Subhanallah...Kepergianmu Pun Memberi Pelajaran | ARSAD CORNER

Subhanallah...Kepergianmu Pun Memberi Pelajaran

Rabu, 05 November 20141komentar



Subhanallah...Kepergianmu pun memberi pelajaran




Menjelang waktu Ashar, saat sedang fokus menggarap kerjaan, tiba-tiba  HP berdering dan kudapati nama Pak Deni Henandar tertera dilayar . Aku bergegas mengangkatnya “Innalillahi Wa Innalillahi roji’un”, mendengar hal itu fikiranku langsung tertuju pada satu nama, yaitu Ustadz Muhibin Lc., karena beberapa hari terakhir ini, saban ketemu di di mesjid,  Pak Deni selalu bercerita tentang perkembangan kesehatan Ustadz Muhibin yang sedang dirawat di RS.Geriyatri karena menderita penyakit Hepatitis B. Ternyata feeling ku benar,  Ustadz Muhibin Lc telah wafat dalam usia 49 tahun.



Aku memang hanya beberapa kali ikut pengajian beliau secara langsung. Dibeberapa kesempatan lain, tanpa sengaja aku sering mendengar tauziahnya lewat RRI saat berkendara disekitar purwokerto. Istriku juga beberapa kali mengikuti pengajian beliau lewat group pengajian  ibu-ibu walimurid SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Purwokerto yang biasanya diselenggarakan di mesjid Fatimatuzzahroh.  Akan tetapi, nama beliau cukup sering diperdengarkan sahabat-sahabatku yang sering mengikuti pengajian beliau maupun yang kebetulan juga sahabat karib dari Ustadz Muhibin seperti Pak Deni Iskandar dan lain sebagainya. Dari beberapa kali kesempatan mendengarkan ceramahnya, beliau memang seorang muballigh luar biasa.



Setelah selesai nge-print pekerjaan, aku langsung bergegas merapikan hasil print dan kemudian men-shutdawn labtop. Saat shutdawn berproses, aku kemudian berlari mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Ashar. Setelahnya, langsung memasukkan labtop ke tas dan kemudian bergegas keluar kantor dengan setengah berlari menuju parkiran, karena sore itu gerimis. Aku berharap sesegera mungkin bisa mencapai RS Geriyatri dan berkesempatan bisa melihat jenazah Ustadz Muhibin untuk terakhir kali. Dilampu merah, ku sempatkan menelepon Pak Deni untuk memastikan apakah  posisi jenazah masih di rumah sakit. Alhamdulillah, jenazah masih di kamar pemulasaran jenazah rumah sakit dan aku pun menancap pedal gas saat  lampu hijau menyala. Begitu memasuki gerbang RS Geriyatri, aku langsung mengarahkan kendaraan menuju kamar jenazah.




Kudapati mobil jenazah  bertuliskan Fatimatuzzahroh parkir persis didepan pintu kamar jenazah. Aku langsung turun dan kemudian menyalami 2 (dua) orang yang berdiri disamping mobil dan sekaligus bertanya apakah mereka mengerti dimana posisi jenazah Ustadz Muhibin. Ku dapati informasi kalau jenazah sedang dimandikan. Aku pun langsung bergegas menuju ruangan dan kudapati Pak Deni dan beberapa orang lengkap dengan sarung tangan sedang memandikan jenazah Ustadz Muhibin. Aku hanya bisa berdiri terdiam dan menyaksikan bagaimana bagian-bagian tubuh beliau di bersihkan secara berurutan. Ada keinginan untuk turut serta, namun tak ada keberanian melibatkan diri mengingat semasa hidupnya Ustadz Muhibin adalah guru besar bagi banyak orang dan sangat dihormati. Namun, aku menemukan moment saat pengurusan jenazah memasuki sesi pengeringan tubuh dengan handuk kering. Aku melihat ada peluang untuk membantu mengangkat bagian tubuh jenazah agar lebih mudah untuk dikeringkan.



Subhanallah...perasaanku benar-benar campur aduk saat itu. Disatu sisi, ada perasaan sedih mendapati guru bagi banyak orang ini telah dipanggil Allah SWT,  disisi lain berkesempatan terlibat mengurus jenazah orang semulia beliau adalah sebuah kehormatan luar biasa bagi diriku. Kucoba untuk menguasai diri dengan mengumandangkan tasbih dalam hati saat pertama kali ikut menyanggah bagian kepala. Sejak saat itu, aku pun terlibat proses sampai jenazah beliau terkafani seluruhnya dan kemudian kami pindahkan ke mobil ambulance.



