A. Apresiasi atas karya mengagumkan yang meng-inspirasi
Menarik untuk menilik kepedulian STIMIK AMIKOM Purwokerto. Melalui LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) yang di komandani oleh Pak Imam, kampus ini sangat concern mendampingi para pemulung. Sebuah pemilihan ide yang brilian dan inisiatif yang layak dicungi jempol. Bagaimana tidak, secara tekun Pak Imam dan tim terjun membina para pemulung ini. Setidaknya sudah ada 3 (tiga) titik yang menunjukkan geliat, antara lain di Desa Karang lewas dan Desa Grendeng. Untuk base camp yang di Desa Grendeng saja, mereka memiliki 400 (empat ratus) anggota aktif yang kesemuanya berprofesi sebagai pemulung. Sungguh menginspirasi kala mendengar Pak Imam bertestimoni tentang antusiasme segenap anggota terhadap ragam traatmen yang dilakukan. Rasa percaya yang terbangun pada anggota telah menjadikan organisasi pemulung ini begitu mengakar. Hal ini terlihat saat mereka menggelar HUT beberapa minggu lalu. Sayangnya penulis arsadcorner tidak sempat menghadiri undangan karena di saat bersamaan harius ada meeting di Jakarta. Berdasarkan testimoni Pak Imam, anggota yang hadir luar biasa dan bahkan utusan Pemkab Banyumas pun ikut menghadiri acara ulang tahun paguyuban pemulung ini.
Saat ini, gerakan awal nan sukses yang di drive oleh Pak Imam CS ini sudah memasuki tahapan penataan organisasi dan kelembagaan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya memperluas makna dari keterjalinan ikatan emosional yang kuat dan di pupuk sejak beberapa tahun terakhir. Fungsi dn aktivitas paguyuban diharapkan tidak hanya membeli sampah hasil memulung dari segenap anggotanya, tetapi harus difikirkan bagaimana menemukan atau meniciptakan nilai tambah sehingga peluang anggota menjadi sejahtera
Untuk mensukseskan tahapan itu, para pengurus paguyuban pemulung di Up-Grade melalui pendidikan dan pelatihan yang pelaksanaannya mengambil tempat di Auditorium, Kampus STIMIK Purwokerto. Ada 2 (dua) hal utama yang menjadi sasaran, yaitu : (i) peningkatan pemahaman tentang koperasi dan pola pengelolaannya. dan; (ii) Pendidikan IT yang diharapkan bisa membantu operasional organisasi, khususnya dalam melayani anggotanya. Ssebuah terobosan luar biasa....
B. Sekedar Berbagi Tulisan Sederhana
Sehubungan dengan penulis arsadcorner di undang ngisi sesi koperasi dan pola pengelolaannya, maka berikut disajikan materi yang disampaikan pada acara pendidikan dan pelatihan tersebut. Adapun materi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
Secara
umum, manajemen perusahaan koperasi hampir sama dengan manajemen perusahaan
lainnya. Hanya saja, sangat dimungkinkan
adanya perbedaan signifikan, khusunya pada nilai-nilai dan semangat
pengelolaan yang antara lain dijelaskan secara ringkas berikut ini:
Berkoperasi adalah identik dengan berkomitmen untuk hidup
bersama. Komitmen yang dimaksud tidak sebatas pemenuhan syarat administratif
untuk kemudiah sah tercatat sebagai
anggota, tetapi diharapkan terus konsisten berpartisipasi dalam segala
aktivitas yang dijalankan oleh organisasi dan perusahaan koperasi.



B. Sekedar Berbagi Tulisan Sederhana
Sehubungan dengan penulis arsadcorner di undang ngisi sesi koperasi dan pola pengelolaannya, maka berikut disajikan materi yang disampaikan pada acara pendidikan dan pelatihan tersebut. Adapun materi yang disampaikan adalah sebagai berikut :
I. KONSEP DASAR KOPERASI
A. PEMBUKA
Meyakini
dan menyadari “bersama” sebagai cara memperkuat diri adalah
muasal ideal kelahiran koperasi maupun bergabungnya sesesorang ke dalam
barisan koperasi. Dengan demikian, mudah untuk membangun keyakinan bahwa
memupuk rasa kebersamaan merupakan kunci untuk membentuk
kebermanfaatan-kebermanfaatan yang mungkin sulit dilakukan sendirian.
