APRESISI TERBUKA UNTUK SUTRADARA
“SINETRON ANAK JALANAN”
Ini hanya perasaan
sesaat atau mungkin lebih tepat sebagai ekspresi kegalauan akibat terbawa
perasaan terlalu dalam ketika mengikuti lanjutan jalannya “sinetron anak jalanan”.
Mungkin aku menjadi lebay seketika, tetapi melepas ke-baper-an ini perlu total expression agar kembali ke
realitas hidup dan keluar dari efek drama sinetron yang sukses mengaduk-aduk
perasaanku. Apalagi, sang istri dan ketiga lelakiku menggodaku dengan
nada yang merusak suasana kebathinanku yang lagi larut sehingga kegalauanku semakin menjadi-jadi. Akhhh.....
Tulisan ini mengalir
saat sinetron sedang tayang sambil sesekali melihat aksi lanjutan pasca boy
masuk IGD untuk mendapat perawatan dokter. Saat mata ini concern mengikuti gerakan jemari di keybord laptop, telinga ini
tetep mengikuti upaya Raya yang berusaha kerras mengejar Reva untuk meng-informasikan
kalau Boy di rumah sakit. Sayangnya, Reva sepertinya tidak mendengar dan
memilih cuek dan mengikuti amarah-nya lewat aksi ngepot dan standing bersama motornya. Aksi inipun membuat Raya memilih berhenti mengejarnya.
Sang Sutradara sukses mengacak dan mengaduk emosiku. Sang Sutradara sukses mematahkan prediksi seisi rumah yang
memperkirakan reva datang dan menjadi penyemangat boy untuk bangkit lagi. Hal ini berdasarkan biasanya kalau boy bertanding mengalahkan musuh-musuhnya. Ternyata,
kali ini tidak seperti biasanya. Bahkan, kecelakan kecil yang dialami Reva tak
bisa dipastikan apakah dalam rangka menuju arena pertandingan atau tidak. Sikap Macan
(mama cantik) yang memilih nonton dipinggir jalan karena tak berhasil merayu
reva lewat WA untuk mengajaknya bersama-sama menyaksikan juga sedikit menjengkelkan, walau sang Macan dalam dilema karena Wiryawan (sang suami)
sudah menugaskannya untuk itu. Tetapi, bukankah lebih baik Macan memilih
menjadi penyemangat di pinggir ring walau tanpa seorang Reva, mengingat hebatnya pengaruh pada semangat juang anak lelaki satu-satunya. Tapi lagi lagi
sutradara sukses mengaduk-ngaduk perasaanku.
Sutradara juga membuat
skenario dimana Boy kalah melawan Jurong, pemain MMA yang berasal dari Thailand.
Sentimenkupun muncul mengapa Indonesia harus dikalahkan walau hanya di sinetron.
Ini persoalan nama harum bangsa dan dimanakah nasionalisme sang sutradara?.
Apalagi, Rio sang pimpinan srigala diberi ruang mengganggu konsentrasi Boy lewat bualan keselamatan reva. Ironisnya, Boy yang dikenal sebagai petarung tangguh
selalu memiliki kelemahan kehilangan konsentrasi bila orang-orang yang dicintainya terluka atau sedang
dalam ancaman bahaya.
Strategi licik ini pun sukses menggoyahkan konsentrasi dan pertahanan Boy. Rasanya sebel banget mengapa sutradara memberi ruang pada kelicikan dimana hal ini jelas jauh dari semangat fair play sebuah pertandingan. Tapi, sesi pembusukan ini menjadi nalar logis atas kekalahan Boy Wiryawan. Tapi, kekalahan Boy itu terasa menyakitkan. Praktek provokasi semacam itu sangat tidak logis di pegelaran pertandingan sekelas Asia Tenggara, sama tidak logisnya ketika Reva dan Mamanya selau mendapat kesempatan membisikkan dan men-suntikkan semangat ke telinga Boy dari samping ring di setiap keadaan kritis boy dipertandingan-pertandingan sebelumnya. Hmmm...sutradara sukses membangun militansi buta dan pembelaanku terhadap pemera utama pilihannya, boy dan reva. Akhh..lagi-lagi sutradara sukses dan menyebalkannnn...
Strategi licik ini pun sukses menggoyahkan konsentrasi dan pertahanan Boy. Rasanya sebel banget mengapa sutradara memberi ruang pada kelicikan dimana hal ini jelas jauh dari semangat fair play sebuah pertandingan. Tapi, sesi pembusukan ini menjadi nalar logis atas kekalahan Boy Wiryawan. Tapi, kekalahan Boy itu terasa menyakitkan. Praktek provokasi semacam itu sangat tidak logis di pegelaran pertandingan sekelas Asia Tenggara, sama tidak logisnya ketika Reva dan Mamanya selau mendapat kesempatan membisikkan dan men-suntikkan semangat ke telinga Boy dari samping ring di setiap keadaan kritis boy dipertandingan-pertandingan sebelumnya. Hmmm...sutradara sukses membangun militansi buta dan pembelaanku terhadap pemera utama pilihannya, boy dan reva. Akhh..lagi-lagi sutradara sukses dan menyebalkannnn...
Kegalauan berlanjut saat
Reva baru akan keluar dari rumah sakit bersamaan dengan masuknya ambulance yang
membawa Boy. tadinya aku berfikir akan berpapasan sehingga asa dan rasa ini termanjakan dengan mempertontonkan keampuhan cinta. Tapi, lagi-lagi tidak seperti
dugaanku. Bahkan saat keluar dari lift, Reva betemu dengan Adriana Sebagaimana
biasanya peran antagonis, lagi-lagi Adriana selalu menambah runyam suasana.
Sikap Adriana yang ngotot,
tidak malu dan memaksakan diri untuk mendapati keadaan Boy yang masih belum sadar
sungguh keterlaluan. Skenario ini sukses menjadi energi tambahan amarah dan
kejengkelanku. Kedatangan ibu Adriana
yang mengajak paksa Adriana
pulang membangunkan kesadaranku
kalau ini hanya sebuah sinetron....sinetron man....!!!. Lagi-lagi sutradara
sukses mengibuliku.
Akhirnya kelicikan
Jurong diperlihatkan setelah memberi hadiah segepok uang atas peran busuk Rio saat pertandingan final MMA itu. Hal ini menjadi jawaban mengapa nasionalisme
Rio dan pasukan Arigalanya berada di titik 0 (nol) besar. Kebencian Srigala terhadap
grup anak jalanan dan tawaran uang dari Jurong berjodoh dan menjadi inspirasi energi
Rio dan temennya untuk memerankan tingkah yang mengundang kejengkelan penonton ter-amat
sangat. Akh...lagi-lagi sutradara sukses membuatku semakin baper .............
Andai sutradara membaca tulisan ini, mungkin akan tersenyum dan bahkan terpingkal-pingkal. Potongan iklan disaat-saat kritis juga menandaskan kebrilianan RCTI selaku penayang sinetron ini. Ketersajian tulisan ini tak terelakkan sebagai simbol kekaguman dan acungan jempol atas kepiawaian sutradara dan produser serta stasiun RCTI. Dengan jiwa besar, aku harus katakan kalian benar-benar sukses menempatkan karya ini dikepala penonton....Congratulation....!!!
Andai sutradara membaca tulisan ini, mungkin akan tersenyum dan bahkan terpingkal-pingkal. Potongan iklan disaat-saat kritis juga menandaskan kebrilianan RCTI selaku penayang sinetron ini. Ketersajian tulisan ini tak terelakkan sebagai simbol kekaguman dan acungan jempol atas kepiawaian sutradara dan produser serta stasiun RCTI. Dengan jiwa besar, aku harus katakan kalian benar-benar sukses menempatkan karya ini dikepala penonton....Congratulation....!!!
Seketika aku jadi ingat
ketika berkesempatan menjemput seorang ekonom senior Prof Dhawam Raharjo di stasiun kereta Purwokerto beberapa tahun lalu. Kehadiran beliau saat itu untuk mengisi satu seminar di Kampus
Unsoed Purwokerto. Setelah aku mempersilahkan beliau naik ke dalam kendaraan, aku pun langsung
menginjak pedal gas menuju hotel tempat beliau menginap. Sambil senyum-senyum sendiri dan bahkan menahan tawa mendengar materi pembicaraan beliau. Untuk tidak menggangu keasikan beliau bertelepon ria, aku mencoba mengajak ngobrol dengan staff beliau DR.Tarlih untuk sekedar mengobati keheranan dan juga geliku. Bagaimana
tidak, sebab yang dibicarakan beliau via telepon adalah tentang kelanjutan sinetron kesukaannya yang terpaksa terlewatkan karena masih dalam perjalanaan menuju Kota Mendoan saat sinetron itu diputar. Uniknya lagi, pembicaraan berlangsung sejak mula masuk kendaraan sampai ruang lobby hotel. Bahkan, saya sempat menunggu seitar 15 menitan sampai pembicaraan usai. Atas apa yang kurasakan malam ini, sepertinya terdapat sisi kesamaan dengan beliau walau garis hidup berbeda nyata....ha2..Mungkin pengungkapan testimoni ini hanya caraku melakukan pembelaan atas kebaperanku yang sudah menyentuh lebay...ha2..Semoga juga tulisan ini tidak dibaca Prof Dhawam Raharjo dan juga DR. Tarslih..ha2
Udah ah...cukup
nulisnya..... Dado juga sudah berhasil menelepon Reva dan berjanji akan segera menyusul
ke rumah sakit menjenguk Boy. Tangis Mama Reva yang coba membangunkan Boy juga sebentuk
ekspresi kekhawatiran wajar dari seorang ibu. Amarah Macan yang menolak bersalaman saat reva tiba di rumah sakit juga bentuk kekecewaan yang masih bisa
difahami atau dimenegerti.
Tadinya aku menduga ini akan menjadi moment yang akan mempertontonkan sisi indah bagi para pembela pemeran utama sinetron ini. Sayangya...asaku tak bisa bersandar karena tulisan yang kudapati kemudian dilayar TV adalah.. "BERSAMBUNG"..............akhhhhh...sebellllllllllllllllllllll
Tadinya aku menduga ini akan menjadi moment yang akan mempertontonkan sisi indah bagi para pembela pemeran utama sinetron ini. Sayangya...asaku tak bisa bersandar karena tulisan yang kudapati kemudian dilayar TV adalah.. "BERSAMBUNG"..............akhhhhh...sebellllllllllllllllllllll
Kufikir kelebay-an ini tidak perlu kuperpanjang lagi sebab sinetron berikutnya di stasiun TV yang sama adalah
“Anugrah Cinta”, sebuah sinetron yang juga super
romantis dan selalu sukses membuat baper berat. Apalagi sinetron satu ini menduduki
rating tertinggi dalam urusan sinetron televisi. Tapi aku tak mau hanyut lagi untuk
kedua kalinya malam ini. Aku memilih siap-siap bergabung dengan
temen-temen HIPMI BPC Banyumas yang katanya mau juguran alias kumpulan untuk mem-finalisasi konsep
“Entrepreneur Class” yang direncanakan launching di medio Oktober 2016 ini.
sumber gambar : google searching
sumber gambar : google searching
Posting Komentar
.