DISKUSI KOPERASI BERSAMA STAFF KHUSUS KEMENKOP RI
Diskusi ini digagas
oleh Dekopinda Banyumas, Kopkun Institute dan WAG (WA Group Ekonomi Koperasi
Banyumas). Hadir pada diskus informal ini Akademisi, Praktisi, Pengurus
Koperasi, Pemerhati dan pecinta gerakan koperasi yang tergabung dalam WAG (WA
Group Ekonomi Koperasi Banyumas).
Bertempat di Gedung
PLUT Purwokerto, Bancar Kembar, diskusi informal ini di gelar. Diskusi ini
memanfaatkan kehadiran Bapak Teguh Budiana, salah seorang staff khusus Kemenkop
RI, di Purwokerto. Setelah melakukan kunjungan ke Disperindagkop Banyumas.
Belia menyampaikan Menkop
RI menyampaikan manifesto bahwa
Indonesia perlu melakukan reformasi total dengan menekankan pada 3 (tiga) hal
besar, yaitu : (1) Rehabilitasi; (2) Reorientasi dan; (3) Pengembangan. Fase
Rehabilitasi yang dimaksud menekankan pada validasi koperasi sehinga
terpetakan mana koperasi yang masih
eksis dan mana yang sudah mati suri atau tinggal papan nama. Untuk mendukung
rehabilitasi ini, akan dilakukan pembubaran koperasi yang tidak operasional
atau tidak aktif. Namun demikian, pemerintah sangat berhati-hati dalam
pembubaran ini sehingga tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Pada fase
Reorientasi,
fokus bergeser dari pertumbuhan (jumlah) menjadi focus kualitas. Untuk itu,
penataan kelembagaan menjadi perhatian agar koperasi. Pada fase pengembangan,
yang menjadi fokus adalah bagaimana koperasi memiliki usaha/layanan dan berkemampuan mengembangkan kemanfaatannya
kepada anggota dan masyarakat. Pak Teguh Budiana menekankan bahwa koperasi sukses bila memiliki efek nyata
terhadap kesejahteraan anggota. Oleh karena itu, koperasi harus mampu
mengembangan layanan (service) yang membuat anggota bisa merasakan manfaat yang
nyata.
Pak Teguh Budiana juga
menyampaikan keprihatinannnya terhadap lemahnya koperasi dalam sektor rill.
Koperasi sulit memberikan kemanfaatan ekonomi yang luas bila tidak mengeluti
sektor riil. Kedepan, Pemerintah mencanangkan ditiap kabupaten minimal ada 3
(tiga) koperasi yang bagus dan mejadi model yang menginspirasi apresiasi dan
animo masyarakat di kabupaten tersebut untuk berkoperasi dan ikut mengembangkan
kehidupan berkoperasi. Ide beliau,
Indonesia harus membangun koperasi kembali dari pengembangan koperasi konsumen.
Lewat koperasi konsumen, potensi kebutuhan masyarakat bisa dipersatukan untuk
memperoleh harga yang lebih efisien. Kunjungan lapangan yang beliau lakukan di
beberapa koperasi besar di Banyumas mendatangkan keyakinan beliau bahwa ide ini
bisa dikembangkan. Join operation, join promotion dan model-model kemitraan
mutualisme lainnya perlu dikembangkan guna meningkatkan kemampuan koperasi
mengembangkan kemanfaatannya. Dalam pandangan beliau, koperasi adalah
organisasi bisnis yang paling siap dengan pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean). Lewat captive market (pasar
tertutupnya) yang terus tumbuh, loyalitas anggota menjadi sumber pertahanan
yang luar biasa. Dalam konsep beliau, koperasi sukses bila memiliki 3 (tiga)
hal, yaitu; (1) Partisipasi aggota; (2) efisiensi dan; (3) keunggulan. Dipenghujung pengantarnya, beliau
mengajak untuk meningkatkan persatuan dan menumbuhkembangkan moralitas
kebersamaan. Beliau meyakini bahwa di Banyumas sangat mungkin dikembangkan
koperasi konsumen. Beliau juga menyarankan untuk terus menyuarakan semangat
perjuangan koperasi melalui
Dalam sesi diskusi ini,
Bapak Anisur, Dekan Pertanian Unsoed menyampaikan bahwa dalam koperasi telah
kehilangan semangat self help. Hal
ini penting agar koperasi bisa menemukan efektivitasnya. Kewirausahaan dalam
koperasi juga perlu dikembangkan sehingga tertemukan efisiensi operasionalnya.
Tantangan lain dari koperasi adalah bagaimana anggota tetap loyal.
Ketergantungan antara “anggota dengan koperasi” atau “sebaliknya”
harus terus terbangun sehingga sustainable
dan dinamika koperasi menjadi lebih menarik. SHU bukan lah fokus koperasi
tetapi bagaimana mengembangkan unit layanan yang kian mempercepat pertumbuhan
usaha anggota. Sementara itu, Ibu Dani Kusumastuti, seorang dosen STAIN
Purwokerto dan juga pembina sebuah pra-koperasi gagasan iibf (Indonesia Islamic
Business Forum), menyampaikan keterpanggilannya untuk berpartisipasi dalam
reformasi koperasi. Hal ini menjadi semangat lanjutan pasca keterlibatan beliau
dalam penyusunan Perda koperasi Kabupaten Cilacap beberapa waktu yang
lalu.
Dalam memberi tanggapan
atas berbagai pertanyaan, beliau memberikan satu pernyataan bahwa koperasi
itu harus terbangun dan juga membangun dirinya. Oleh karena itu,
koperasi itu harus bisa memperdayakakan masyarakat (baca: anggotanya). Sejarah
mencatat bahwa banyaknya fasilitasi terhadap koperasi telah menciptakan
ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Artinya, fasilitasi tersebut
gagal menciptakan koperasi yang mandiri dan memiliki daya tahan yang kuat. Satu
hal lagi yang menjadi catatan bahwa tidak sedikit fasilitasi bantuan yang
kemudian menimbulkan persoalan-persoalan hukum. Menyetir pendapatan Revrison
Baswir, dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan pemerintah harus menyiapkan 3
(tiga) modal, yaitu; (1) modal uang sehingga masyarakat memiliki kemampuan
untuk berproduksi; (2) modal ilmu
pengetahuan sehinga masyarakat memiliki kompetensi dalam apa yang dikerjakan
dan; (3) modal Institusional (kelembagaan) sehingga masyarakat bisa melakukan
pekerjaannya secara legal dan juga progressif.
Dalam rangka
meningkatkan pemahaman, animo, apresiasi dan keberpihakan masyarakat terhadap
koperasi, perlu dikembangkan sosialiasi dan pendidikan perkoperasian dan
kewirakoperasian. Dalam meningkatkan efektivitas dan juga efisiensi dalam
pegelaran pendidikan, gerakan koperasi harus mengoptimalkan pelibatan
teknologi.
Posting Komentar
.