MEWUJUDKAN KOPERASI YANG MENG-ANGGOTA
A. Pembuka

Muasal
kelahiran koperasi di dunia ini adalah keprihatinan atas ketidakberdayaan
sebagai akibat dari eksploitasi kaum pemilik modal terhadap kaum buruh. Penderitaan
panjang dan gelapnya masa depan telah menginspirasi kaum buruh menyatukan
potensi dan merintis aktivitas produktif berbasis kolektif. Semangat ini lah
yang kemudian terus meng-inspirasi gerakan- gerakan koperasi di dunia. Adanya
kesadaran akan keterbatasan diri dan munculnya keyakinan bahwa bersama akan menjadi
lebih kuat terus bergulir dan memantik kelahiran koperasi-koperasi di berbagai
belahan dunia.
Adakah
semangat semacam ini melatar belakangi kelahiran Kowapi sebagai sebuah koperasi?.
Adakah kesamaan dasar berfikir anggota sama saat berketetapan menjadi bagian
dari barisan Kowapi?. Tanya ini memerlukan jawab agar dinamika organisasi
berjalan pada alur nalar yang di fahami dan di yakini bersama oleh segenap
unsur organisasi.
B. 3 (tiga) kebersamaan yang berulang
Koperasi
berdiri dan berjalan diatas kebersamaan. Oleh karena itu, rasa kebersamaan
harus mewujud menjadi “perasaan ke-kita-an” yang kuat sehingga terhimpun energi
kolektif sebagai modal penting koperasi dalam merintis dan menyelenggarakan
aktivitas-aktivitas produktif. Untuk membangun perasaan ke-kita-an itu, maka
koperasi perlu menyelenggarakan pendidikan secara terus menerus dengan target minimal
sebagai berikut :
1. Membentuk kesamaan persepsi dan rasionalitas ekspektasi. Koperasi adalah kumpulan orang dari berbagai latar belakang dan ragam karakter. Oleh karena itu, sebelum seseorang menjadi anggota sebaiknya di didik dan di latih terlebih dahulu sehingga terbentuk kesamaan persepsi tentang apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Disamping itu, langkah ini juga dimaksudkan untuk membangun ekspektasi rasional dari segenap anggota terhadap koperasinya. Sebab, fakta menunjukkan bahwa sebagian dari anggota koperasi mempersepsikan berkoperasi sama dengan berinvestasi.
2.
Membagun pembelaan produktif.
Koperasi bisa kuat bila anggotanya terus tumbuh secara kuantitas maupupun kualitas. Anggota yang berkualitas memiliki kesadaran
tinggi untuk melakukan aksi-aksi pembelaan yang mendorong percepatan tumbuh
kembangnya koperasi, baik secara organisasi maupun secara perusahaan.
3.
Menginpirasi energi untuk
berkontribusi secara kontinue atas setiap aktivitas yang diselenggarakan
koperasi.
4.
Mengambil inisiatif menjadi
“penyampai” kebaikan-kebaikan koperasi pada orang lain sehingga memantik
ketertarikan untuk bergabung ke dalam barisan koperasi. Hal ini menjadi faktor
penentu tumbuhnya anggota yang kemudian berdampak semakin efiesiennya
organisasi dan juga perusahaan koperasi.
Ketika
segenap anggota sudah faham apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi, selanjutnya
koperasi mulai merintis atau menyelenggarakan ragam agenda produktif yang
berorientasi pada tumbuhkembangnya nilai manfaat dari sebuah kebersamaan di
koperasi. Ragam agenda itu dikemas dalam basis kebersamaan dimana anggota berposisi
sebagai subyek dan sekaligus obyek. Singkat kata, di keseharian koperasi itu ada
3 (tiga) kebersamaan yang terus berulang, yaitu :
1.
Bersama-sama dalam merumuskan
cita-cita dan mendefenisikan distribusi peran. Dalam tahap
ini, segenap anggota duduk bersama merumuskan
cita-cita bersama dan di ikuti dengan pendefenisian distribusi peran segenap
unsur organisasi dalam proses perwujudan mimpi itu sendiri. Sebagai awalan,
dilakukan eksplorasi guna menyerap aspirasi berisi ide dan gagasan yang
selanjutnya diputuskan berdasarkan kesamaan kebutuhan mayoritas anggota.
Selanjutnya, di rumuskan pula distribusi
peran masing-masing unsur (baca : pengawas, pengurus dan anggota).
Pendefenisian peran ini juga bagian penegasan bahwa semua unsur memiliki tugas
dan tanggungjawab dari setiap aktivitas yang dijalankan koperasi.
2.
Bersama-sama dalam mewujudkannya.