“Bersama” menjadi mudah bila kelahirannya di ikuti dengan pemahaman bahwa
kumpulan orang identik dengan kumpulan
ragam karakter yang sangat mungkin terdapat perbedaan pendapat dan gagasan atau bahkan harapan. Menjadi pribadi yang renyah dalam arti fleksibel dan tidak kaku
sangat diperlukan sehingga bisa menghadirkan kebijaksanaan dalam mensikapi
setiap perbedaan yang mengemuka.
Disamping itu, perlu dibentuk dibentuk “panduan fikir” sehingga ada
referensi bagi setiap orang dalam memahami dan ragam realitas keseharian
koperasi. Disamping itu, perlu dibuat semacam “aturan main”
yang isinya me-refresentasikan pendapat atau pemikiran dari segenap
unsur yang terlibat dengan tetap merujuk pada “panduan fikir”tentang koperasi. Dengan demikian,
lebih mudah membangun ikatan emosional
antara satu dengan lainnya yang diikuti dengan kemauan setiap orang untuk selalu menjaga keutuhan kebersamaan
dalam arti luas hingga terus tumbuh kemanfaatan secara bertahap dan
berkesinambungan.
B. DEFENISI
KOPERASI
Secara defenisi, Koperasi merupakan
kumpulan orang otonom yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang
mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Untuk memudahkan
pemahaman terhadap defenisi tersebut, berikut dijelaskan secara bertahap :
1.
Koperasi merupakan kumpulan orang
yang bersifat otonom dan bergabung secara sukarela. Karena koperasi kumpulan orang dan bukan kumpulan modal, maka fokus koperasi
sesungguhnya adalah “membangun orang” dan bukan menumbuhkan modal. Koperasi
menempatkan “uang atau modal” sebagai “alat bantu” yang tumbuh dan berkembang
sebagai dampak langsung dari “keterbangunan orang-orang” di dalamnya melalui
pendidikan yang diselenggarakan koperasi secara terus menerus.
2.
Keterpenuhan aspirasi dan kebutuhan
ekonomi, sosial dan budaya sebagai tujuan. Aspirasi adalah suara anggota yang kemudian mempengaruhi langkah koperasi dalam cara
memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya dari para anggotanya sendiri.
Aktivitas-aktivitas yang dikerjakan koperasi sangat tergantung aspirasi yang
mencerminkan kebutuhan mayoritas anggotanya.
3.
Perusahaan adalah media atau alat koperasi untuk mewujudkan ragam
tujuannya. Disinilah letak uniknya perusahaan koperasi, disamping dimiliki
secara bersama-sama oleh segenap anggotanya, operasionalisasinya juga
dikendalikan secara demokratis oleh anggotanya juga. Dengan demikian, jalannya
perusahaan koperasi sesuai dengan dinamika aspirasi dan kebutuhan yang
berkembang di kalangan anggotanya.
Singkat kalimat, keunikan yang ada di organisasi maupun
perusahaan koperasu merupakan modal penting dan sekaligus sumber kekuatan dalam membentuk kemampuan menumbuhkembangkan manfaat, baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya kepada
segenap anggotanya. Nalar yang menempatkan “perusahaan” sebagai media atau alat juga sebagai bentuk penegas bahwa fokus koperasi adalah
membangun orang-orang nya dan
tumbuhkembangnya perusahaan adalah akibat langsung dari keberhasilan koperasi
men-cerdaskan anggotanya melalui pendidikan berkelanjutan yang bisa membangun
kesadaran untuk mengambil tanggungjawab ikut membesarkan perusahaan.
C. MENGENAL
AZAS SUBSIDIARY DALAM KOPERASI
Sebagai perusahaan, koperasi bisa menyelenggarakan
aktivitas apapun kecuali hal-hal yang dikecualikan dalam undang-undang atau peraturan lainnya. Namun demikian, dalam
merumuskan atau memutuskan aktivitas perusahaannya, koperasi sebaiknya merujuk
pada apa yang disebut dengan azas subsidiary
sehingga melahirkan efektivitas ber-koperasi. Secara sederhana, azas subsidiary menekankan
pada 2 (dua) hal penting, yaitu :
Apa-apa yang bisa dikerjakan anggota sebaiknya tidak dikerjakan oleh koperasi.