Saat Jenazah sudah dikeringkan, tiba-tiba salah seorang sahabat beliau mengambil HP dan mengambil gambar Ustadz Muhibin sebagai kenang-kenangan. Moment ini pun kumanfaatkan untuk mengeluarkan HP  dan mohon izin untuk ikut mengambil gambar beliau. Pak Deni pun ikut mendorongku untuk ikut mengabadikannya dengan camera HP ku.  Semoga ini bukan sebuah dosa...fikirku saat itu sambil mengambil beberapa foto jenazah Ustadz Muhibin.



Aku pun mengikuti dari belakang saat ambulance mulai bergerak membawa jenazah menuju rumah duka.  Tanpa terasa air mataku jatuh dan ada perasaan sedih kala salah satu alim ulama dipanggil Allah SWT. Ustadz Muhibin adalah guru besar dan pasti banyak orang akan merasa kehilangan atas kepergian beliau. Mobil Ambulance sempat terhenti beberapa saat akan memasuki gang menuju rumah duka dikarenakan deretan panjang kendaaan yang parkir dan juga dikarenakan banyaknya pelayat yang sudah menunggu di sepanjang gang sampai ke rumah duka . Aku pun akhirnya memarkirkan kendaraan cukup jauh. Setelah memarkirkan kendaraan, aku berjalan menuju rumah duka yang telah dipenuhi ratusan pelayat. Sesampainya disana kudapati rumah dipenuhi jama’ah yang ber-shaf rapi sedang menunaikan sholat jenazah. Sementara itu, diluar rumah sesak dengan banyaknya jumlah pelayat.  Beberapa saat kemudian, perwakilan keluarga mengumumkan kalau Jenazah  akan dikebumikan nanti malam jam 20.00 wib dan sebelumnya terlebih dahulu akan di sholatkan di Mesjid Fatimatuzzahroh (sebuah mesjid besar yang berlokasi di sekitar Kampus Unsoed di Desa Karang Wangkal). Mengetahui hal itu, aku pun kemudian bergegas pulang dan sebelumnya menyempatkan berpamitan dengan beberapa pelayat yang kebetulan aku kenal baik.



Jam 19.30 Wib aku beranjak dari rumah menuju Mesjid Fatinatuzzahroh. Seperti dugaanku sebelumnya, kudapati ratusan (atau bahkan seribu-an) jama’ah sudah berdiri rapi ber-shaf-shaf memenuhi mesjid megah berlantai 2 (dua) itu. Alhamdulillah, aku masih berkesempatan gabung ke dalam barisan untuk ikut menunaikan sholat jenazah yang di imami langsung pimpinan Mesjid Fatimatuzzahroh. Kudapati suara getar dari sang imam mengumandangkan takbir. Kudengar dengan jelas Sang imam tak bisa menahan kesedihannya. Setelah sholat selesai dan sebelum jenazah diberangkatkan, imam meminta perkenan seluruh jama’ah untuk duduk mendengarkan beberapa kata sambutan.



Sambutan diawali dari wakil keluarga. Sungguh mengagetkan sekali mendengar kesaksian salah satu adek Almarhum bahwa beliau ternyata tidak tahu kalau Ustadz Muhibin sudah terdeteksi mengidap hepatitis sejak 2 (dua) tahun terakhir.   Dengan nada getar menahan kesedihan, adik Almarhum juga menyampaikan ucapan Almarhum saat terakhir kali bersama di tanah suci. “mungkin ini adalah terakhir kali saya ke tanah suci”. Demikian juga kesaksian Ustadz Khariri selaku ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kab.Banyumas pun tidak pernah mendapati Ustadz Muhibin mengeluhkan penyakitnya. Beliau begitu totalitas dalam mengabdikan diri  untuk  memberi pengajian kepada segenap lapisan masyarakat. Almarhum juga adalah ternyata adalah sahabat karib Ustadz Khariri. Mereka sering berdiskusi berbagai hal yang menyangkut tentang ajaran islam dan juga setiap kali ada persoalan-persoalan agama yang mencuat disekitar Kab.Banyumas. Sementara itu pimpinan Mesjid Fatimatuzzahroh menyampaikan kalau Almarhum adalah salah satu inisiator pendirian Mesjid Fatimatuzzahroh yang megah itu. Aku mendapati banyak orang terhenyak dan meneteskan air mata saat mendengar tentang kiprah Almarhum semasa hidupnya. Aku kehabisan kata saat semua rekam jejak almarhum diperdengarkan.  

