Ketika
Warung Tarsun Membicarakan Koperasi
Ada
perasaan seneng diundang ke acara “Warung Tarsun” ini, salah satu acara
unggulan dari stasiun radio RRI Puwokerto yang biasa mengudara di jam 16.00 Wib
sampai dengan 17.00 Wib secara On Air.
Sesuai dengan nama acaranya, Warung Tarsun ini di gawangi oleh 2 (dua) punggawa
RRI yang tampil dengan inisial Kang Tarsun dan Yuk Tarsun yang di skenariokan
sebagai pasangan suami istri.
Untuk sesi kali ini agak sedikit unik,
disatu sisi Kang Tarsun dan Yuk Tarsun menggunakan Bahasa Banyumasan, di sisi
lain nara sumber yang dihadirkan adalah pegiat koperasi kelahiran Sumatera Utara.
Untung saja sang narsum sudah cukup lama di Banyumas sehingga sudah familiar
dan bisa mengerti dialog yang sedang berlangsung
walau meresponnya dengan bahasa Indonesia dan sesekali memberanikan diri menggunakan
bahasa banyumas di penggalan-penggalan penjelasan, Kang Tarsun mencoba
mendorong percaya diri Sang Narsum untuk menggunakan bahasa campuran walau
akhirnya sedikit terkesan lucu tetapi justru menjadi sisi lain penambah hangatnya
suasana di Warung Tarsun.
Acara diawali dengan dialog antara Kang tarsun dan Yu Tarsun. Yuk tarsun
menanyakan pada suaminya apakah dia menjadi lebih cantik sesudah memakai kacamata
barunya dan membuat sang suami lebih mencintainya. Dengan nada kocak, Kang Tarsun
pun meng-iyakan klaim sang istri diselingi pertanyaan dari mana Yuk Narsun
mendapatkan kacamata itu. Dengan polos, Yuk Tarsun pun mengakui kalau dia baru
saja hutang ke koperasi dengan sistem cicilan beberapa kali.
Dialog keseharian yang terkemas dalam dialek
banyumas itu sungguh menarik perhatian. Apalagi, kebanyakan kata yang dipilih bernuansa
humor sehingga mengundang senyum dan gelak tawa. Pasangan pembawa acara ini
tambaknya sudah lama berpartner sehingga begitu padu dan insting satu sama lain
nyambung banget. Usai dialog awal Kang Tarsun dan Yuk tarsun, keyboard pun beraksi
lengkap dengan penyanyi handalnya. Judul lagu pertama yang dipilih adalah "semalam
di malaysia" ..sebuah lagu yang bercerita sebuah perjalanan.
Begitu lagu usai, kang Tarsun pun langsung
menyapa nara sumber yang kebetulan adalah penulis setia blog www.arsadcorner.com. Dalam bahasa Jawa Banyumas
yang terbata-bata, nara sumber (narsum)
mencoba menjawab sapa dari Kang Tarsun dan Yuk tarsun dengan ramah dan semangat. Sang narsum
pun mulai bersuara merespon pertanyaan Kang Narsun “koperasi kuwe apa jane?’ (Koperasi itu apa sebenarnya). Kesempatan
ini dimanfaatkan narsum untuk menetralisir persepsi sebagian masyarakat sebagai
tempat hutangan. Persepsi ini memang memprihatinkan, tetapi itulah realitas
masyarakat yang diperkuat kebanyakan aktivitas
utama koperasi memang simpan pinjam,
walau lebih dominan pinjam-nya ketimbanng nyimpannya. Persepsi ini semakin
menguat kala ditengah masyarakat menjamur ksp-ksp harian yang populer disebut bank ucek-ucek atau
bank titil. Narsum menjelaskan bahwa koperasi itu kumpulan orang yang
berkumpul untuk menciptakan kesejahteraan anggota dalam arti luas. Karena
koperasi kumpulan orang, maka fokus koperasi adalah membangun orang-orang
didalamnya melalui pendidikan yang dilakukan secara terus menerus. Dengan
pendidikan perkoperasian, diharapkan akan terbentuk perubahan mindset hidup
khususya dalam urusan ekonomi. Narsum mencontohkan bila sebelum seseorang
menjadi angota koperasi sering hutang, maka sesudah berkoperasi berubah menjadi
sering menabung. Yuk Tarsun pun langsung menyahut kalau hutang itu sudah budaya
yang sulit dirubah. Narsum pun menegaskan untuk itulah sesungguhnya tujuan
berkoperasi agar menjadi lebih bijaksana dalam pola hidup. Menabung itu
persoalan kemauan dan bahkan terkadang harus dipaksakan pada awalnya. Narsum
mencontohkan sebuah pengalaman kelompok dasawisma beranggotakan ibu-ibu yang
dibangunkan kesadarannya dan dimotivasi mengurangi belanjaannya Rp 1.000/hari
dan kemudian menabungkannya. Ternyata, 6 (enam) bulan berjalan sampai tulisan
ini diturunkan tingkat kedisiplinannya 100%. Fakta ini menunjukkan bahwa
kebisaan menabung adalah persoalan kesadaran dan konsitensi kemauan. Disisi lain,
narsum juga tidak mengharamkan hutang dengan catatan kalau hutang tersebut diperuntukkan
ke dalam aktivitas-aktivitas poduktif anggotanya dan bukan untuk kepentingan
konsumsi yang membuat anggota terjebak pada konsumerisme. Mendengar penjelasan
ini, Kang tarsun dan Yuk tarsun pun manggut-manggut mengiyakan penjelasan
narsum yang seseskali menggunakan bahasa banyumasterbata-bata (ha2..maklum
narsum kali ini asli sumatera,,,ha2).

Tanpa terasa jam menunjukkan sudah 16.50 wib dan
kemudian Kang Tarsun mempersilahkan penyanyi untuk melantunkan suara merdunya. penyanyi lokal banyumas yang memang expert
dalam urusan bernyanyi inipun mengalunkan lagu penambah suasana hangat. Kemerduan
suara sang biduan dengan lagu romantisme bergenre pop benar-benar membuat
suasana jauh dari tegang, menjadi lebih asik dan santai serta melengkapi kekocakan
yang kompak antara kang narsun dan yuk
tarsun. Sebuah kemasan acara kreatif yang dikemas dalam semangatlokalitas.
Dipenghujung acara, seperti pinta Kang Tarsun, Narsum menyampaikan harapannya agar masyarakat memilih berkoperasi sebagai cara cerdas untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti luas melalui pendidikan yang dilakukan secara terus menerus. Narsum juga menyampaikan bahwa lewat berkoperasi maka kerekatan sosial masyarakat akan semakin rengket dan guyub.
Trims kepada RRI yang telah mengundang narsum untuk menjadi bagian acara hebat
bertajuk “Warung Tarsun”.
+ komentar + 1 komentar
Bang Narsum makin mengkilap aja nich....minal aidin wal faizin ya bang, mumpung masih syawal. Tentu membangun kesadaran masyarakat dalam berkoperasi "yang nabung" punya tantangan lebih berat. Karena berkoperasi "yang ngutang" itu sudah menjadi ketidaksadaran umum alias kolektif kolegial. Untuk itu propaganda dengan memakai media massa, audio-visual dengan kemasan yang bagus seperti warung tarsum ini sangat baik dalam menggugah kesadaran masyarakat. Selamat berjuang Bang Narsum
Posting Komentar
.