Apa-apa yang tidak bisa dikerjakan
oleh anggota, hal itulah sebaiknya yang dikerjakan oleh koperasi.
Secara singkat, maksud dan tujuan yang terkandung dalam azas subsidiary ini
adalah sebagai berikut :
1.
Aktivitas yang dijalankan perusahaan
koperasi harus bersifat mendukung atau
memenuhi kebutuhan anggota dalam arti luas. Oleh karena itu, sebelum koperasi
memutuskan menjalankan aktivitas, sebaiknya dipastikan bahwa hal itu mewakili
aspirasi dan kebutuhan mayoritas anggotanya. Hal ini juga sebagai jaminan agar
aktivitas perusahaan koperasi disambut baik dan selalu didukung oleh anggota.
Dengan demikian, perusahaan koperasi tersebut tidak akan pernah bangkrut
sepanjang masih dicintai oleh anggotanya.
2.
Aktivitas yang dijalankan koperasi
tidak bersaing dengan aktvitas yang dijalankan oleh
anggotanya. Hakekat kelahiran koperasi
adalah membahagiakan. Oleh karena itu, koperasi perlu melihat apakah aktivitas
yang akan dijalankan mendatangkan keburukan atau kesulitan baru bagi anggotanya, seperti persaingan dan lain sebagainya. Disinilah letak kebijaksanaan dan komitmen
koperasi yang kelahiran aktivitas perusahaannya dimaksudkan untuk
memperkuat atau mendatangkan kemanfaatan
baru bagi segenap anggotanya.
Untuk lebih mudah dalam memahami azas subsidiary ,
berikut ini disajikan beberapa contoh sederhana :
- Sebuah koperasi beranggotakan para pengrajin gula kelapa memilih berbagi peran yang saling memperkuat dimana anggota berposisi sebagai pengrajin gula kelapa dan koperasi berperan memasarkan gula kelapa yang diproduksi anggotanya. Disamping itu, koperasi juga concern mengembangkan teknologi agar kualitas produksi anggotanya menjadi lebih baik.
- Sebuah koperasi beranggotakan para pedagang asongan memilih untuk menjadi suplier bagi anggotanya, sedangkan anggotanya memerankan diri sebagai pedagang asongan yang bertransaksi dengan konsumen akhir (end user).
- Sebuah koperasi yang anggotanya para pengusaha makanan berbagi peran dimana koperasi memasarkan hasil produksi makanan yang dihasilkan oleh anggota, sedangkan anggotanya concern dengan urusan produksi makanan berbasis pesanan yang didapatkan oleh koperasi.
- Koperasi yang beranggotakan para pengusaha memilih untuk menyelenggarakan simpan pinjam guna mendukung usaha anggotanya agar mendapatkan modal yang lebih murah. Disisi lain, anggota pun berkomitmen memusatkan sirkulasi keuangannya di koperasi dengan membuka tabungan harian. Dengan demikian, simpan pinjam koperasi akan menjadi back up keuangan usaha anggota.
Beberapa contoh diatas menunjukkan adanya hubungan saling
mendukung antara usaha yang diselenggarakan oleh koperasi dan juga anggotanya.
Kalau hal semacam ini mewujud dimana hubungan saling mendukung diantara
koperasi dan anggotanya begitu nyata, maka hampir bisa dipastikan perusahaan
koperasi tidak pernah bangkrut sepanjang
anggotanya terus mendukung secara nyata. Contoh diatas juga memperlihatkan
bagaimana koperasi mempersonifikasikan aktivitasnya dalam nuansa
“memberdayakan” anggotanya.
Singkat
kalimat, aplikasi azas subsidiary dalam membentuk dan atau menumbuhkembangkan aktivitas perusahaaan
koperasi merupakan guide line (panduan) dalam mewujudkan koperasi yang
meng-anggota. Kala koperasi sukses membentuk iklim organisasi yang
meng-anggota, maka bisa dipastikan aktivitas perusahaan koperasi terus tumbuh
dan berkembang seiring dengan pertumbuhan anggotanya. Disisi lain, karena
hubungan saling mendukung ini, maka semua anggota akan ikut menjaga dan
sekaligus mengembangkan partisipasinya demi pertumbuhan koperasi dan hal ini
juga bermakna pertumbuhan kesejahteraan dirinya sendiri.
