2 (DUA)
KEBERPULANGAN
YANG
MENGINSPIRASI dan MENGANDUNG HIKMAH
Kisah 01 : Keberpulangan Yang
Menginspirasi dan Mengandung Hikmah
Kisah ini dituliskan atas izin seorang sahabat, sebut
saja namanya Kirin (Bukan nama sebenarnya atas alasan etika), yang kebetulan menjadi saksi ketika hal ini
terjadi di kota makkah beberapa tahun lalu saat beliau berkesempatan ke tanah
suci. Kisah ini sepertinya menginspirasi dan menyisakan pelajaran dan hikmah
bila kita merenunginya.
Saat itu, ada 2 (dua) orang sahabat Kirin yang sama-sama
sedang menunaikan haji ke tanah suci. Kebetulan kedua orang sahabat Kirin ini
menderita penyakit yang sama. Namun, ada perbedaan yang sangat mencolok dari
kedua sahabat ini. Yang satu selalu keadaan tenang dan berusaha menghbur diri
walau sakitnya sedang menggerogoti. Sementara itu, temen yang satu lagi selalu
terlihat gelisah. Demikian pula sikap dan perangai yang diperlihatkan istri
dari kedua sahabat Kirin ini, juga perbedaannya sangat mencolok. Mungkin saja
hal ini juga dipengaruhi oleh sikap suaminya masing-masing dalam menerima sakit
yang menghinggapi tubuhnya. Suami yang tenang ternyata juga diikuti istrinya yang ikut tenang. Sementara
itu, suaminya yang selalu gelisah juga diikuti oleh istri yang gelisah.
Sepertinya saatnya hampir tiba, sahabat Kirin yang selalu
tenang ini terlihat semakin kritis. Demikian pula sahabat Kirin satunya juga
sangat kritis. Singkat cerita, sahabat yang selalu tenang ini akhirnya lebih
dulu dipanggil Allah. Kirin menyaksikan secara menyeluruh saat-saat sahabatnya
ini akan menghembuskan nafas terakhir. Terlihat begitu tenang hingga ajal
menjemputnya. Hebatnya lagi, sahabat yang satu ini menghembuskan nafas
terakkhirnya dalam posisi tersenyum, seolah begitu siap menghadap Allah SWT.
Mendapati situasi ini, sang istri pun tampak begitu histeris. Terlihat sang
istri meneteskan air mata, tetapi sekejap kemudian berubah dengan pancaran
ikhlas atas kepergian sang suami tercinta. Sepertinya, sang istri menyadari
betul bahwa batas kebersamaannya bersama suami tercinta sepenuhnya hak Allah
SWT. Beliau juga mungkin berfikir bahwa
adalah sebuah kemuliaan ketika sang suami meninggal dunia saat mereka berdua
sedang beradah di Mekkah untuk menjalankan rukun Islam yang ke-5 .
Atas hal itu, Kirin dan sahabat-sahabatnya berinisiatif
untuk menyelesaikan fardu kifayah untuk jama’ah haji satu ini. Ada satu hal
yang masih sangat diingat oleh Kirin dan ketika temennya yaitu betapa terasa
ringan saat mengangkut jenazah sahabat yang satu ini. Tidak sedikitpun ada
perasaan capek saat meminggul keranda jenazah.
Sejam berselang, baru saja Kirin dibantu beberapa
sahabatnya menyelesaikan fardhu kifayah untuk sahabatnya yang baru saja
meninggal, sahabat Kirin yang satu lagi tampaknya akan menyusul. Keresahan dan
kegelisahan kian tampak diwajah sahabat satu ini. Demikian pula istrinya,
terlihat ketidaktenangan dan ketegangan yang luar biasa. Terlihat kondisi
sahabat ini begitu tersiksa saat ajal benar-benar menjemputnya. Istrinya pun
menangis sejadi-jadinya saat mengetahui pasti bahwa sang suami tercinta telah
menghembuskan nafas terakhirnya. Beberapa jama’ah berinisiatif untuk
menenangkan sang isti dan menasehati dengan harapan terbangun keikhlasan dan
kemudian bisa bersabar atas berpulangnya sang suami ke Allah SWT.
