuan energi dan potensi.
Ketika kondisi demikian mewujud, maka apapun
aktivitas produktif yang akan dilakukan oleh koperasi akan terus tumbuh dan
berkembang. Sepanjang aktivitas/unit layanan itu me-refresentasikan
kebutuhan mayoritas anggota, maka dipastikan tidak akan pernah mati sepanjang
loyalitas anggota terjaga. Pada kondisi demikian, maka posisi atau tata letak
sebuah unit layanan menjadi tidak begitu berpengaruh apakah di dalam atau di
luar pagar kampus. Sebaliknya, ketika pergerakan perusahaan koperasi didorong keluar pagar kampus dan juga diikuti
dengan tawaran kepemilikan (keanggotaan), maka pertumbuhan kuantitas anggota
akan linier dengan pertumbuhan perusahaan koperasi.
E. Kombinasi 95% dan 5%
Dalam
tinjauan praktek, ber-koperasi itu 95% tentang semangat dan 5% tentang
hal lainnya (baca: operasiona). Dalam semangat itu terdapat kemauan
bergerak untuk melahirkan nilai tambah
baru dari sebuah kebersamaan. Sementara itu, operasionalisasi organisasi dan
juga perusahaan hanya-lah berperan sebesar 5% saja.
Proporsionalitas
95% dan 5% itu memang bukan didasarkan pada satu penelitian ilmiah, tetapi terinspirasi
oleh perjalanan panjang menjadi bagian dari perjuangan menumbuhkembangkan koperasi.
Proporsionalitas tersebut juga merupakan bentuk penegasan bahwa
“ketidakmauan
untuk maju akan berujung pada ketidakmajuan”.
Untuk
memudahkan atau menguatkan proporsionalitas tersebut, berikut diberikan
beberapa ilustrasi :
1. 1000 orang
karyawan sebuah pabrik mendirikan koperasi. Menyadari bahwa 900 orang dari
mereka memiliki sepeda motor dan kebutuhan terhadap service, oli,
onderdil dan pernik sepeda motor adalah sesuatu yang pasti, kemudian meng-inspirasi kemauan untuk urunan
mendirikan satu unit layanan koperasi berbentuk bengkel. Setelah urunan
terkumpul, maka mereka memanggil para expertist di bidang perbengkelan untuk
menjalankan atau mengelola keseharian bengkel tersebut. Sejak bengkel itu
berdiri, para karyawan bebas dari persoalan perawatan motor mereka. Hebatnya
lagi, semua kemudahan yang mereka nikmati diperoleh dengan harga yang lebih
murah dibanding saat mereka ke bengkel yang lain. Illustrasi
berdirinya bengkel ini berawal dari kemauan... KAH?
2. setelah
sukses dengan bengkel, kemudian terbangun kesadaran baru bahwa setiap orang dari mereka dipastkan
melakukan belanja bulanan, maka 1000 orang yang terhimpun dalam koperasi tersebut
berencana mendirikan sebuah swalayan yang focus utamanya adalah menyediakan
kebutuhan para anggotanya. Sejak swalayan ini berdiri, mereka tidak perlu lagi repot-repot belanja
sebab sudah langsung dianter ke rumahnya masing-masing. Hebatnya lagi, dengan
jumlah uang belanjaan yang sama, mereka bisa memperoleh barang yang lebih
banyak kuantitasnya karena harga di koperasi lebih murah. Keterbatasan mereka dalam hal pengelolaan
sebuah swalayan tidak menjadi penghalang mewujudkan mimpi tersebut, mereka pun menghadirkan
pada expertis dalam bidang swalayan. Illustrasi berdirinya swalayan ini berawal dari kemauan...
KAH?
3. 200 orang
mahasiswa/i berstatus anak kost ingin mendapati hidup lebih efisien. Ide yang tersepakati
adalah membuat “dapur umum”. Mereka pun menyatukan alokasi anggaran makan bulanan
mereka dan kemudian memanggil ahli dalam urusan masak memasak. Setelah program
ini dijalankan, mereka pun terjamin makannya sebulan penuh dan total biayanya
pun lebih murah ketika mereka makan diwarung. Illustrasi
berdirinya “Dapur umum” ini berawal dari kemauan... KAH?
4. dsb.
Contoh
diatas menggambarkan bagaimana kemauan telah mendorong penyatuan
potensi dan sumber daya (baca : urunan) dalam memenuhi apa-apa yang menjadi
kebutuhan. Mereka juga membangun “harapan”
dimana ada nilai tambah nyata ketika
bersama-sama, yaitu minimal harga yang lebih murah dan jarak yang lebih dekat
serta pelayanan yang pasti lebih prima. Satu hal lagi, mereka tidak perlu repot
mengurus pengelolaan unit-unit layanan apapun, sebab menghadirkan expertis (ahli) membuat semuanya menjadi beres. Sekali
lagi, kuncinya adalah kemauan menyatukan
potensi dan sumber daya.
F.
Penghujung
Satu hal
yang menjadi catatan, membangun kemauan banyak orang untuk
bersama-sama melakukan penyatuan energi dan sumber daya memang bukan perkara mudah,
sebab memerlukan rasa saling percaya,
saling menjaga, saling menghormati, konsistensi berkomitmen, kebijaksanaan dalam
memandang perbedaan dan lain sebagainya. Namun demikian, bukan berarti tidak
mungkin sepanjang ada kemauan kuat mewujudkan disertai kesabaran
berproses. Semua berawal dari kecil, tetapi keterjagaan kemauan menjadi jalan bagi tumbuhkembangnya karya dan
manfaat.
Letak
kemauan itu pada insan-insan didalamnya, sehingga bila ingin membagun kemauan, lakukanlah
pencerahan sehingga terbentuk nalar hebat dari sebuah kebersamaan. Doronglah menjadi aksi penyatuan potensi dan sumber
daya, sehingga terbuka lebar peluang menggelar ragam aksi produktif yang akan
men-sejahterakan semuanya.
Posting Komentar
.