Satu hal yang sangat terkesan dari pribadi beliau dalam menyampaikan ilmu adalah selalu sepenuh hati dan  penjiwaan yang dalam. Pendapat serupa pun ku dengar dari beberapa jama’ah beliau yang kebetulan bertemu saat melayat. Mereka merasa begitu kehilangan atas kepergian Almarhum. Mas Larto adalah salah satu jama’ah yang sangat mengagumi keluasan ilmu beliau. Mas Iwan juga merasakan ketulusan beliau saat berkesempatan mendapat bimbingan langsung saat keluarganya umroh ke tanah suci. Mas Firman Setiawan yang merupakan salah satu jama’ah beliau di pengajian setiap malam senin juga mengutarakan dukanya yang amat dalam atas kepergian beliau. 
    

Lautan pelayat di rumah duka dan juga di Mesjid fatimatuzzahroh memang luar biasa. Bagiku, hal ini baru pertama kali kudapati sepanjang merantau di kota mendoan ini sejak tahun 1993. Tanpa komando, ratusan orang (bahkan mungkin sampai seribu-an pelayat) tergerak untuk terlibat menyelesaikan fardhu kifayah terhadap jenazah. Disamping semua ini karena Allah SWT, secara nalar hal luar biasa ini terjadi karena memang begitu banyak orang yang tercerahkan oleh beliau lewat berbagai pengajian sehingga mereka sangat menghormati dan menyayangi Almarhum sebagai guru/Ustadz. Semua ini imbas dari ketulusan dan totalitas beliau dalam setiap upaya mencerdaskan ummat khususnya dalam urusan ber-agama. Subhanallah....



Lautan pelayat sungguh memberi pesan yang sangat edukatif bagi setiap pelayat. Almarhum telah menjadi bagian penting dari banyak orang khususnya dalam urusan mendekatkan diri pada Sang Khalik.



Terbersit tanya bernada  ingin...sebanyak apakah manusia yang akan tergerak untuk mengantarkanku ke kubur bila umurku dicukupkan oleh Allah SWT?. Apa yang baru saja kusaksikan sungguh menginspirasi energi dalam membangun makna diri bagi banyak orang dalam judul meningkatkan kemuliaan dipandangan Allah SWT.Semoga hal serupa juga dirasakan para pelayat yang menjadi saksi ramainya orang yang datang.



Ustadz Muhibin...Sepanjang hidupmu engkau habiskan untuk berda’wah  mengajarkan ummat bagaimana seharusnya ber-islam dengan baik. Bahkan engkau pun tak pernah mengeluh dan berhenti melakukannya walau penyakit hepatitis menghinggapimu. Engkau dedikasikan hidupmu untuk jihad fi sabilillah. Bahkan, saat Allah SWT mencukupkan umur  pun engkau masih meninggalkan satu pesan betapa berbuat baik itu adalah sebuah kemuliaan. 

Selamat jalan guru besar ummat, semoga Engkau dimuliakan Allah SWT disisi-Nya. Ajaranmu pun akan senantiasa hidup di kehidupan  segenap jama’ahmu yang tak terhitung jumlahnya. 

Lautan pelayat telah menjadi bukti dari kemuliaanmu di dunia. Amin Ya Robbal ‘Alamin.  


Selamat Jalan Guru Besar Ustadz Muhibin....Innalillahi wa Innalillahi Roji’un...

Khususon ila arwahi Ustadz Muhibin..Alfatihah............ 









 








Share this article :

+ komentar + 1 komentar

Anonim
6 November 2014 pukul 14.02

Innalillahi wa innalillahi roji'un...
Turut berduka..semoga Allah terima amal.baik beliau, diampunkan segala dosa, dimuliakan tempatkembalinya, diluaskn kuburnta, dijauhkn dr azab kubur. Aamiin. Sbg perantau dipurwokerto, sy jg bbrp kali pernah mengikuti kajian beliau baik di lingkungan kampus maupun di fatimatuzzahra. Beiau luar biasa kajiannya sederhana tapi mengena... tegas dlm urusan syari..penyampaiannya jg ringan..
Beliau tak tergantikan..

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved