MENGOPTIMALKAN PERAN PEMUDA
DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA
I. PROLOG
Seminar koperasi dan
kewirausahaan ini mendapat sambutan luar biasa dari civitas akademika Univ PGRI
Semarang, khususnya kalangan mahasiswa/I anggota Kopma Dewantara Univ PGRI Semarang.
Sekitar 350 peserta memenuhi ruangan auditorium mewah lantai 7 (tujuh) Kampus
PGRI Semarang ini. seminar menghadirkan 2 (dua) nara sumber/panelis, yaitu : (1) Dra.
Endang Wuryandini,MPd, (ketua prodi ekonomi univ PGRI semarang)
dan; (2) M.arsad D/praktisi koperasi yang juga pengawas KOPINDO/Koperasi pemuda indonesia). Seminar
ini di pimpin oleh moderator Sdr.Fitor Islahuddin, aktivis fenomenal yang saat ini menjabat sebagai bendahara
KOPINDO.
Dalam penyampaian materinya, Bu Endang menekankan perlunya memupuk jiwa kewirausahaan, khususnya dikalangan kaum muda kampus. Modal utama kewirausahaan adalah kemauan dan keberanian mengambil resiko. Sepertinya, moralitas berwirausaha sangat sering di ingatkan oleh Bu Endang agar terbentuk pengusaha yang budiman.
Dalam penyampaian materinya, Bu Endang menekankan perlunya memupuk jiwa kewirausahaan, khususnya dikalangan kaum muda kampus. Modal utama kewirausahaan adalah kemauan dan keberanian mengambil resiko. Sepertinya, moralitas berwirausaha sangat sering di ingatkan oleh Bu Endang agar terbentuk pengusaha yang budiman.
II. MATERI
A. Pendahuluan
Pemuda selalu
diidentikkan dengan generasi yang penuh semangat, energi powerfull, menyukai
hal-hal baru dan senang menyuarakan sebuah perubahan. Sejarah bangsa ini juga
sudah membuktikan bagaimana gerakan fenomenal yang diinisiasi pemuda telah
berhasil membentuk sejarah dan warna kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda adalah simbol semangat yang tidak
pernah padam. Dalam jiwa muda, kobaran
semangat terus menyala demi
keterbangunan sinar yang menerangi diri
dan lingkungannya. Kata Pemuda juga menegaskan tentang satu gererasi penuh
energi yang selalu berkeingin kuat dan berkemauan keras membentuk warna baru.
Bukanlah Pemuda jika tidak
disibukkan dengan agenda pencarian tema yang kemudian di usung dan
diperjuangkan dengan penuh keyakinan, sampai warna itu benar-benar nyata
terlihat dan dampaknya dirasakan lingkungan sekitarnya.
Pemuda juga merupakan simbol masa depan sebuah bangsa, sebab pada waktunya
nanti pemuda saat ini akan
sampai pada giliran tugas untuk menjaga, mengawal, memajukan dan menentukan
arah bangsa dan negara ini. Atas kesadaran itu, pemuda harus dimantik
mengembangkan budaya kreativitas demi keterbentukan kualitas pribadi-pribadi
mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki kepedulian tinggi.
Men-temakan
kualitas kepemudaan bukanlah persoalan sederhana, sebab pembentukannya
melalui serangkaian upaya dan tahapan konstruktif.
Setiap tahapan proses harus membentuk signifikansi
terhadap peningkatan kapasitas pemuda. Demikian juga Iklim harus senantiasa
kondusif dimana kanal-kanal ekpresi kaum
muda senantiasa terbuka lebar. Jika tidak, pemuda akan terkungkung dan berada
di kepenatan fikiran berkepanjang yang membuat kaum muda frustrasi.
Oleh karena
itu, diperlukan pola akomodatif khusus bagi para pemuda. Pola akomodatif yang
dimaksud adalah pola edukatif, motivasional dan memberi ruang luas
untuk
berekpresi dengan gayanya sendiri, mengutarakan setiap gagasan dan pandangannya
atas sesuatu dan juga menyalurkan talenta yang melekat pada dirinya. Bila hal
ini mewujud, maka kapasitas dan kemandirian kaum muda akan terbentuk melalui
ke-pernah-an2 yang membawanya pada kematangan fikiran dan kedewasaan
tindakan. Satu hal yang dihindari adalah
penggunaan pola pendekatan yang justru menciptakan ketergantungan dan atau kematian
kreativitas kaum muda. Jika hal ini terjadi, maka yang lahir adalah kaum muda
pengecut yang tidak memiliki mental yang berkeberanian menggagas hal-hal baru.
Artinya, potensi hebat yang ada pada diri mereka akan mati dan hal ini identiik
dengan kesuraman masa depan sebuah bangsa.
Singkat kata,
keterbangunan pemuda berkualitas di semua sektor adalah sebuah keharusan, sebab
hal ini berkaitan dengan keberlanjutan dan ketercapaian tujuan pembangunan
dalam arti luas.
B. Realitas Koperasi Sebagai Inspirasi Kaum Muda
Dalam cita-cita
besarnya, koerasi diharapkan menjadi sokoguru ekonomi bangsa. Namun demikian,
realitas tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda menggembirakan. Mayoritas
koperasi masih belum bisa keluar dari persoalan dasarnya, baik secara
organisasi maupun secara perusahaan. Akibatnya,
secara agregat perusahaan koperasi belum berhasil memberikan kontribusi
signifikan dalam percaturan ekonomi nasional.
Realitas ini
ditengarai karena beberapa hal berikut
ini :
- Koperasi meninggalkan dan menanggalkan jati diri nya. Inilah persoalan paling mendasar dari koperasi dan juga menjadikan koperasi berpraktek seperti perusahaan-perusahaan non-koperasi. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi tidak lagi dipandang sebagai sumber inspirasi dan juga sumber keunggulan koperasi. Koperasi tergoda untuk bisa maju secara instan sehingga tidak menjadikan kebersamaan sebagai modal penting dalam memobilisasi organisasi dan juga perusahaan koperasi.
- Persoalan Keyakinan. Insan koperasi tidak memiliki keyakinan tinggi untuk bisa berkembang. Pola pengelolaan samben (sambilan) adalah salah satu indikator rendahnya keyakinan akan peluang koperasi untuk bisa tumbuh dan berkembang. Akibatnya, koperasi dikelola secara tradisional/alamiah tanpa didasarkan pada satu design berbasis visi jauh.
- Persoalan Kemauan. Ketidakyakinan telah menjadi faktor penyebab rendahnya kemauan. Tidak terlihat adanya kemauan kuat untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini terlihat dari kurang relevannya langkah-langkah yang diambil dengan prasyarat untuk bisa maju seperti keseriusan, kegigihan, kesabaran berproses dan lain sebagainya.
- Mindset. Mindset yang kerdil mayoritas punggawa koperasi telah ikut mengkerdilkan koperasi itu sendiri. Tidak terlihat mindset visioner yang menginspirasi untuk berpartisipasi. Mindset manja bernada mengeluh atas keterbatas lebih dominan ketimbang mindset yang menegaskan adanya keinginan kuat untuk menata tahaan untuk menjadi besar.
- Secara sosiologis. Realitas sosial menunjukkan masyarakat sekarang ini lebih individualis. Mereka terjebak pada persaingan dan saling mengalahkan satu sama lain. Kerasnya kehidupan telah menjadikan mereka terlalu sibuk dan asik dengan dirinya sendiri. Bahkan mereka sampai alfa menyadari kalau bekerjasama adalah jalan yang jauh lebih baik dan berpeluang untuk berada dikesuksesan sebab didalamnya terbentuk penyatuan potensi dan sumber daya yang beragam. Realitas ini mulai akud dan menjadi faktor penghambat dalam proses meyakinkan masyarakat tentang indah dan dahsyatnya kebersamaan sebagaimana dalam koperasi. Hal ini juga sebagai dampak kuatnya arus kapitalisme yang sering mendengungkan bersaing dan saling mengalahkan sebagai cara terbaik untuk bisa survive dan berkembang.
- Secara terknis. Sebagaimana defenisinya, koperasi adalah kumpulan orang. Kalau kemudian sebuah koperasi belum maju dan berkembang, maka core problem (persoalan utama) nya terletak pada oang-orang yang berhimpun dalam koperasi itu sendiri yang secara detail dijabarkan berikut ini:
- Pemahaman terhadap konsepsi koperasi. Lemahnya pemahaman terhadap konsepsi koperasi merupakan akibat langsung dati tidak diselenggarakannya pendidikan bagi setiap orang yang akan bergabung ke koperasi. Dalam hal penentuan diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota koperasi lebih pada pertimbangan kemampuan memenuhi syarat administratif saja seperti kemampuan membayar SP (simpanan pokok) dan SW (simpanan wajib). Akibatnya, koperasi menjadi kumpulan orang-orang yang tidak mengerti apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi.
- Defenisi tujuan perusahaan yang tidak tegas. Dalam mengelola perusahaannya, koperasi sering tidak memiliki defenisi tujuan yang jelas apakah menekankan pada pelayanan (kebermanfaatan) ataukah perolehan SHU yang tinggi. Ekspektasi anggota yang cukup tinggi terhadap SHU disatu sisi dan Banyaknya komplain anggota terhadap tingkat harga/margin yang diterapkan oleh perusahaan koperasi menjadi sebuah keanehan yang terus berlangsung di banyak koperasi.
- Distribusi peran dalam mencapai tujuan. Koperasi menekankan kebersamaan mulai dari perumusan cita-cita, mewujudkannya dan juga meng-evaluasi capaiannya. Namun, fakta lapangan menunjukkan masih banyak anggota yang belanja di toko yang lain padahal koperasi menyelenggarakan unit layanan toko, memanfaatkan unit simpan pinjam hanya untuk meminjam saja dan menyimpan uangnya dilembaga keuangan lainnya bisa memiliki dana lebih (nganggur) dan lain sebagainya. Jadi, maju tidaknya koperasi cenderung disandarkan pada pengurus saja dan anggota mengambil posisi sebagai pengamat dan penikmat serta jauh dari kesadaran untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi.
- Pola apresiasi dan Distribusi hasil yang kurang memotivasi. Koperasi masih lemah dalam urusan apresiasi dan kesejahteraan , baik dalam tahapan mendukung kelancaran operasional perusahaan maupun dalam hal mendistribusikan capaian. Pola yang dipilih kurang mengandung nilai-nilai motivasi bagi pertumbuhan partisipasi anggota maupun peningkatan kreativitas pengurus.
- Kepemimpinan. Lemahnya kepemimpinan di koperasi adalah akibat dari belum adanya sistem kaderisasi yang concern pada pembinaan para kader. Oleh karena itu, saat berlangsung agenda pemilihan pengurus cenderung didasarkan faktor “like undislike” dan atau faktor “trust” saja tanpa memperhatikan kualitas kepemimpinannya.
- Managerial skill. Perusahaan koperasi memerlukan pola pengelolaan profesional dan ini hanya bisa diwujudkan bila pengelola memiliki keahlian managerial yang baik. Fakta lapangan masih minim perusahaan koperasi dikelola oleh para profesional di bidangnya.
- Entrepreneurship. Lemahnya jiwa kewirausahaan para punggawa koperasi membuat koperasi tidak bisa melihat potensi besar yang sesungguhnya melekat sejak kelahirannya pertama kali. Kumpulan orang tidak dibaca sebagai kumpulan potensi yang bisa dimobilisasi sebagai sumber daya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan koperasi.
7.
dan lain sebagainya.
Realitas
mayoritas koperasi yang masih jauh dari bergairah tersebut seharusnya selayaknya
menjadi inspirasi kaum muda untuk mengembangkan inisiatif guna keterciptaan
iklim baru yang lebih berpengharapan. Keluasan makna tumbuhkembangnya koperasi
bagi keterbangunan kesejahteraan masyarakat seharusnya juga menjadi pemantik
kesadaran kaum muda untuk mengambil inisiatif merubah keadaan. Disamping itu,
nalar konsepsi yang sangat memungkinkan koperasi untuk berkembang adalah alasan
yang paling rasional bagi kaum muda untuk terjun langsung dan menjadi lokomotif
perubahan di gerakan koperasi.
C. Sekilas Men-Temakan Kapasitas Kaum Muda Koperasi
Kapasitas diri
adalah tiket untuk bisa men-temakan sesuatu, termasuk menyuarakan perubahan.
Untuk itu, kaum muda koperasi terus berbenah minimal dalam 3 (tiga) hal berikut
ini :
- Pengetahuan. pengetahuan yang komplit tentang perkoperasian, mulai dari konsepsi koperasi, operasionalisasi konsepsi dan regulasi yang berlaku di lingkungan gerakan koperasi. Dengan demikian, gagasan-gagasan yang datang dari kaum muda tidak keluar dari spirit juang koperasi maupun regulasi yang mengatur tentang perkoperasian.
- Experience. Experience (pengalaman) bersumber dari ke-pernah-an. Kian banyak ke-pernah-an yang dipunyai maka kian percaya diri seseorang. Untuk itu, kaum muda harus membentuk ke-pernah-an yang banyak dalam gerakan koperasi sehingga memiliki percaya diri dan kematangan dalam menyampaikan ragan gagasan kreatifnya. Kematangan tidaklah lahir dari satu atau dua ke-pernah-an, tetapi melalui akumulasi ke-pernah-an yang banyak. Dalam hal ini, semakin sering mengembangkan inisiatif ke-pernah-an maka semakin tinggi pula kematangannya.