II.MANAJEMEN
(PENGELOLAAN) KOPERASI
Koperasi ideal adalah koperasi yang ditandai minimal oleh
2 (dua) hal, yaitu Mengakar dan besar. “Mengakar” yang dimaksud adalah
meng-anggota dimana anggota terlibat aktif dalam setiap aktivitas yang dijalankan
oleh anggota, baik secara organisasi maupun perusahaan. Sementara itu “besar”
adalah dampak dari konsistensi kemauan anggota berproses menumbuhkembangkan
kebersamaannya dan sekaligus menumbuhkembangkan aktivitas perusahaannya
berbasis pada kebutuhan mayoritas anggota. Dengan demikian, setiap anggota
merasa bahagia dan sekaligus ikhlas
mengembangkan partisipasinya.
Iklim semacam ini hanya bisa didapati bila anggota bisa
mem-personifikasikan dirinya ke dalam setiap aktivitas yang dijalankan oleh
koperasi. Untuk itu, koperasi harus di kelola dengan baik dimana di dalamnya
ada perencanaan, distribusi peran
efektif diantara segenap unsur koperasi dan pengendalian demokratis oleh
segenap anggotanya. Oleh karena itu, bila koperasi ingin maju, profesionalisme
pengelolaan menjadi kebutuhan mutlak yang ditandai dengan adanya kesesuaian
kapasitas orang pada peran yang harus dijalankan untuk menumbuhkembangkan
koperasi.
Secara umum, pengelolaan koperasi melingkupi 2 (dua) hal, yaitu : (i) pengelolaan organisasi
dan; (ii) pengelolaan perusahaan. Pengelolaan organisasi berorientasi pada
terbangunanya kapasitas anggota baik secara kulitas maupun kuantitas. Sementara
itu pengelolaan perusahaan berorientasi pada lahirnya kemampuan koperasi dalam
memenuhi dinamika aspirasi dan kebutuhan segenap anggotanya melalui ragam
kreativitas yang terimplementasikan secara sistematis dan terukur.
A. MANAJEMEN
PERUSAHAAN KOPERASI

- non-koperasi biasanya cenderung pada pertumbuhan laba, sementara itu pada koperasi bisa saja semangatnya pada pertumbuhan manfaat (non-material).
- non-koperasi, keputusan roh pengelolaan koperasi mutlak pada owner (pemilik) yang jumlahnya hanya sedikit orang, kalau koperasi pemiliknya banyak orang dan roh pengelolaan sangat ditentukan dinamika aspirasi yang berkembang di kalangan anggota.
- Namun demikian, orientasi produktivitas tetap menjadi fokus koperasi walau kata “produktivitas” bisa bermakna luas dalam koperasi sesuai dengan aspirasi yang berkembang.
Secara
teknis, Bicara manajemen dasar perusahaan, umumnya meliputi :
- manajemen personalia. Manajemen personalia meliputi tentang sumber daya manusia mulai dari rekruitmen, pendidikan/pembinaan, penempatan, reward dan punishment. Sesuai dengan konsepsinya, koperasi harus memandang SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai modal penting karena berkaitan langsung dengan kelancaran operasionalisasi perusahaan koperasi. Satu hal yang menjadi catatan bahwa rendahnya kualitas pengelolaan mayoritas perusahaan koperasi disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang mengelola sehingga sangat sulit diharapkan muncul inovasi-inovasi yang brilian. Manajemen operasional. Operasionalisasi perusahaan koperasi mengarah pada kelancaran ruitinitas perusahaan dan keterjagaan efisiensi dan efektivitas yang berujung pada pertumbuhan dan perkembangan produktivitas dalam arti luas (tidak selalu dalam konteks materialitas). Oleh karena itu, kreativitas mengembangkan berbagai formula perlu dilakukan sehingga pelayanan perusahaan koperasi bisa memiliki nilai lebih yang akan meningkatkan rasa kepemilikan dan mempertinggi tanggungjawab anggota untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi.
- Manajemen pemasaran. Hakekat manajemen pemasaran adalah mengabarkan keberadaan unit layanan sehingga target market memberikan respon positif dalam bentuk transaksi. Keunggulan-keunggulan dari sebuah pelayanan atau produk perlu ditandaskan sehingga konsumen memiliki alasan cukup untuk mentransaksikan kebutuhannya. Demikian pula halnya koperasi dimana dimana hakekat kehadiran unit layanan adalah untuk membahagiakan anggotanya, sehingga memerlukan pola-pola pemasaran yang lebih efektif berbasis kepemilikan.
- Manajemen Keuangan. Secara umum, manajemen keuangan bicara tentang kreativitas dalam mengembangkan sumber daya dan sekaligus mengembangkan kreativitas dalam hal pemanfaatan sumber daya. Sebagai institusi yang mendorong terciptanya kemandirian kolektif , koperasi dalam menggali dan mengembangkan sumber dayanya sebaiknya fokus pada keterbangunan kesadaran dan inisiatif segenap anggota dalam mengembangkan partisipasinya.
B. SEKILAS TENTANG MANAJEMEN KEUANGAN
Sebagaimana dijelaskan pada sub bahasan sebelumnya,
manajemen keuangan secara umum berbicara tentang kreativitas penggalian sumber
keuangan dan sekaligus kreativitas pemanfaatan. Disisi lain, sebenarnya
manajemen keuangan juga membicarakan tentang pengukuran (baca : akuntansi) dan
pengendalian. Pengukuran diperlukan guna untuk menjelaskan rekam jejak keuangan
dan sekaligus menjelaskan efektivitasnya dalam arti produktivitas. Sementara
itu, pengendalian fokus pada pengamanan keuangan baik yang bersifat penjagaan,
pencegahan penyimpangan maupun penyelesaian atas setiap permasalahan keuangan
yang timbul.
Sebagai koperasi yang beranggotakan orang-orang, peran
manajemen keuangan sangat penting baik untuk membangun kepercayaan (baca:
trust) mapun untuk kepentingan pelaporan atas segala aktivitas yang dijalankan
koperasi. Kepercayaan anggota perlu dibangun mengingat eksistensi organisasi
dan perusahaan koperasi sangat bergantung pada tinggi rendahnya kepercayaan
anggota terhada koperasinya. Transparansi pelaporan harus bisa diwujudkan
sehingga tidak timbul fitnah yang berujung pada luluh lantahnya perasaan saling
percaya dan kebersamaan yang sudah terbangun. Oleh karena itu, perlu
kehati-hatian yang amat sangat karena berkaitan dengan kepemilikan perusahaan yang menyebar secara merata di seluruh
anggota.
Pada alinea berikutnya, fokus pembahasan adalah pada
pendeteksian sumber keuangan dan merumuskan pemanfaatan keuangan. Sementara
itu, untuk pengukuran dan pengendalian memang tidak dibahas dalam tulisan ini.
B. 1. Mendeteksi Sumber-Sumber Keuangan
Dalam tulisan awal dijelaskan bahwa “uang atau modal”
dalam koperasi berposisi sebagai alat bantu. Atas dasar itu, fokus koperasi adalah
membangun orang-orang di dalamnya sehingga mendorong aspirasi cerdas yang akan
berengaruh pada semua sisi koperasi, termasuk dalam hal mengembangkan sumber
keuangan.
Secara teori, ada 2 (dua) sumber keuangan yaitu modal sendiri dan atau modal eksternal. Modal sendiri
dalam koperasi bersumber dari segenap anggotanya yang biasanya di bentuk dalam
istilah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Sementara itu,
modal eksternal bisa bersumber dari bank maupun non-bank seperti asuransi,
kemitraan, hibah dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan koperasi itu menjunjung tinggi semangat
kemandirian berbasis kolektivitas, maka koperasi diharapkan bisa mengembangkan
permodalan mandiri. Para anggota harus dimobilisasi sehingga muncul kesadaran
untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan permodalan koperasi. Untuk itu,
peran pendidikan ke anggota menjadi sangat
penting agar lahir kesadaran tentang dampak positif dari terjaganya komitmen
anggota terhadap kain meluasnya kemampuan koperasi dalam mengembangkan ragam layanan kepada
anggotanya.