Pada tahapan ini, masing-masing unsur organisasi menjalankan perannya masing-masing
yang terhubung antara satu sama lain. Artinya, apa yang dilakukan oleh anggota,
pengurus dan pengawas memiliki hubungan yang mengarah pada ketercapaian
cita-cita bersama.
3.
Bersama-sama dalam meng-evaluasi
capaian. Pada tahap ini, semua unsur organisasi duduk bersama
menilik capaian. Capaian kemudian di evaluasi dan sekaligus merumuskan
langkah-langkah selanjutnya. Ada beberapa catatan penting tentang capaian,
yaitu :
a.
apapun dan seberapapun capaian yang
diraih koperasi harus dibaca sebagai hasil bersama, sebab capaian tersebut
merupakan akumulasi dari peran dan partisipasi yang dilakukan oleh semua unsur
organisasi.
b.
“hasil atau capaian” mewakili “kualitas
kebersamaan” yang terbangun dalam koperasi tersebut. Ketewujudan capaian
merupakan dampak dari konsistensi semua
unsur organisasi menjalankan perannya masing-masing.
c.
Semua harus bergerak bersama sebab
hakekat berkoperasi adalah berbagi peran secara proporsional untuk tujuan
bersama. Oleh karena itu, tidak berlebihan kemudian berkesimpulan bahwa koperasi
tidak mengenal kata aku, dia atau mereka, tetapi hanya mengenal kata “kita”.
Dalam bahasa yang lebih tegas, apapun hasil koperasi adalah hasil “kita”.
Kebersamaan
semacam ini terus berlangsung dan berulang di siklus kehidupan koperasi.
Intensitas dan konsistensi komunikasi yang terjalin disegenap unsur organisasi
akan menentukan seberapa jauh koperasi berkemampuan mem-produksi kemanfaatan-kemanfaatan
kepada segenap anggotanya.
C. Azas Subsisiary Sebagai Muasal Koperasi Meng-anggota
Koperasi
bisa mengerjakan aktivitas apa saja, kecuali hal-hal yang dibatasai oleh UU
atau peraturan lainnya. Artinya,
perusahaan koperasi bisa dimanfaatkan oleh anggota secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Namun demikian, aspek rasional dan kelayakan perlu dipertimbangkan sebab jalannya perusahaan
koperasi tidak lepas dari pengeluaran-pengeluaran baik bersifat tetap (fix cost) maupun fluktuatif (variable cost). Disisi lain,
keterwakilan kepentingan mayoritas anggota atas usaha yang akan dijalankan juga
perlu dijadikan rujukan. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas perusahaan koperasi
mendapat respon positif dan daya dukung anggota serta mendatangkan kemanfaatan
bagi hidup anggota.
Untuk
tujuan itu, dalam merumuskan jenis
aktivitas perusahaannya, koperasi
disarankan berpedoman pada azas subsidiary. Secara singkat, azas subsidiary menekankan 2
(dua hal, yaitu : (i) apa-apa yang bisa
dikerjakan oleh anggota sebaiknya tidak di kerjakan oleh koperasi dan;
(ii) apa-apa yang tidak bisa dikerjakan oleh anggota, itulah yang sebaiknya dikerjakan
oleh koperasi. Azas ini memberi pesan
kuat antara lain:
a.
mengharapkan usaha koperasi menjadi refresentasi/mewakili
kebutuhan mayoritas anggota. Dengan
demikian, daya dukung partisipasi dipastikan terus tumbuh bersama kelahirannya.
b.
perusahaan koperasi akan menjadi “mesin penjawab” atas kebutuhan mayoritas
anggota.
c.
koperasi tidak akan zalim terhadap
anggotanya. Artinya, usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi seharusnya tidak
akan menjadi pesaing bagi usaha yang diselenggarakan oleh anggotanya sebab hal
ini berpotensi membuat usaha anggotanya gulung tikar
d.
adanya distribusi peran sinergis yang
saling menguatkan, baik anggota secara pribadi maupun koperasi secara
perusahaan.
Untuk
memahami tentang azas subsidiary , beberapa contoh sederhana dijelaskan berikut
ini:
1.
Sebuah koperasi beranggotakan para pengrajin gula
kelapa memilih berbagi peran yang saling memperkuat dimana anggota berposisi
sebagai pengrajin gula kelapa dan koperasi berperan memasarkan gula kelapa yang
diproduksi anggotanya. Disamping itu, koperasi juga concern mengembangkan
teknologi agar kualitas produksi anggotanya menjadi lebih baik.
2.
Sebuah koperasi beranggotakan para
pedagang asongan memilih untuk menjadi suplier bagi anggotanya, sedangkan
anggotanya memerankan diri sebagai
pedagang asongan yang bertransaksi dengan konsumen akhir (end user).
3.
Sebuah koperasi yang anggotanya para
pengusaha makanan berbagi peran dimana koperasi memasarkan hasil produksi
makanan yang dihasilkan oleh anggota, sedangkan anggotanya concern dengan urusan produksi
makanan berbasis pesanan yang didapatkan oleh koperasi.
4.
Koperasi yang beranggotakan para
pengusaha memilih untuk menyelenggarakan simpan pinjam guna mendukung usaha
anggotanya agar mendapatkan modal yang lebih murah. Disisi lain, anggota pun
berkomitmen memusatkan sirkulasi keuangannya di koperasi dengan membuka
tabungan harian. Dengan demikian, simpan pinjam koperasi akan menjadi back
up keuangan usaha anggota.
Beberapa
contoh diatas menunjukkan adanya hubungan saling mendukung antara usaha yang
diselenggarakan oleh koperasi dan juga anggotanya. Kalau hal semacam ini
mewujud dimana hubungan saling mendukung diantara koperasi dan anggotanya
begitu nyata, maka hampir bisa dipastikan perusahaan koperasi tidak pernah bangkrut
sepanjang anggotanya pun terus mendukung
secara nyata. Contoh diatas juga memperlihatkan bagaimana koperasi
mempersonifikasikan aktivitasnya dalam nuansa “memberdayakan” anggotanya.
Singkat
kalimat, aplikasi azas subsidiary dalam membentuk dan atau menumbuhkembangkan aktivitas perusahaaan
koperasi merupakan guide line dalam
mewujudkan koperasi yang meng-anggota. Kala koperasi sukses membentuk iklim
organisasi yang meng-anggota, maka bisa dipastikan aktivitas perusahaan
koperasi terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan anggotanya.
Disisi lain, karena hubungan saling mendukung ini, maka semua anggota akan ikut
menjaga dan sekaligus mengembangkan partisipasinya demi pertumbuhan koperasi
dan juga bermakna pertumbuhan kesejahteraan dirinya sendiri.
D.
Menilik Implikasi Produktifitas Pertumbuhan Anggota
Koperasi
adalah kumpulan orang yang equal (baca: sejajar) dan tidak membedakan lata
belakang agama, gender, ras dan status sosial. Ke-universal-an koperasi ini
menjadikan koperasi renyah dan terbuka pada siapapun yang memiliki komitmen dan
keyakinan bahwa “kebersamaan dalam koperasi” adalah identik dengan memperkuat
diri. Jika tidak, maka koperasi akan kemasukan orang yang salah dan beroptensi
merusak semangat kebersamaan yang sudah terbentuk.
Oleh
karena itu, dalam memahami keterbukaan koperasi dari sisi keanggotaan, implikasi
positif pertumbuhan anggota juga perlu dipertimbangkan agar penambahan
satu anggota bermakna penambahan kekuatan koperasi dalam arti luas. Untuk
mendukung hal itu, ada beberapa treatmen (tindakan) yang perlu dilakukan untuk meng-efektifkan
pertumbuhan anggota, antara lain :
1.
Identifikasi calon anggota.
Identifikasi lebih fokus pada pendeteksian karakter dikaitkan dengan kesesuaian
nafas juang koperasi yang senantiasa mengusung kebersamaan. Berkoperasi itu
butuh jiwa sebab “hidup bersama dalam
koperasi” memerlukan ketulusan untuk mengerti orang lain, kebijaksanaan
memandang perbedaan dan kemauan berkorban. Identifikasi ini bisa dilakukan
denga mencari referensi sebanyak mungkin tentang karakter calon anggota yang
bersangkutan.
2.
Pendidikan awal. Kala
tahap pertama menyimpulkan adanya potensi layak untuk diterima, selanjutnya
masuk ke tahap ke-02, yaitu pendidikan awal. Pendidikan awal ini minimal
meliputi tantang; (i) apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi dan; (ii) profile
(meliputi pemahaman terhadap sejarah koperasi bersangkutan, visi, misi dan
AD/ART.
3.
Masa Uji coba.
Kalau di tahap ke-02 seorang yang ingin bergabung koperasi dianggap potensial,
barulah seseorang didefenisikan sebagai calon anggota untuk masa waktu
tertentu. Masa ini didefenisikan sebagai masa uji coba. Pada masa uji coba ini,
koperasi melakukan penilaian apakah kesimpulan di tahap01 dan tahap 02
konsisten dengan sikap atau karakter yang di tunjukkan calon anggota di
keseharian koperasi.
Keyakinan
penuh terhadap karakter calon anggota merupakan dasar untuk mendefenisikannya
sebagai anggota penuh. Pendefenisian ini mencerminkan keyakinan bahwa
penambahan anggota tersebut akan mendatangkan kebaikan-kebaikan baru baik bagi
koperasi, anggota lainnya maupun bagi diri anggota tersebut. Pada penambahan anggota yang efetif juga
bermakna sebagai peningkatan potensi koperasi untuk lebih tumbuh dan
berkembang.
D. Roh Pengelolaan Perusahaan Koperasi Sebagai
Catatan Penting
Kesejahteraan
yang selalu di defenisikan sebagai tujuan berkoperasi memiliki makna luas yang
bisa dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : (i) perolehan materialitas (SHU);
(ii) kebermanfaatan (benefit) dan atau’
(iii) campuran antara materialitas dan kebermanfaatan. Sebagai usaha yang
dimiliki bersama, tentu memerlukan ketegasan pilihan sehingga setiap
unsur organisasi mempunyai dasar yang serua untuk memahami aktivitas perusahaan
yang di jalankan koperasi. Disamping itu, hal ini juga menjadi referensi dalam
menyusun indikator penilaian atas setiap capaian. Dengan kata lain, pilihan
atas dimensi kesejahteraan merupakan roh yang akan menjadi rujukan dalam semua
aspek keseharian perusahaan koperasi. Pada
pilihan mana yang paling ideal?.
Jawaban
atas pertanyaan itu sangat tergantung pada pemilik suara dalam koperasi yaitu
anggota koperasi. Kualitas pemahaman
mereka terhadap filosopi perjuangan koperasi tentu ikut mempengaruhi pada
pilihan mena mereka berkeputusan. Untuk mendukung terbentuknya pilihan yang
ideal dan juga rasional, maka efektivitas pendidikan yang diselenggarakan koperasi
menjadi faktor penentu. Dalam konteks pilihan di biarkan liar pada komunitas
anggota yang menyukai hal-hal instan, maka semangat materialitas mungkin lebih
dominan untuk di jadikan pilihan. Namun, hal lain akan didapati kala anggota
sudah terdidik dan memahami bahwa produktifitas dalam koperasi itu berbasis
kolektivitas dan perkembangan koperasi sangat tergantung pada partisipasi
anggota.
Pilihan
ini sangat
penting mengingat efek luasnya terhadap nafas pengelolaan segala
aktivitas perusahaan koperasi. Pilihan ini juga sangat berpengaruh pada
keberpihakan anggota terhadap segala aktivitas perusahaan koperasi. Banyak
fakta menunjukkan bahwa anggota kurang memiliki kebanggaan atas capaian
koperasi sebab mereka tidak merasa menjadi bagian dari koperasi secara utuh.
Interaksi mereka lebih bersifat transaksional tanpa diikuti oleh ikatan
emosional yang kuat. Bahkan tidak sedikit anggota yang merasa termanfaatkan
atau di eksploitasi oleh koperasinya sendiri.
Pemahaman
ini terkadang berawal dari ketidakfahaman tentang apa, mengapa dan bagaimana
berkoperasi. Mereka dibiarkan masuk tanpa pendidikan perkoperasian. Persepsi dan
ekspektasi mereka dibiarkan liar tanpa pengarahan yang tepat dan pendidikan
yang terencana. Atas hal itu, pelibatan
anggota dalam menentukan “pilihan roh pengelolaan” menjadi sangat penting.
Namun demikian, untuk melahirkan pilihan ideal diperlukan anggota yang terdidik
perkoperasian sehingga memahami efek secara menyeluruh dari pilihan yang mereka
ambil. Jika hal ini bisa di wujudkan, maka iklim meng-anggota akan tumbuh dan
berkembang secara bertahap dan berkesinambungan. Hal ini pun akan berbanding
lurus dengan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam pilihan roh manapun koperasi
akan dijalankan dan di kelola.
E. Penghujung
Inti
berkoperasi adalah mengembangkan kerjasama guna melahirkan dan
menumbuhkembangkan kemanfaatan yang lebih bila dibandingkan melakukan segala
sesuatunya sendirian. Untuk itu, kebermanfaatan hanya lahir dari terbentuknya
iklim koperasi yang meng-anggota. Pada koperasi yang meng-anggota akan didapati
keberpihakan nyata dari anggota baik dalam berpendapat maupun dalam
mengembangkan partisipasinya secara optimal. Satu hal yang menjadi perhatian
bahwa partisipasi optimal hanya lahir dari kesadaran tinggi dan untuk itu bermula
dari keterdidikan anggota dalam hal perkoperasian.
Demikian
tulisan sederhana ini disampaikan, semoga menginspirasi anggota koperasi untuk
meningkatkan pemahaman terhadap nafas juang koperasi dan sekaligus termantik menumbuhkembangkan partisipasinya secara optimal.
Semangat....!!!!!
Posting Komentar
.