2 (DUA) KEBERPULANGAN YANG MENGINSPIRASI dan MENGANDUNG HIKMAH | ARSAD CORNER

2 (DUA) KEBERPULANGAN YANG MENGINSPIRASI dan MENGANDUNG HIKMAH

Jumat, 14 November 20140 komentar



2 (DUA) KEBERPULANGAN 
YANG MENGINSPIRASI dan MENGANDUNG HIKMAH


Kisah 01 : Keberpulangan Yang Menginspirasi dan Mengandung Hikmah
Kisah ini dituliskan atas izin seorang sahabat, sebut saja namanya Kirin (Bukan nama sebenarnya atas alasan etika),  yang kebetulan menjadi saksi ketika hal ini terjadi di kota makkah beberapa tahun lalu saat beliau berkesempatan ke tanah suci. Kisah ini sepertinya menginspirasi dan menyisakan pelajaran dan hikmah bila kita merenunginya.

Saat itu, ada 2 (dua) orang sahabat Kirin yang sama-sama sedang menunaikan haji ke tanah suci. Kebetulan kedua orang sahabat Kirin ini menderita penyakit yang sama. Namun, ada perbedaan yang sangat mencolok dari kedua sahabat ini. Yang satu selalu keadaan tenang dan berusaha menghbur diri walau sakitnya sedang menggerogoti. Sementara itu, temen yang satu lagi selalu terlihat gelisah. Demikian pula sikap dan perangai yang diperlihatkan istri dari kedua sahabat Kirin ini, juga perbedaannya sangat mencolok. Mungkin saja hal ini juga dipengaruhi oleh sikap suaminya masing-masing dalam menerima sakit yang menghinggapi tubuhnya. Suami yang tenang ternyata juga  diikuti istrinya yang ikut tenang. Sementara itu, suaminya yang selalu gelisah juga diikuti oleh istri yang gelisah.

Sepertinya saatnya hampir tiba, sahabat Kirin yang selalu tenang ini terlihat semakin kritis. Demikian pula sahabat Kirin satunya juga sangat kritis. Singkat cerita, sahabat yang selalu tenang ini akhirnya lebih dulu dipanggil Allah. Kirin menyaksikan secara menyeluruh saat-saat sahabatnya ini akan menghembuskan nafas terakhir. Terlihat begitu tenang hingga ajal menjemputnya. Hebatnya lagi, sahabat yang satu ini menghembuskan nafas terakkhirnya dalam posisi tersenyum, seolah begitu siap menghadap Allah SWT. Mendapati situasi ini, sang istri pun tampak begitu histeris. Terlihat sang istri meneteskan air mata, tetapi sekejap kemudian berubah dengan pancaran ikhlas atas kepergian sang suami tercinta. Sepertinya, sang istri menyadari betul bahwa batas kebersamaannya bersama suami tercinta sepenuhnya hak Allah SWT.  Beliau juga mungkin berfikir bahwa adalah sebuah kemuliaan ketika sang suami meninggal dunia saat mereka berdua sedang beradah di Mekkah untuk menjalankan rukun Islam yang ke-5 .

Atas hal itu, Kirin dan sahabat-sahabatnya berinisiatif untuk menyelesaikan fardu kifayah untuk jama’ah haji satu ini. Ada satu hal yang masih sangat diingat oleh Kirin dan ketika temennya yaitu betapa terasa ringan saat mengangkut jenazah sahabat yang satu ini. Tidak sedikitpun ada perasaan capek saat meminggul keranda jenazah. 

Sejam berselang, baru saja Kirin dibantu beberapa sahabatnya menyelesaikan fardhu kifayah untuk sahabatnya yang baru saja meninggal, sahabat Kirin yang satu lagi tampaknya akan menyusul. Keresahan dan kegelisahan kian tampak diwajah sahabat satu ini. Demikian pula istrinya, terlihat ketidaktenangan dan ketegangan yang luar biasa. Terlihat kondisi sahabat ini begitu tersiksa saat ajal benar-benar menjemputnya. Istrinya pun menangis sejadi-jadinya saat mengetahui pasti bahwa sang suami tercinta telah menghembuskan nafas terakhirnya. Beberapa jama’ah berinisiatif untuk menenangkan sang isti dan menasehati dengan harapan terbangun keikhlasan dan kemudian bisa bersabar atas berpulangnya sang suami ke Allah SWT.

Setelah keadaan terkendali, Kirin dan sahabatnya pun berinisiatif untuk menyelesaikan fardhu kifayahnya. Kirin dan ketiga temennya merasa heran karena jenazah sahabat yang satu ini sangat berbeda dengan yang sebelumnya. Semua merasa begitu berat saat memanggul sang jenazah. Hal ini benar-benar sangat berbeda.

Dalam kondisi lelah pasca selesai mengurusi 2 (dua) mayat, Kirin duduk sambil merebahkan badan. Saat mata menerawang ke atas, memory Kirin mengingat kembali tentang saat dimana kedua sahabatnya sesama jama’ah haji menghmebuskan nafas terakhirnya. Masih terbayang saat dimana satu sahabatnya tersenyum saat ajal menjemputnya dan satu lagi sahabatnya begitu gelisah. Beliau juga masih teringat bagaimana istri sahabat yang satu terlihat begitu sabar dan ikhlas atas kepergian suaminya tercinta, sementara yang istri sahabat yang satu lagi masih terbenam dalam kesedihan mendalam dan terus menangisi kepergian sang suami. Kirin juga benar-benar merasa heran, mengapa jenazah sahabat yang satu terasa begitu ringan dan mengapa pula yang satu lagi begitu berat. Tanya itu terus menguat dalam benak Kirin.

Tentu tanya tak akan bertemu jawab sehingga Kirin akhirnya tergiring pada pernungan diri dan mencoba mencari hikmah atas kejadian yang baru saja dia alami. Kirin berusaha menyusun kerangka fikir bijak hingga mendapat pelajaran atas kejadian aneh itu. Sambil istighfar berulang-ulang kemudian Kirin memanjatkan do’a pada Allah SWT agar bila waktunya nanti tiba baginya menemui ajal, Kirin memohon pada Allah agar mati dalam keadaan khusnul khotimah. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
        

Kisah 02 : Tercerai Berai
Kisah ini juga terjadi dari lokasi yang sama, Mekkah. Sebut saja nama sahabat saya yang satu ini bernama Kirno (maaf bukan nama sebenarnya atas pertimbangan etika).

Saat itu, Kirno yang kesehariannya adalah seorang perawat di sebuah rumah sakit dapat sebuah kemudahan dari Allah  karena terpilih menjadi salah satu Petugas Kesehatan (PPIH/ Panitia Penyelenggara Ibadah Haji). Disela-sela menjalankan tugas sebagai petugas kesehatan haji, Kirno bersama 9  (sembilan) orang temennya diberi kesempatan untuk menunaikan tawaf. Saat itu, Kirno dipercaya sebagai pimpinan rombongan dari temen-temennya dalam pelaksanaan tawaf tersebut. Dengan penuh tanggungjawab, Kirno pun memimpin kesembilan temennya untuk bertawaf. Mungkin karena berdesak-desakan dengan jama’ah haji lainnya dari seluruh penjuru dunia, akhirnya Kirno terpisah dengan ke-9 temennya. Saat menoleh ke belakang, Kirno tidak mendapati satu pun dari sembilan temennya. Kirno kemudian panik dan karena merasa sudah diamanahi untuk memimpin 9 (sembilan)  temennya ini, Kirno merasa tidak berhasil mengemban amanah yang dipercayakan atasannya.  sesudah lelah mencari, rasa takut kian menguasasi diri Kirno, akhirnya dia pun  menangis. Entah kenapa, saat itu Handphone  nya pun ketinggalan di basecamp sehingga  tak mungkin bisa mengubungi ke-9 temennya untuk menanyakan posisi masing-masing. Dalam rasa takut dan kepanikan yang luar biasa, kahirnya Kirno menegadahkan tangan keatas dan mengalunkan do’a yang tak lazim secara akal sehat. Dibarengi dengan derai air mata yang berlinang, Kirno meminta pada Allah SWT untuk diberikan alat komunikasi yang tidak biasa agar bisa menghubungi ke-9 temennya. Dia lantunkan do’a itu  di pintu King Abdul Azis. Setelahnya dia duduk terdiam seribu bahasa. Sepertinya do’a nya dikabulkan Allah SWT, satu per satu sahabatnya itu datang menemuinya di pintu King Abdul Azis hingga kesembilannya  kumpul semua. Subhanallah......Kirno pun bersujud syukur penuh derai air mata dan kemudian  menceritakan semuanya kepada 9 (sembilan) orang temennya itu.


Kisah 03 : bingung mengembalikan payung
Hal aneh yang dialami Kirno saat menjalankan ibadah haji dan juga sebagai petugas kesehatan haji tak sampai disitu. Setelah Jum’atan di mesjid Aziziyah, di tengah terik matahari yang begitu terasa di ubun-ubun dan seluruh tubuh, tiba-tiba seseorang  meminjaminya payung. "Halal..halal..."begitu ucap sang pemberi pinjaman payung sambil memberikan payungnya kepada Kirno. Kirno agak heran mengapa orang ini begitu baik. Dia hanya bisa memandangi seperti orang tak percaya, namun uluran payung dari orang itu membuat tanggannya reflek  menerima pinjaman payung itu. Beberapa sesaat kemudian orang itu meninggalkanya dan duduk tak jauh dari posisi Kirno berdiri saat itu. Tetapi anehnya, saat Kirno ingin mengembalikan  payung tersebut, Kirno tidak berhasil menemui orang tersebut. Kirno sempat mengkonfirmasi kepada orang-orang disekitar tempat sang pemberi pinjaman payung duduk sesudah meminjamkan payungnya, tetapi tak satupun dari mereka yang mengetahui keberadaannya. Ditengah kebingungannya, akhirnya Kirno membawa payung tersebut ke basecamp. Karena Kirno tidak berhasil bertemu dengan orang itu sampai hari terakhir dimana Kirno harus meninggalkan tanah suci dan kembali ke Indonesia, akhirnya payung itu dibawa pulang ke rumah (Indonesia). 