Sementara itu, bila koperasi mengembangkan sumber daya
keuangannya bersumber dari eksternal, maka ada potensi ketergerusan
produktivitas konsekuensi yang terelakkan sepeti membayar jasa pinjaman dan
biaya-biaya lainnya. Pada titik tertentu
dimana lompatan aktivitas akan dilakukan, mungkin bisa menggunakan sumber daya
keuangan eksternal . Akan tetapi, penggunaan
metode ini diikuti kesadaran segala konsekuensi yang ditimbulkannya. Lain halnya, kalau
pemilihan metode ini sebagai bagian dari strategi. Terkadang kesadaran anggota
perlu di mantik dengan pola-pola kreatif seperti penggunaan hutang atau ssistem
bagi hasil dalam mengembangkan ragam unit
layanan. Artinya, pada saat unit layanan
B.2. KREATIVITAS PEMANFAATAN
KEUANGAN KOPERASI
Merujuk pada kelahiran koperasi untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya anggotanya, maka pemanfaatan keuangan
koperasi juga harus berdasarkan pada hal itu. Pemanfaatan keuangan koperasi
harus berhubungan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan anggota, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan agenda “duduk
bersama” segenap unsur organisasi, yaitu; anggota, pengurus dan pengawas.
Target agenda ini adalah merumuskan aktivitas yang merupakan skala prioritas
dari ragam aspirasi dan kebutuhan
mayoritas anggota koperasi.
Hal ini perlu dilakukan agar semua unsur organisasi memiliki ikatan
emosional atas setiap aktivitas yang dijalankan koperasi, sebab peran ideal
anggota tidak hanya terlibat langsung dalam memutuskan tetapi juga ikut
bertanggungjawab men-sukseskan setiap aktivitas yang di jalankan oleh koperasi.
Fakta lapangan menunjukkan, betapa banyak toko koperasi
terbangun tetapi anggotanya belanja di tempat lain. Demikian juga simpan
pinjam, dimana mayoritas anggota memanfaatakan koperasi hanya untuk meminjam
tetapi enggan untuk menabung di koperasi saat memiliki uang. Fakta ini
menunjukkan masih rendahnya ikatan emosional anggota terhadap koperasinya
dimana anggota cenderung bertindak egois dan menempatkan koperasi hanya sebagai
tempat pemenuhan apa yang mereka butuhkan. Mereka tidak mau berkontribusi
secara konsisten agar kemampuan koperasi memenuhi kebutuhan anggotanya akan
semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Pada kondisi yang demikian, maka
bisa dipastikan koperasi tersebut akan sangat sulit untuk berkembang.
C. PENUTUP BERNADA KESIMPULAN dan SARAN
Untuk itu, sebaiknya anggota dilibatkan dalam setiap
pengambilan keputusan penting dan strategis agar mereka memiliki ikatan
emosional yang kuat dengan koperasinya. Keseharian anggota seharusnya tidak berjarak dengan
keseharian koperasinya. Hal ini hanya bisa diwujudkan bila terdapat relevansi
kuat antara apa yang dikerjakan koperasi dengan apa yang dibutuhkan oleh
segenap anggotanya.
Sebagai catatan penting, sebagai organisasi perkumpulan
orang, tumbuhkembangnya koperasi sangat tergantung kualitas kebersamaan dan
konsistensi kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam setiap aktivitas yang
dijalankan koperasi. Disinilah koperasi tegas sebagai organisasi dan perusahaan
“pemberdayaan” dimana setiap orang harus bergerak
bersama-sama sesuai proporsi tugas dan tanggungjawabnya. Pada titik ini, kala
anggota hanya mengembil posisi pengamat atau penikmat, maka koperasi akan sulit
untuk bisa berkembang sebab hanya berpangku tangan dan menggantungkan harapan
pada pengurus dan pegawas. Untuk itu, kualitas ke-kita-an segenap unsur
organisasi koperasi harus terus dijaga dan ditingkatkan sehingga bisa
melahirkan keberdayaan kolektif yang akan mensejahterakan seluruh anggotanya.
Oleh karena itu, pendidikan yang terus menerus dan dikemas dalam metode
variatif diperlukan agar kapasitas anggota terus mengalami peningkatan.
Demikian, tulisan sederhana ini disampaikan sebagai
pemantik semangat berkoperasi dari segenap peserta pelatihan. Sebab, semangat
yang senantiasa terjaga akan membawa koperasi pada kemampuan menciptakan
kemanfatan-kemanfaatan yang mensejehtarakan. Salam Juang
Koperasi....!!!!!!
Materi Dalam Format JPEG
Materi Dalam Format JPEG
Posting Komentar
.