- Sikap. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup tanpa diikuti dengan sikap-sikap yang bisa diterima banyak orang berpotensi mengalami reject alias penolakan. Saat penolakan terjadi, maka tertutup pula untuk menebar pengaruh atau mengkampanyekan gagasan.
Ketiga hal tersebut
diatas merupakan satu kesatuan yang seharusnya terus diupayakan kaum dalam
meningkatkan kapasitas dirinya. Berbekal 3 (tiga) hal tersebut, kaum muda akan
berpeluang memasukkan ragam gagasannya, termasuk di dunia koperasi.
D. Liar Dalam Berfikir dan santun Dalam Bertindak
“Perubahan”
adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar bila koperasi ingin maju dan berkembang.
Untuk tujuan itu, perubahan dalam koperasi harus terus di dengungkan lewat pola
yang bisa membangun kesadaran koperasi-koperasi tentang pentingnya sebuah perubahan. Tentu hal ini harus diikuti
dengan penggambaran harapan tambahan dari perubahan itu sendiri sehingga melahirkan
motivasi untuk segera berubah.
Bicara
efektivitas “perubahan”, biasanya memerlukan agen efektif. Pada titik ini lah
pemuda berpeluang untuk mengambil inisiatif. Fakta mayoritas yang
memperlihatkan mayoritas koerasi di urus oleh kaum tua membuat kehadiran kaum
muda akan menjadi eyes catching (menarik perhatian). Hanya saja yang perlu menjadi catatan penting adalah tingkat
penerimaan kehadiran kaum muda ditengah dominasi kaum tua di mayoritas
struktur kepengursan/pengelolaan koperasi. Jika tingkat penerimaan kaum
muda rendah, maka kewibawaan ide perubahan sulit untuk
diwujudkan.
Sebagai sebuah
inspirasi, untuk meningkatkan penerimaan diri,
kaum muda perlu menerapkan prinsip “liar dalam berfikir dan santun dalam
bertindak”. Keliaran dalam hal ini bermakna kreativitas,
pemikiran-pemikiran baru yang mungkin saja menabrak kebiasaan-kebiasaan kurang
tepat yang sudah berlangsung lama. Kesantunan dalam bertindak merupakan tiket
untuk mendapat apresiasi dan ruang dari kaum tua yang secara defacto
adalah pemegang otoritas dalam pengambilan keputusan. Satu lagi yang menjadi
catatan, kaum muda harus menyadari bahwa “kaum tua” yang memiliki otoritas
tersebut merupakan refresentasi kepercayaan
mayoritas anggota. Artinya, penerimaan sang pemegang otoritas atas kehadiran
kaum muda sangat significant dalam mendapati efektivitas masuknya
gagasan-gagasan baru ke lingkaran populasi mayoritas koperasi yaitu : anggpta.
Sebagai bahan
perenungan, ketidakefektifan gagasan brilian dari kaum muda sering bermula dari
sikap arogansi kaum muda yang tak jarang memaksakan kehendak dan meng-evaluasi
realitas dengan gaya bahasa yang kurang tepat. Akibatnya, mendatangkan reaksi
antipati dari audience (pupolasi mayoritas target perubahan). Kala itu terjadi,
maka sulit berharap perubahan akan berjalan sesuai rencana.
E. 2 (dua) Dimensi
Juang Koperasi Yang Merupakan Satu Kesatuan
Keadilan
ekonomi, kesejahteraan, pemerataan kesempatan dalam memanfaatkan sumber daya
alam, merupakan cita-cita besar perjuangan koperasi. Untuk tujuan besar itu,
disamping sebagai sebuah gerakan kesadaran, koperasi juga memiliki ruang
praktek berbentuk perusahaan yang merupakan alat untuk mewujudkan cita-cita
besarnya.
