Road to Unhas Makassar.... Bagian 01
21-22 Desember 2015
Tentang perjalanan
Perjalanan ini
bermula dari keajaiban Tuhan...setidaknya kalimat ini mewakili rasa syukur
stepping 1 road to Makassar. Bagimana tidak, terkabarkan tiket kereta
purwokerto-yogya diperoleh jam 10.05 saat posisi masih di kantor dan sedang
melayani tamu. 10.15 baru bisa keluar kantor dengan setengah berlari menuju
parkiran kendaraan, sementara jadual kereta berangkat jam 10.30 wib. Start
dengan kepasrahan, kupacu kendaraan sedemikian rupa dengan penuh kewaspadaan
dan juga masih mengedepankan keselamatan. Sebab, aku tak mau berakhir konyol
dan masih ingin menjadi ayah yang baik bagi 3 (tiga) jagoanku di rumah. Aku
sengaja tak mau melihat jam tanganku karena khawatir akan membuatku lebih
tergesa-gesa dalam berkendara. Setalah melakukan beberapa trik yang agak
sedikit ngaco, akhirnya aku sampai di parkiran stasiun 10.37 dan tepat 10.10
wib berdiri di depan pos pemeriksaan tiket. Alhamdulillah...pemerangkatan
kereta ditundakan 15 menit sehingga aku pun akhirnya bisa naik kereta menuju
yogya...Ini keberpihakan Tuhan, fikirku menandaskan rasa syukur. Aku duduk di
posisi bangku yang berhadapan langsung dengan 2 (dua) sejoli yang tampaknya
begitu romantis. Mereka tak canggung menunjukkan kehangatan komunikasi. Ter-ide
kemudian menyibukkan diri dengan menggelar kerjaan di labtop. Ter-ingat ada
satu permintaan menyumbangkan gagasan dalam bentuk ”tulisan-tulisan bijak”.
Sedang asik berusaha mendapatkan ide, tiba-tiba saja lamunanku terhenti oleh
tawaran daftar menu dari petugas kereta api. Aku ambil satu teh manis hangat
yang akan menemaniku dalam mencari inspirasi. Ku serahkan satu lembar Rp
100.000-an disertai dengan permohonan maaf tidak ada uang pas. Akhirnya, sang
petugas mengatakan ”nanti aja pak bayarnya..!!!”. Petugas itu sepertinya tidak
membawa uang recehan. Kereta hampir yogya dan sang petugas tak kunjung datang
untuk menagih dan akhirnya ku putuskan menitipkan Rp 5.000 untuk bayar teh yang
ku minum lewat sepasang insan yang duduk di hadapanku.
Lamunanku seketika
terganggu, saat 2 (dua) orang puteri
jepang naik di halte berikutnya. Sesaat kemudian setelah berhasil mendapatkan
tempat duduk, mereka bertanya ke ibu yang kebetulan duduk di sebelahnya apakah
shuttle bus ini sampai ke prambanan. Tergerak untuk membantu sang ibu yang
terlihat sedikit bingung melayani mereka karena keterbatasan bahasa, namun aku
sendiri tidak begitu yakin apakah shuttle bus ini sampai ke prambanan atau
hanya sampai bandara saja. Maklum saja, ini pertama kali aku naik shuttle di
kota ini. Zaman dulu, saat aku masih SLTA di kota gudeg ini, alat transportasi
umum jenis ini belum ada. Tetapi, karena
kulihat kedua wanita jepang ini tampak begitu gusar, kucoba mengambil kendali
suasana untuk menenangkan. Dengan inggris pas2an, aku meyakinkan pada mereka
bahwa kalau jarak antara bandara dan candi prambanan itu tidak terlalu jauh.
kalaupun shuttel bus ini tidak hanya sampai bandara, saya akan membantu mereka
untuk mencarikan bus yang akan membawa mereka candi prambanan. Mereka pun
terlihat menjadi tenang dan bisa menikmati suasana perjalanan yang kebetulan
sedang rintik hujan. AC Shutlle bus yang stabil membuat penumpang merasa nyaman
walau sebagian penumpang berdiri termasuk diriku. Jam 13.57 wib aku sampai di
bandara Adi Sutjipto dan akhirnya kudapat informasi fix bahwa rute perjalanan
shuttle bus beridentitas 1A ini sampai ke prambanan sehingga 2 (dua) turis
jepang itu pun tak perlu berganti bus.dan
aku pun langsung melanjutkan langkah
menuju ruang chek-in bandara International Adi Sutjipto. Ada rasa senang,
setidaknya bisa memasukkan sesuatu dibenak
2 (dua) puteri jepang itu bahwa
orang indonesia itu ramah , memiliki kepedulian dan rasa hormat kepada tourist
walaupun negara asal kedua puteri ini pernah menjajah negeri Indonesia dengan
cara yang sulit dilupakan.
Perjalanan Pulang
Menuju Kota Mendoan
Perjuangan belum usai sebab
satu langkah lagi harus kulalui yaitu terminal bis Yogya. Ada kekhawatiran
tidak dapat bis idola di route
Yogya-Purwokerto, sehingga sepanjang perjalanan shuttle bus yang membawaku ke
terminal, aku terus memanjatkan do’a. Ada perasaan berdosa kala telah
memutuskan untuk jama’ takhir saja. ”Semoga Tuhan mengerti...!!!!” aku mencoba
menghibur diri dan sekaligus berdoa penuh harap masih ada kesempatan
menunaikannya se tiba di Purwokerto.
Alhamdulillah, jam 02.15 Wib
kakiku menginjak rumah dan langsung merebahkan badan di kasur setelah mandi dan
menunaikan sholat jama’ takhir untuk magrib dan Isya. Saat mau memejamkan mata,
teringat saat turun dari bis ada seorang mahasiswi yang bertanya apakah ini
terminal purokwerto?. Aku meng-iyakan dan sekaligus bertanya mau ke mana?.
Ternyata dia seorang mahasiswi salah satu kampus terkenal di purwokerto dan
tujuan akhirnya adalah asrama mahasiswa. Sempat terbersit untuk menawarkan
tumpangan, toh arahnya tidak terlalu jauh dengan tujuan akhirku. Tetapi
akhirnya ku urunkan niat untuk menawarkan karena dia seorang wanita dan
khawatir memunculkan fitnah apalagi di pagi buta begini. Akhirnya ku tinggalkan
mahasiswi itu sambil berdoa semoga dia dapat tumpangan yang baik. Kudapati
terakhir kali dia sedang sibuk dengan papan keyboard HP nya. Mungkin dia sedang
berkoordinasi penjemputan degan temannya.
To be Continue...
tentang Proses Berjalannya Seminar dan materi....
Posting Komentar
.