NALAR KESEJAHTERAAN DALAM BER-KOPERASI
Disampaikan pada Diklat Khusus Kader Perkoperasian yang dilaksanakan oleh Lapenkop Dekopinda Kab. Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, 17 Desember 2015
A. Pendahuluan
Para pejuang
koperasi harus memperluas perspektifnya tentang koperasi. Koperasi harus dibaca
tidak sebatas simpan pinjam, toko serba ada , penyaluran pupuk dan lain
sebagainya. Para pejuang koperasi perlu me-reposisi mindset ke konteks
seharusnya dimana koperasi adalah kumpulan orang dan memposisikan perusahaan
sebagai media pemenuhan kebutuhan dan aspirasi aggota. Pembacaan ini
perlu ditegaskan sebagai pemahaman awal yang menjadi dasar dalam menjalankan
atau mengelola organisasi dan perusahaan. Dalam memaknai sebagai kumpulan
orang, agenda-agenda koperasi bisa menjadi luas dan tidak terjebak dalam
persoalan-persoalan transaksi ekonomi semata.
Perluasan perspektif ini
penting sebagai modal dasar dalam me re-design spirit dan tata kelola koperasi.
Lewat perluasan perspektif ini diharapkan akan mengoreksi banyak hal tentang
pandangan masyarakat dan berujung dengan tebangunnya keinginan kuat untuk
menjadi bagian dari barisan koperasi.
Selanjutnya, koperasi perlu dibahasakan secara sederhana
sehingga lebih mudah difahami dan dekat dengan keseharian anggota dan
masyarakat. Penyederhanaan ini tidak dimaksudkan untuk me-reduksi roh dan
nilai-nilai suci perjuangannya, tetapi agar lebih mudah difahami dan lebih
menyemangati setiap orang untuk bergabung.
B. Menolong Diri
Sendiri Melalui Kebersamaan

C. Nalar Kesejahteraan Dari Sudut Pandang Jumlah Anggota
Kesejahteraan adalah kata yang
mengandung nilai harapan yang pendefenisiannya bisa bermakna material dan juga
im-material. Kesejahteraan sebagai tujuan perlu didefenisikan secara tegas dengan
melibatkan segenap anggota. Dengan demikian, anggota akan membangun ekspektasi
rasional sesuai dengan kapasitas
yang dislenggarakn koperasi. Pelibatan anggota dalam penyusunan konsep
kesejahteraan juga untuk menghindari over ekspektasi yang berujung dengan kekecewaan.
Hal lainnya adalah akan terbangunnya kesadaran anggota bahwa terealisasinya
kesejahteraan harus diikuti dengan langkah-langkah rasional yang salah satunya
adalah dengan membangun jumlah anggota yang rasional.
Sebagaimana terjelaskan dalam
salah satu prinsip koperasi, keangotaan di koperasi itu menganut prinsip sukarela dan terbuka. Hal
ini sejurus dengan keyakinan koperasi bahwa semakin banyak yang bergabung, maka
semakin banyak potensi dan energi yang terkumpul. Artinya, dengan jumlah
anggota yang besar, maka koperasi berkemampuan membangun kapasitas dan juga
kesejahteraan anggotanya. Singkat kata, pertumbuhan jumlah anggota linier dengan pertumbuhan kemampuan
koperasi dalam men-sejahterakan anggotanya.
Sebagai illustrasi, terlalu
sulit bagi koperasi ber-anggotakan hanya 100 orang menggelar ragam aktivitas produktif yang
men-sejahterakan anggota, kecuali 100 orang itu adalah para konglomerat. Juga
sulit bagi sebuah koperasi/unit simpan pinjam memberdayakan anggotanya bila
yang berkumpul hanya sedikit orang. Logika serupa juga berlaku kala koperasi
ber-anggota kan sedikit orang sulit meraih sukses dalam menyelenggarakan toko
swalayan. Modal yang terkumpul akan sedikit dan hal ini berpengaruh pada nilai
perolehan yang tinggi dan pada akhirnya harga jual ke anggota pun tinggi. Dengan
jumlah anggota yang sedikit, koperasi sulit menciptakan efisiensi yang bisa
dinikmati anggotanya.