Oleh karena
itu, dalam hal Koperasi Sebagai sebuah gerakan ekonomi, sosial dan budaya,
pemuda perlu terus menyuarakan koperasi sebagai jalan untuk membangun kesejahteraan
dan keadilan ekonomi di negeri ini. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa
melanggengkan individualisme hanya akan menjebakkan diri pada keberhasilan semu
dan rentan terhadap konflik dan perpecahan. Sebaliknya, menjadi bagian dari
barisan koperasi merupakan upaya
membangun kerekatan sosial, kepedulian dan kesetiakawanan yang didalamnya ada
kerjasama yang saling menguatkan. Kaum muda seharusnya memiliki sensitivitas
terhadap kesenjangan dan kemudian mengambil inisiatif untuk menyuarakan pada
ruang-ruang yang tepat dan dengan cara-cara yang efektif. Hal ini bisa
dilakukan secara mandiri (swadaya) atau memasuki ruang-ruang juang koperasi
yang sudah terdefenisi seperti Dekopin. LSM Koperasi, LSM
yang memiliki nafas pemberdayaan dan lain sebagainya. Pada ruang-ruang
ini, kaum muda bisa menginisiasi dan menyuarakan tentang nilai-nilai strategis
perlunya membangun ekonomi kerakyatan berbasis pemberdayaan.
Sementara itu,
dalam hal Koperasi Sebagai Ideologi yang memililki ruang praktek, pemuda harus mengambil inisiatif membangun ketauladanan karya yang
akan mengoreksi apresiasi terhadap koperasi secara bijak dan sekaligus
menginspirasi energi masyarakat untuk menjadi bagian dari barisan koperasi.
Pemuda harus membangun karya, me-reflikasi dan selajutnya mengkoneksikannya
satu sama lain guna mewujudkan kedigdayaan melalui penyatuan ragam potensi dan
sumber daya. Hal ini memang memerlukan energi luar biasa, akan tetapi
ketauladanan adalah materi sosialisasi dan edukasi yang paling efektif dan
mempercepat terbangunnya kesadaran masyarakat untuk berkoperasi. Untuk ketauladanan dalam ruang praktek
koperasi, pemuda bisa mengambil beberapa alternatif peran, antara lain :
- Membangun koperasi baru sesuai dengan jati diri koperasi. Hal ini mungkin lebih mudah, karena belum ada jejak sebelumnya yang mungkin lebih sulit untuk di rubah. Hal ini juga lebih memungkinkan untuk membangun karya nyata dengan semangat yang sama dari segenap unsur organisasi koperasi yang baru.
- Melibatkan diri pada koperasi yang sudah ada, baik menjadi anggota maupun menjadi seorang profesional yang men-drive perubahan secara langsung. Dilihat dari peluang terjadinya perubahan, terlibat langsung memimpin perubahan lebih memungkinkan untuk dilakukan. Pilihan ini memang mindset dan sekaligus koreksi atas ragam praktek yang sudah menjadi budaya. lebih memerlukan energi besar mengingat perlu adanya perubahan
Pilihan manapun
yang diambil, intinya adalah terbentuknya rekam jejak kaum muda dalam membentuk
perubahan
dan terbangunnya koperasi yang kuat dan mendatangkan manfaat luas bagi segenap
unsur organisasi koperasi dan juga masyarakat sekitar.
Kedua ruang
juang ini harus berjalan searah dan satu tujuan. Kalau gerakan pertama lebih
menekankan pada sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang arti penting dan
nilai strategis koperasi, sementara itu gerakan kedua menekankan pada praktek
membangun karya yang memiliki dampak nyata bagi keterbangunan ekonomi
masyarakat.
F. Penghujung
Sebagai
generasi muda yang energic dan semangat
yang membara, seyogyanya memaknai “realitas yang belum menggembirakan mayoritas
koperasi” sebagai peluang besar untuk bisa berbuat
banyak dalam mengakselerasi pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Sebab hal
ini bukan hanya tentang keterbentukan perusahaan
koperasi secara organisasi maupun perusahaan, tetapi juga tentang keterbangunan
orang, masyarakat yang mandiri dan keadilan ekonomi di negeri ini. Kesenjangan
antara kaya dan miskin harus dimaknai pemuda sebagai panggilan untuk berjuang dan terlibat langsung dalam proses
pemberdayaan masyarakat dimana didalamnya terbentuk kesadaran masyarakat untuk
mengembangkan inisiatif-inisiatif yang akan membentuk kemandirian di dalam
hidupnya.
Harapan besar
tentang masa depan koperasi di negeri ini layak disematkan kepada kaum muda.
Dengan energi yang powerfull dan kapasitas intelektual, kaum muda diyakini
memiliki kemampuan untuk memetakan realitas secara rigit dan sekaligus menyusun
konsep solusi integratif dan aplicable. Semoga, semangat kaum muda
koperasi untuk membangun rekam jejak karya terus mengalir sehingga harapan
mendapati koperasi yang maju, tangguh dan memberdayakan bisa mewujud. Adalah
benar tidak ada yang mudah dalam berjuang, namun selayaknya kaum muda
memaknainya sebagai tantangan yang harus
ditaklukkan.
Posting Komentar
.