Awalnya aku memprediksi tak mungkin bisa menyaksikan anak pertamaku mengikuti prosesi wisudanya. Jadual RAT
Kopindo (Rapat Anggota Tahunan Koperasi Pemuda Indonesia) menunjukkan tanggal 25
sd 27 Juni 2015. Sementara jadual wisuda anakku tertanggal 27 Juni 2015 jam
14.30 wib. Sempat kumohonkan maaf atas
tabrakan jadual ini lewat HP mu. Kuyakinkan padamu agar menjadi lelaki kuat walau
hanya didampingi oleh mama dan adik-adikmu saja. Ku tegaskan padamu untuk tak bersedih
karena ketidahadiranku untuk satu agenda besar tentang kepemudaan koperasi di
negeri tercinta ini. Aku ingin kamu bangga
atas apa yang ku lakukan sebagai
seorang ayah dan berharap kamu pun terinspirasi atas hal itu. Aku ingin kamu bangga
ditengah prosesi wisudamu tanpa hadirku. Sejujurnya malam itu, aku sempat
meneteskan air mata, sebab ini untuk kedua kalinya tak mendampingimu di
moment-moment yang sangat bersejarah bagimu. Pertama kali terjadi sekitar 3 (tiga) tahun lalu saat engkau sunatan dan disaat bersamaan aku
pun harus mengikuti RAT Kopindo pula di Jakarta. Saat itu, hatiku terjebak
dalam kesedihan mendalam dan larut dalam dilema diantara rasa sayang dan cinta seorang ayah dan disisi lain tentang
tanggungjawab seorang aktivis. Namun, saat itu engkau masih terlalu kecil untuk ku ajak bicara dan untungnya mamamu menguatkan aku untuk tetap fokus pada perjuangan.
Alhamdulillah, laporan pertanggungjawaban berakhir 26 Juni 2015 menjelang
dini hari dan keesokan harinya tinggal agenda field trip ke beberapa
koperasi sukses di lingkungan Propinsi Jawa Barat dan obyek menarik lainnya di
sekitar kota Bandung, Ku coba berkomunikasi dengan panitia untuk memohon izin
pulang lebih dulu dengan harapan siang menjelang sore sudah sampai di kota
mendoan Purwokerto. Alhamdulillah,
setelah panitia berjuang di stasiun kereta,
mereka mendapatkan tiket untuk kepulanganku di jam 08.30 Wib dan diperkirakan tiba
di stasiun kroya sekitar Jam 13.30 Wib. Terima kasih ya Allah atas nikmat dan
kesempatan yang Engkau berikan untuk memerankan ayah yang baik bagi anak
pertamaku. Tak bisa kutahan bulir ar mata bahagia yang jatuh. Kubayangkan wajah
binar anakku mendapatiku hadir di wisudanya.
Sesampai di Stasiun kroya, sahabatku sudah standby membawaku dan 3 (tiga)
anak muda pejuang Kopkun menuju Purwokerto
yang ditaksir sekitar 45 menit
perjalanan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi, berganti pakaian yang sudah
disiapkan dan bergegas menuju tempat acara dimana anakku sudah berangkat duluan
bersama adik dan mamanya. Setelah memparkirkan kendaraan, aku langsung bergerak
setengah berlari menuju gedung tempat dimana anakku akan berdiri gagah sebagai
lelaki lulusan SD (Sekolah Dasar) di tengah barisan wisudawan/ti lainnya. Subhanallah,
aku tiba di ruangan tepat saat istriku tercinta sedang memberi sambutan
mewakili orang tua yang putera/i nya di wisuda hari ini. Ada rasa senang dan
bahagia tak terlukiskan saat menyaksikan istriku berbicara di depan. Sebuah kebahagiaan awal yang kudapati saat mendudukan diri di barisan bangku para orang tua/wali murid. Aku lupa lelah perjalanan kereta Bandung-Kroya dan juga lupa kurang tidur beberapa hari saat di Bandung.
Ada perasaan dag dig dug kala mulai memasuki agenda pemanggilan satu per satu peserta untuk
di wisuda Sang Kepala Sekolah SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Purwokerto 02. Rasa
haru pun menyelimuti saat anakku
dipanggil dengan nama lengkap Muhammad Daffa’ Alfath Dalimunte
bin
Muhammad Arsad Dalimunte. Aku menyaksikan anakku melangkah gagah naik
ke panggung. Aku meneteskan air mata saat ku lihat dia berpakaian lengkap
seragam wisuda bersalaman dengan kepala sekolah dengan senyuman khasnya yang
aku suka. Subhanallah..terima kasih ya Allah atas nikmat yang engkau berikan atas
perasaan yang sangat indah ini. Ku ikuti setiap langkahnya saat menuruni
panggung sambil menenteng ijazah. Ku usap air mataku saat dia sudah memasuki kembali
barisan wisudawan/ti.
Serasa begitu bahagia atas kesempatan yang
diberikan Allah SWT untuk bisa menyaksikan anak pertamaku di wiusda. Terkenang
kembali segala jerih payah melakukan segala daya upaya demi pendidikan terbaik
baginya. Teringat kembali bagaimana perjuangan panjang mamanya yang tidak kenal
lelah untuk mengawal proses pendidikannya. Teringat kembali bagaimana setiap
pagi bersama mamanya mengantarkan ke sekolah dan kemudian mamanya menjemput di
sore harinya.
Rasa syukur atas kebaikan Allah SWT inipun beriring dengan do’a, semoga
kelulusan ini akan membuatnya lebih dekat dengan Allah SWT dan kian rajin dalam
menuntut ilmu serta terbentuk menjadi pribadi yang soleh. Sebab, anak soleh/solehah
yang selalu mendoakan orang tua merupakan salah satu dari tiga hal yang bisa
menolong kala kesempatan hidup di dunia ini dicukupkan oleh Sang Khalik.
Terima kasih anakku atas apa yang engkau raih hari ini. Terima kasih sudah
menjadi contoh baik untuk 2 (dua) adikmu. Terima kasih telah menjaga mama dan
adik-adikmu saat aku di luar berjuang membentuk rekam jejak yang layak engkau jadikan
sumber inspirasi energi untuk tidak pernah berhenti berjuang. Aku ingin engkau
bangga memiliki ayah sepertiku dan atas itu pula aku pun tidak pernah berhenti berbuat
yang terbaik bagimu. Sedaya upaya aku terus membangun rekam jejak yang akan
membawamu kelak mengerti bagaimana seharusnya seorang pria memerankan diri
sebagai lelaki.
Selamat atas segenap capaianmu dan sukses untuk wisudamu hari ini. Engkau
telah membuat aku dan mamamu menangis
bahagia. Sungguh engkau dan adik-adikmu selalu menjadi sumber energi untuk tidak
pernah berhenti berjuang dan mencoba memberi sedikit warna pada kehidupan lewat
pemikiran sederhana yang dititipkan Tuhan. Atas nama cinta seorang ayah aku
berpesan, “jadikanlah kelulusan ini
sebagai bekalmu untuk melanjutkan ke jenjang berikutya. Semoga kamu tumbuh menjadi
anak yang soleh dan menjadi sinar bagi keluarga kecil kita dan juga bagi dunia
dimana kamu akan mewarnainya dengan caramu sendiri”. I love u my
son...terima kasih Tuhan atas rasa bahagia ini dan teruslah bimbing anak-anak ku
dalam penjagaan dan kasih sayang-Mu. Amin
Ya Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.