Atas dasar illustrasi rasional
diatas, koperasi perlu berfikir ulang tentang hak eksklusif keanggotannya,
terutama di lingkungan koperasi fungsional (misalnya KPRI atau Kopkar) yang
biasanya membatasi keanggotaan hanya orang-orang di lingkungan kerjanya. Ketika
Ego sektoral semacam itu dipertahankan, maka peluang koperasi untuk bisa
berkembang dan bermanfaat bagi anggotanya menjadi sulit. Untuk itu, dalam
rangka membangun jumlah anggota yang rasional, perlu digagas strategi
meningkatkan jumlah angggota koperasi baik melalui langkah penggabungan (baca:
amalgamasi) atau dengan membuka kran anggotanya kepada kelompok masyarakat yang
lebih luas.
Untuk men-stimulan semangat
membangun jumlah anggota yang rasional, beberapa manfaat yang diperoleh dijelaskan
berikut ini :
1.
Semakin banyak anggota akan semakin
banyak pula akumulasi sumber daya dan energi. Hal ini akan meningkatan
kemampuan koperasi untuk menyelenggarakan aktivitas-aktivitas produktif yang lebih
banyak. Unit-unit layanan yang dibangun pun memenuhi pra-syarat untuk
dijalankan secara ekonomis.
2.
pertumbuhan anggota sesungguhnya
identik dengan perluasan market (pasar), sebab dalam konsep koperasi, anggota selalu
berperan ganda yaitu sebagai pemilik dan juga pelanggan.
3.
Semakin banyak anggota, maka peluang
koperasi menciptakan efisiensi kolektif
( efisiensi yang timbul karena kebersamaan) semakin tinggi. Artinya, koperasi
akan lebih bisa men-sejahterakan anggotanya.
4.
Dalam jumlah anggota organisasi yang
besar memungkinkan koperasi menghadirkan
para expertis/profesional dalam pengelolaan organisasi dan perusahaan koperasi.
Perlu menjadi catatan bahwa salah satu faktor lambannya koperasi berkembang
karena di kelola samben (sambilan). Disamping itu, SDM-SDM koperasi juga lebih banyak di huni
oleh SDM memiliki kapasitas rendah (low
capacity) sehingga sulit mengembangkan ragam kreasi yang men-sejahterakan
anggota. Modernisasi perform juga sulit dibentuk dalam koperasi yang
jumlah anggotanya sediti. Hal ini juga telah menyebabkan perusahaan koperasi
selalu tertinggal jauh dalam hal inovasi dibanding dengan pelaku usaha lainnya.
5.
Semakin besarnya jumlah anggota, maka
kemampuan koperasi untuk mendorong atau men-support
kegiiatan produktif yang dilaksanakan oleh para anggota. Dengan kata lain,
jumlah anggota yang besar membuka peluang koperasi memerankan diri sebagai
institusi pemberdayaan.
6.
Semakin besarnya jumlah anggota akan menjadikan
koperasi lebih mampu dalam mengembangkan kapasitas dan karakter anggotanya
sehingga menjadi insan-insan unggul scara ekonomi, sosial dan budaya. Hal ini
menjadi imbas dari kemapanan dan produktivitas perusahaan koperasi.
D. Nalar Kesjahteraan Dari Sudut Pandang
Kualitas Anggota
Sebagaimana
dijelaskan diawal tulisan ini bahwa koperasi itu adalah kumpulan orang yang concern
mencerdaskan orang. Melalui pendidikan, koperasi bisa membentuk kesadaran
tentang nilai-nilai manfaat kebersamaan sehingga setiap orang terdorong menjadi bagian dari koperasi. Kesadaran ini
pula yang membimbing lahirnya tanggungjawab setiap anggota untuk aktif
membesarkan organisasi dan perusahaan koperasi. Sikap yang berpihak semacam ini
berangkat dari kesadaran bahwa saat seorang anggota membesarkan perusahaan
disaat yang sama anggota tersebut sedang menolong dirinya sendiri. Korelasi
dan Relevansi antara kepentingan anggota dan aktivutas perusahaan membuat
anggota loyal dan senantiasa memelihara keterlibatannya dalam koperasi.
Untuk tujuan tersebut, dalam upaya
membentuk efektivitas pembangunan koperasi, disamping melakukan upaya bagi pertumbuhan
jumlah anggota, koperasi juga harus menumbuhkembangkan
kapasitas anggota. Jika tidak, maka keberadaan jumlah anggota yang besar akan menjadi
beban bagi koperasi. Dengan kata lain, diam
akan menjadi beban bagi yang bergerak.
Oleh karena itu, Pendidikan
dikoperasi harus dimaknai sebagai kebutuhan dan jalan strategis untuk
bisa tumbuh dan berkembang. Pendidikan yang dimaksud tidaklah sekedar
menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi, tetapi membentuk
keberpihakan-keberpihakan yang mewujud dalam aksi-aksi nyata .
E. Berawal dari Kecil Yang Menjunjung Tinggi
Ketauladanan
Koperasi lahir dari
terbangunnya keyakinan dan kesadaran bahwa “bersama” akan menjadi
lebih kuat. Keterbentukan keyakinan dan kesadaran semacam itu memang tidak
mudah. Apalagi ketika dikaitkan dengan kekinian zaman simana individualisme
bgitu subur sehingga antara satu dengan lainnya selalu dalam kondisi saling bersaing dan saling mengalahkan. Oleh
karena itu, dalam membangun keyakinan dan kesadaran tersebut, koperasi harus
memulainya dari lingkaran kecil dan mulai meng-ekspan jumlah anggotanya melalui metode dan taktik
berkesinambungan. Setiap unsur organisasi harus dilibatkan sehingga lebih
banyak yang mengabarkan atau meng-edukasikan nilai-nilai manfaat ber-koperasi. Disisi lain,
kesadaran dan komitmen setiap orang untuk saling memberikan ketauladanan akan membentuk
kepercayaan satu sama lain di lingkungan internal. Kerekatan semacam ini bisa
menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk ikut bergabung. Dalam tujuan itu,
koperasi harus memiliki kesabaran dan ketekunan dalam berproses.
Terbentuknya kapasitas anggota
melalui pendidikan dan konsistensi berpartisipasi akan mendorong laju pertumbuhan
makna dan manfaat yang bisa dirasakan. Sementara itu, kesadaran bahwa “semakin
banyak yang bergabung akan semakin kuat” akan memantik energi setiap
orang untuk mengajak lainnya untuk ber-gabung dalam koperasi.
Intinya, anggota koperasi harus
berkemauan tinggi membangun kapasitas dan juga memelihara komitmennya untuk terus
mengembangkan partisipasi. Selanjutnya, akumulasi partisipasi produktif anggota
akan membentuk karya-karya kolektif yang terus mem-produksi manfaat.
Capaian-capaian semacam ini selanjutnya dijadikan bahan kampanye untuk mengajak orang lain segera bergabung ke dalam koperasi. Pola semacam inilah yang
disebut dengan pendekatan ketauladanan. Untuk tujuan itu, koperasi harus
mencerdaskan anggota melalui pendidikan, sebab pendidikan adalah media stategis
dalam membentuk pemahaman dan sekaligus instrumen efektif yang memacu aksi
keberpihakan setiap anggota terhadap koperasinya.
F. Penutup
Koperasi lahir
bukan untuk membuat segenap penghuninya menderita, sebab koperasi merupakan alat
pembentuk kebahagian. Kalau kemudian realitas koperasi masih berjarak dengan
cita-cita besarnya, maka hal itu menandakan
masih banyak yang harus diperbaiki untuk menciptakan jalan rasional yang men-sejehterakan. Sebagai stimulan, ragam
langkah perbaikan harus dimulai dari pendidikan agar terbentuk persepsi sama
dan juga ekspektasi rasional atas kesejahteraan. Melalui pendidikan, pada
setiap anggota ditanamkan bahwa partisipasi
anggota linier terhadap pertumbuhan kesejahteraan. Dengan semikian, koperasi
akan menjadi besar melalui optimalisasi modal sosial (baca: kolektivitas) nya.
Demikian tulisan sederhana ini
disampaikan sebagai stimulan dalam memperkaya gagasan dalam meningkatkan dan
memperluas kebermanfaatan koperasi bertajuk kesejahteraan. Salam Juang Koperasi....!!!!!
+ komentar + 1 komentar
Menginspirasi sekali tulisannya Bung Arsad, kalau Bung Arsad ada pelatihan atau seminar saya boleh saya di infokan. Alhamdulillah passion dan karir saya ditujukan untuk gerakan koperasi Indonesia.
Posting Komentar
.