KONTEMPLASI TENTANG
SEBUAH “KE-KITA-AN”
disampaikan pada agenda "Soedirman Mengabdi Jilid III" yang diselenggarakan BEM Fak Hukum Universitas Jenederal Soediman, di Dususn Peswasan, Keluarahan Gunung Lurah, Kec.Cilongok,Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Modernisasi memerlukan filter
sehingga dampak perkembangan zaman bersih dari efek negatif, baik mental maupun
sikap. Hal ini perlu menjadi perhatian, sebab tanpa disadari kekinian zaman telah
mempengaruhi dan bahkan mendorong banyak insan menjadi egois dan cenderung asik
dengan diri sendiri. Mereka menjadi abai dengan sekitar dan terlalu percaya
diri bisa melakukan segala sesuatunya sendirian dan seolah tidak akan pernah
butuh dengan orang lain. Komunikasi yang terbangun antar individu pun lebih
didorong hanya karena “satu kepentingan”
dan sesudahnya kembali sibuk dan larut dengan agendanya sendiri. Persaingan
antar individu demi menjadi “lebih
unggul” atau “lebih baik” dari
lainnya pun kian meluas dan dirasakan dikeseharian hidup. Banyak anak muda lebih
asik dengan sikap “ke-aku-an”. Mereka memilih cuek dengan keadaan sekitar dan
bahkan abai dengan persoalan-persoalan sosial yang mengancam. Masing-masing
orang mementingkan target individu walau tak jarang harus mengalahkan
kepentingan-kepentingan umum. Lihatlah betapa banyak pengendaran sepeda motor
dan mobil asik menggunakan smart phone saat berkendaaran, padahal tindakan itu
tidak hanya bisa membahayakan dirinya saja, tetapi juga pengguna jalan lainnya.
Lihat pula di tempat-tempat umum seperti stasiun,terminal, pelabuhan dan
bandara, bagaimana orang duduk bersebelahan tetapi tidak bersapa satu sama lain
karena asik dengan gadgetnya masing-masing. Realitas semacam ini menjadikan
sulit untuk berkata “kita” atau menyuarakan “ke-kita-an.
Ini persoalan serius yang membutuhkan
solusi komprehensip. Peduli dan saling mengerti perlu ditumbuhkembangkan guna
mengembalikan manusia ke fitrahnya sebagai insan sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. “Care & Share” layak
ditemakan dan didengungkan guna menumbuhkembangkan perasaan ke-kita-an diantara
individu-individu. Pada diri setiap orang perlu dibangun kesadaran tentang
ketentraman, keindahan, kedahsyatan dan kebermanfaatan yang lahir dari sebuah
kebersamaan. Gerakan-gerakan semacam ini perlu dibangun dan diawali dari
gerakan-gerakan kecil yang kemudian meluas seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
inisiatif setiap orang mengkampanyekan kepada lainnya.
Layaknya sapu lidi, bila hanya satu
batang sulit membersihkan halaman rumah, tetapi berbeda kalau 100 batang sapu
lidi disatukan dan diikat kuat maka akan bisa membersihkan halaman rumah yang
luas. Sama halnya ketika seorang yang sakit akan terjebak dalam kesulitan luar
biasa ketika harus menanggung biaya pengobatan Rp 10 juta, tetapi akan menjadi ringan
bila beban itu di share keada 100 orang. Pohon kelapa yang tumbang melintang
dijalan raya akan sulit dipinggirkan dengan satu orang saja, tetapi menjadi
mudah ketika 30 orang bergerak bersama. Truk yang mogok akan sulit didorong oleh
satu orang saja, tetapi akan sangat mungkin ketika 10 orang menyatukan energi
mendorongnya. Demikian halnya berlaku dalam semua sisi kehidupan. Semua akan terasa sangat berbeda bila
dilakukan bersama-sama.
Kebersamaan akan mendatangkan
perasaan menjadi kuat sebab terdapat penyatuan energi dan potensi. Kepedulian terhadap
diri akan terbangun bila dirianya terbiasa peduli dengan lainnya. Kekerabatan
hanya lahir dari kepedulian yang berulang dan tulus. Kebermanfaatan akan kian
tumbuh ketika kian banyak yang bergabung, sebab setiap penambahan orang
bermakna pertumbuhan potensi dan energi.
Akan kah anda tetap dalam keegoisan
dan tetap asik dengan diri sendiri?. Ataukah menunggu keadaan yang menyadarkan
bahwa ternyata anda tidak bisa hidup sendirian?. Semua berpulang pada anda dan
penyesalan selalu datangnya belakangan. Bangun kebersamaan dan kepedulian
sedini mungkin sebelum anda menyadarinya saat orang lain sudah tidak peduli
bahkan lelah dengan sikap keegoisan anda. Indah manakah mengarusutamakan
persaingan ataukah bersatu dalam sebuah kebersamaan demi kesuksesan ‘kita”?
Posting Komentar
.