Sampai tulisan ini diturunkan, payung itu masih disimpan oleh Kirno dan ditempatkan pada tempat khusus. Sesekali Kirno sengaja memandangi payung tersebut sambil tersenyum dan sekaligus mencari hikmah atas kejadian aneh tersebut. Sepanjang pencarian hikmah dari kejadian unik ini, sementara Kirno memaknai payung itu sebagai pesan bijak agar selalu menjadi pribadi yang senantiasa melindungi atau mengayomi  bagi orang lain. 


Kisah o4 : Haus Betemu Jawab
Di masjidil haram, ditengah terik matahari, Kirno mengalami  haus yang luar biasa. Tetapi, tampaknya mendapati air sangat sulit waktu itu ditengah harus berdesak-desakan dengan jema’ah lainnya. Saat itu, mungkin karena hausnya, Kirno pun berhayal indah,  andai saja bertemu air, mungkin seketika kerongkongan dan tubuh segar kembali”.  Sepertinya perjalanan haji ini membawa Kirno pada keberuntungan dan hikmah yang tidak hanya sekali. Tiba-tiba, Ada seorang majikan bagsa arab yang kebetulan pembantunya berasal dari Indonesia. Tiba-tiba saja sang pembantu menanyakan “kamu orang indonesia kan?”, kemudian menuangkan segelas air minum  dari termosnya dan memberinya ke Kirno. Tidak hanya itu, Sang Majikan pun memberi uang sejumlah 50 real ( sekitar Rp 150.000) kepada Kirno. Kirno menyambut gembira tawaran minum itu dan juga terheran-heran sambil menerima uang pemberian sang majikan. Kirno bertanya dalam hati, mengapa hanya Kirno yang ditawarin minum ditengah kerumunan jema’ah yang begitu padat. Untuk mengabadikan kenangan dan sekaligus terus mencari hikmah atas kejadian aneh itu,  uang pemberian sang majikan itu masih tersiman rapi sampai detik ini. 

Kirno memaknai kisah ini sebagai bentuk pesan untuk menjadi pribadi yang suka memberi kebaikan atau pertolongan kepada orang lain. Seperti pepatah jawa bilang; "aweh teken maring wong kelunyon, awehbanyu maring wong ngelak" yang artinya lebih kurang " memberikan tongkat atau pegangan bagi orang yang terlicin dan memberi minum kepada orang yang sedang haus". Jadi, kalimat ini semacam pesan bijak untuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian tinggi, mengerti kesusahan orang lain dan sekaligus berinisiatif untuk memberikan bantuan dalam arti luas, baik tenaga, fikiran, waktu dan bahkan materi. 


Kisah 05 : Pengalaman pahit
Dalam kisah ini, Kirno hanya menyaksikan kejadiannya, tetapi cukup membekas dibenak Kirno kisah ini.

Ceritanya, saat selesai wukuf di Arofah dan bermalam di Musdalifah, Kirno bersama temen-temennya duduk-duduk   di pinggiran jalan sambil melihat-lihat orang lalu lalang dan lewat dihadapan mereka.  Salah satu temennya  berkelakar dengan aksud bercanda, “kalau menengadahkan tangan dipinggir jalan, mungkin akan dapat uang pemberian banyak nih?”, begitu kurang lebih kalimat candaan temennya sambil disertai senyum. “Huss...istighfar, ndak boleh begitu...itu sama saja mendoakan diri untuk menjadi pengemis!!!” Seru Kirno  menyambar candaan temennya.

Keesokan harinya, temennya yang sempat bercanda itu duduk dipinggir jalan sambil beristrahat maksudnya. Tetapi, tiba-tiba saja  di usir oleh polisi Arab karena mengira dia itu gembel. Sepertinya apes untuk kawan satu ini masih berlanjut, sekembali dari ikhram, kain ikhram nya yang tadinya putih bersih bisa berubah hitam sehingga dia terlihat layaknya gembel. Apes pun masih berlanjut bagi sahabat satu ini , dilain hari saat duduk dipinggir jalan sambil istrahat, tiba-tiba seorang jama’ah yang lewat didepannya, jama’ah tersebut memberinya uang 1 (satu) real karena jama’ah tersebut mengira dia itu pengemis. Atas kejadian itu, temen Kirno yang satu ini pun menangis sejadi2nya dan kemudian menyesal atas candaan yang pernah dia lontarkan saat duduk-duduk dengan Kirno dan temen lainnya. Sejak saat itu, temen Kirno yang satu itu banyak diam dan selalu menjaga ucapannya.


Demikian beberapa kisah yang atas izin beliau saya tuliskan menjadi satu cerita dengan harapan penulis dan juga para pembaca mendpat hikmah di jum’at yang penuh barokah..amin Ya Robbal  ‘Alamin..

Purwokerto, di sudut ruang kerja
Jum’at yang barokah,
14 Nopember 2014
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved