Pembukaan
![]() |
sumber foto: jpnn.com |
Sepulang acara perpisahan salah satu rekan kerja, aku bergegas menuju rumah
mengingat waktu jam operasional normal toko tinggal satu jam-an lagi. Aku tak
mau mengecewakan anak bontotku yang
sedang duduk di bangku kelas 02 SD. Dia minta dibelikan peralatan sekolah. Aku
tak mau dia kehilangan semangat atau merasa tidak diperhatikan. Aku ingin
menjadi ayah yang baik disepanjang ingatannya. Sambil memacu kendaraan, aku
menelepon sang istri untuk siap-siap agar waktu tidak terbuang. Sesampai di
dirumah aku langsung memutar balik kendaraan. Sesaat kemudian anakku dan mamanya masuk ke kendaraan dan kemudian
melaju menuju toko alat tulis.
Melewati depan kampus Unsoed, semua kendaraan melambat. Samar-samar aku
melihat sekumpulan orang berdiri rapi di depan pagar patung Soedirman. Saat
kendaraan sudah mendekati keramaian, ku dapati satu orang sedang membagikan selebaran
kepada setiap kendaraan yang melintas. Ku minta istriku mengambil satu
untuk mengetahui apa yang sedang mereka suarakan. Selembar kertas itu bertajuk
Aksi Solidaritas Untuk Mary Jane. Ternyata, kerumunan orang itu adalah
mahasiswa yang sedang menggelar aksi solidaritas yang mempertanyakan keadilan
untuk Mary Jane (MJ), seorang pekerja
imigran berkebangsaan Filiphina.
Mendadak Mary Jane (MJ) memang menjadi pembicaraan menjelang pelaksanaan Agenda hukuman mati bagi
narapidana khusus. Dari daftar yang akan di eksekusi, pekerja imigran ini
menjadi salah satu dari 9 (sembilan) narapidana yang akan dicukupkan masa
hidupnya di tiang eksekusi. Namun MJ memiliki keunikan kasus dimana ada kesan
kuat bahwa MJ bukanlah pelaku, tetapi terjebak atau menjadi korban dari satu
permainan tingkat tinggi dengan
memanfaatkan keluguannya. Hal ini diungkapkan dalam lembar press release yang disebarluaskan oleh
sekelompok mahasiswa yang menggelar aksi solidaritas. Mengutip tulisan yang
disadur dari Angellugue Maria (ketua FMN Padang), keterjebakan MJ dalam pusaran
narkoba berawal dari situasi dimana temennya menjanjikan pekerjaan untuknya di
Indonesia. Saat di Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta, di dalam tas
koper MJ ditemukan heroin 2,6 kilogram. Tak pelak lagi, situasi ini menjadi
awal deritasi seorang MJ yang berujung dengan dikenakannya vonis hukuman mati
baginya. Apalagi Narkoba tergolong kejahatan luar biasa.
Keberpihakan Tuhan Bemula
Tulisan baris di TV One sekitar pukul 06.00 wib (29 April 2015) menuliskan
2 (dua) hal menyangkut M, yaitu : (i) Pemerintah Filipina memiliki perhatian atas
kasus ini dan kemudian melakukan lobby untuk meminta penangguhan eksekusi atas warganya (cq. MJ) dan;
(ii) Perekrut MJ pun menyerahkan diri pada kepolisian Filipina. Untuk hal terakhir dimana
sang perekrut MJ menyerahkan diri mungkin diluar prakiraan semua orang.
Sementara eksekusi untuk MJ ditangguhkan dan harapan hidup sepertinya mulai
tumbuh kembali dibenak MJ. Apakah hal ini pertanda baik ke depan bagi
perjalanan hidup MJ, proses hukum yang akan menentukannya.
Namun demikian, ada sisi spritualitas yang menginspirasi atas hal ini
dimana logika awal telah mendefenisikan kematian MJ di waktu yang telah ditentukan,
kemudian ditundakan oleh satu keadaan yang tidak di duga sebelumnya. Terlepas
MJ adalah warga Filipina, rasa kemanusiaan membawa pada rasa haru. Andai pada
akhirnya MJ terbebas dari hukuman mati, mungkin hal ini lebih tepat didefenisikan
sebagai sebuah kemu’jizatan.
Situasi ini sangat menarik untuk dipelajari. Penulis pun
tertarik mencari data lebih banyak tentang perjalanan hidup MJ guna
melihat bagaimana keberpihakan Tuhan itu datang dan tersematkan dikisah hidup
MJ. Sayangnya, belum banyak data yang dimiliki penulis tentang seorang MJ dan latar belakang hidupnya, hanya saja dalam
lembar press release ketua FMN Padang
itu dijelaskan MJ berusia 31 dan memiliki 2 anak. Pendidikan terakhirnya
setingkat SMP dan memasuki kehidupan rumah tangga pada usia masih belia, yaitu 16 tahun. Dia
berprofesi sebagai pekerja migran dengan profesi pembantu rumah tangga, sedangkan mata
pencarian keluarganya adalah pengumpul dan penjual barang bekas. Juga dikisahkan MJ masuk ke
malaysia dengan visa turis dan untuk membayar seluruh biaya keberangkatan pun MJ harus
mengorbankan motor dan telepon genggamnya yang terakumulasi senilai 7.000 peso.
![]() |
sumber fhoto : jpnn.com |
Apa yang kemudian akan terjadi dengan hidup MJ?. Apakah penangguhan ini akan berujung pada pembebasan?. Sepenuhnya kita serahkan para proses hukum yang berjalan. Kalau pada akhirnya MJ terbebas dari persoalan hukum....maka hal ini merupakan pertolongan Tuhan pada seorang MJ....
Posting Komentar
.