Setelah keadaan terkendali, Kirin dan sahabatnya pun
berinisiatif untuk menyelesaikan fardhu kifayahnya. Kirin dan ketiga temennya
merasa heran karena jenazah sahabat yang satu ini sangat berbeda dengan yang
sebelumnya. Semua merasa begitu berat saat memanggul sang jenazah. Hal ini
benar-benar sangat berbeda.
Dalam kondisi lelah pasca selesai mengurusi 2 (dua)
mayat, Kirin duduk sambil merebahkan badan. Saat mata menerawang ke atas,
memory Kirin mengingat kembali tentang saat dimana kedua sahabatnya sesama
jama’ah haji menghmebuskan nafas terakhirnya. Masih terbayang saat dimana satu
sahabatnya tersenyum saat ajal menjemputnya dan satu lagi sahabatnya begitu
gelisah. Beliau juga masih teringat bagaimana istri sahabat yang satu terlihat
begitu sabar dan ikhlas atas kepergian suaminya tercinta, sementara yang istri
sahabat yang satu lagi masih terbenam dalam kesedihan mendalam dan terus
menangisi kepergian sang suami. Kirin juga benar-benar merasa heran, mengapa
jenazah sahabat yang satu terasa begitu ringan dan mengapa pula yang satu lagi
begitu berat. Tanya itu terus menguat dalam benak Kirin.
Tentu tanya tak akan bertemu jawab sehingga Kirin
akhirnya tergiring pada pernungan diri dan mencoba mencari hikmah atas kejadian
yang baru saja dia alami. Kirin berusaha menyusun kerangka fikir bijak hingga
mendapat pelajaran atas kejadian aneh itu. Sambil istighfar berulang-ulang
kemudian Kirin memanjatkan do’a pada Allah SWT agar bila waktunya nanti tiba
baginya menemui ajal, Kirin memohon pada Allah agar mati dalam keadaan khusnul
khotimah. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Kisah 02 : Tercerai Berai
Kisah ini juga terjadi dari lokasi yang sama, Mekkah.
Sebut saja nama sahabat saya yang satu ini bernama Kirno (maaf bukan nama
sebenarnya atas pertimbangan etika).
Saat itu, Kirno yang kesehariannya adalah seorang perawat
di sebuah rumah sakit dapat sebuah kemudahan dari Allah karena terpilih menjadi salah satu Petugas
Kesehatan (PPIH/ Panitia Penyelenggara Ibadah Haji). Disela-sela menjalankan
tugas sebagai petugas kesehatan haji, Kirno bersama 9 (sembilan) orang temennya diberi kesempatan
untuk menunaikan tawaf. Saat itu, Kirno dipercaya sebagai pimpinan rombongan
dari temen-temennya dalam pelaksanaan tawaf tersebut. Dengan penuh
tanggungjawab, Kirno pun memimpin kesembilan temennya untuk bertawaf. Mungkin
karena berdesak-desakan dengan jama’ah haji lainnya dari seluruh penjuru dunia,
akhirnya Kirno terpisah dengan ke-9 temennya. Saat menoleh ke belakang, Kirno
tidak mendapati satu pun dari sembilan temennya. Kirno kemudian panik dan
karena merasa sudah diamanahi untuk memimpin 9 (sembilan) temennya ini, Kirno merasa tidak berhasil
mengemban amanah yang dipercayakan atasannya.
sesudah lelah mencari, rasa takut kian menguasasi diri Kirno, akhirnya
dia pun menangis. Entah kenapa, saat itu
Handphone nya pun ketinggalan di basecamp sehingga tak mungkin bisa mengubungi ke-9 temennya
untuk menanyakan posisi masing-masing. Dalam rasa takut dan kepanikan yang luar
biasa, kahirnya Kirno menegadahkan tangan keatas dan mengalunkan do’a yang tak
lazim secara akal sehat. Dibarengi dengan derai air mata yang berlinang, Kirno
meminta pada Allah SWT untuk diberikan alat komunikasi yang tidak biasa agar
bisa menghubungi ke-9 temennya. Dia lantunkan do’a itu di pintu King Abdul Azis. Setelahnya dia
duduk terdiam seribu bahasa. Sepertinya do’a nya dikabulkan Allah SWT, satu per
satu sahabatnya itu datang menemuinya di pintu King Abdul Azis hingga
kesembilannya kumpul semua.
Subhanallah......Kirno pun bersujud syukur penuh derai air mata dan kemudian menceritakan semuanya kepada 9 (sembilan)
orang temennya itu.
Kisah 03 : bingung
mengembalikan payung
Hal aneh yang dialami Kirno saat menjalankan ibadah haji
dan juga sebagai petugas kesehatan haji tak sampai disitu. Setelah Jum’atan di
mesjid Aziziyah, di tengah terik matahari yang begitu terasa di ubun-ubun dan
seluruh tubuh, tiba-tiba seseorang
meminjaminya payung. "Halal..halal..."begitu ucap sang pemberi pinjaman payung
sambil memberikan payungnya kepada Kirno. Kirno agak heran mengapa orang ini
begitu baik. Dia hanya bisa memandangi seperti orang tak percaya, namun uluran
payung dari orang itu membuat tanggannya reflek menerima pinjaman payung
itu. Beberapa sesaat kemudian orang itu meninggalkanya dan duduk tak jauh dari
posisi Kirno berdiri saat itu. Tetapi anehnya, saat Kirno ingin
mengembalikan payung tersebut, Kirno
tidak berhasil menemui orang tersebut. Kirno sempat mengkonfirmasi kepada
orang-orang disekitar tempat sang pemberi pinjaman payung duduk sesudah meminjamkan payungnya, tetapi tak
satupun dari mereka yang mengetahui keberadaannya. Ditengah kebingungannya,
akhirnya Kirno membawa payung tersebut ke basecamp. Karena Kirno tidak berhasil
bertemu dengan orang itu sampai hari terakhir dimana Kirno harus meninggalkan
tanah suci dan kembali ke Indonesia, akhirnya payung itu dibawa pulang ke rumah (Indonesia).
Sampai tulisan ini diturunkan, payung itu masih disimpan oleh Kirno dan ditempatkan pada tempat khusus. Sesekali Kirno sengaja memandangi payung tersebut sambil tersenyum dan sekaligus mencari hikmah atas kejadian aneh tersebut. Sepanjang pencarian hikmah dari kejadian unik ini, sementara Kirno memaknai payung itu sebagai pesan bijak agar selalu menjadi pribadi yang senantiasa melindungi atau mengayomi bagi orang lain.
Sampai tulisan ini diturunkan, payung itu masih disimpan oleh Kirno dan ditempatkan pada tempat khusus. Sesekali Kirno sengaja memandangi payung tersebut sambil tersenyum dan sekaligus mencari hikmah atas kejadian aneh tersebut. Sepanjang pencarian hikmah dari kejadian unik ini, sementara Kirno memaknai payung itu sebagai pesan bijak agar selalu menjadi pribadi yang senantiasa melindungi atau mengayomi bagi orang lain.
Kisah o4 : Haus Betemu Jawab
Di masjidil haram, ditengah terik matahari, Kirno
mengalami haus yang luar biasa. Tetapi,
tampaknya mendapati air sangat sulit waktu itu ditengah harus berdesak-desakan
dengan jema’ah lainnya. Saat itu, mungkin karena hausnya, Kirno pun berhayal
indah, “andai saja bertemu air, mungkin
seketika kerongkongan dan tubuh segar kembali”. Sepertinya perjalanan haji ini membawa Kirno
pada keberuntungan dan hikmah yang tidak hanya sekali. Tiba-tiba, Ada seorang
majikan bagsa arab yang kebetulan pembantunya berasal dari Indonesia. Tiba-tiba
saja sang pembantu menanyakan “kamu orang indonesia kan?”, kemudian menuangkan
segelas air minum dari termosnya dan
memberinya ke Kirno. Tidak hanya itu, Sang Majikan pun memberi uang sejumlah 50
real ( sekitar Rp 150.000) kepada Kirno. Kirno menyambut gembira tawaran minum
itu dan juga terheran-heran sambil menerima uang pemberian sang majikan. Kirno
bertanya dalam hati, mengapa hanya Kirno yang ditawarin minum ditengah
kerumunan jema’ah yang begitu padat. Untuk mengabadikan kenangan dan sekaligus
terus mencari hikmah atas kejadian aneh itu,
uang pemberian sang majikan itu masih tersiman rapi sampai detik ini.
Kirno memaknai kisah ini sebagai bentuk pesan untuk menjadi pribadi yang suka memberi kebaikan atau pertolongan kepada orang lain. Seperti pepatah jawa bilang; "aweh teken maring wong kelunyon, awehbanyu maring wong ngelak" yang artinya lebih kurang " memberikan tongkat atau pegangan bagi orang yang terlicin dan memberi minum kepada orang yang sedang haus". Jadi, kalimat ini semacam pesan bijak untuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian tinggi, mengerti kesusahan orang lain dan sekaligus berinisiatif untuk memberikan bantuan dalam arti luas, baik tenaga, fikiran, waktu dan bahkan materi.
Kirno memaknai kisah ini sebagai bentuk pesan untuk menjadi pribadi yang suka memberi kebaikan atau pertolongan kepada orang lain. Seperti pepatah jawa bilang; "aweh teken maring wong kelunyon, awehbanyu maring wong ngelak" yang artinya lebih kurang " memberikan tongkat atau pegangan bagi orang yang terlicin dan memberi minum kepada orang yang sedang haus". Jadi, kalimat ini semacam pesan bijak untuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian tinggi, mengerti kesusahan orang lain dan sekaligus berinisiatif untuk memberikan bantuan dalam arti luas, baik tenaga, fikiran, waktu dan bahkan materi.
Kisah 05 : Pengalaman pahit
Dalam kisah ini, Kirno hanya menyaksikan kejadiannya, tetapi
cukup membekas dibenak Kirno kisah ini.
Ceritanya, saat selesai wukuf di Arofah dan bermalam di Musdalifah,
Kirno bersama temen-temennya duduk-duduk di
pinggiran jalan sambil melihat-lihat orang lalu lalang dan lewat dihadapan
mereka. Salah satu temennya berkelakar dengan aksud bercanda, “kalau
menengadahkan tangan dipinggir jalan, mungkin akan dapat uang pemberian banyak nih?”,
begitu kurang lebih kalimat candaan temennya sambil disertai senyum. “Huss...istighfar,
ndak boleh begitu...itu sama saja mendoakan diri untuk menjadi pengemis!!!”
Seru Kirno menyambar candaan temennya.
Keesokan harinya, temennya yang sempat bercanda itu duduk
dipinggir jalan sambil beristrahat maksudnya. Tetapi, tiba-tiba saja di usir oleh polisi Arab karena mengira dia
itu gembel. Sepertinya apes untuk kawan satu ini masih berlanjut, sekembali
dari ikhram, kain ikhram nya yang tadinya putih bersih bisa berubah hitam
sehingga dia terlihat layaknya gembel. Apes pun masih berlanjut bagi sahabat
satu ini , dilain hari saat duduk dipinggir jalan sambil istrahat, tiba-tiba
seorang jama’ah yang lewat didepannya, jama’ah tersebut memberinya uang 1
(satu) real karena jama’ah tersebut mengira dia itu pengemis. Atas kejadian
itu, temen Kirno yang satu ini pun menangis sejadi2nya dan kemudian menyesal
atas candaan yang pernah dia lontarkan saat duduk-duduk dengan Kirno dan temen
lainnya. Sejak saat itu, temen Kirno yang satu itu banyak diam dan selalu
menjaga ucapannya.
Demikian beberapa kisah yang atas izin beliau saya tuliskan
menjadi satu cerita dengan harapan penulis dan juga para pembaca mendpat hikmah
di jum’at yang penuh barokah..amin Ya
Robbal ‘Alamin..
Purwokerto, di sudut ruang
kerja
Jum’at yang barokah,
14 Nopember 2014
Posting Komentar
.