PENDIDIKAN PERKOPERASIAN ADALAH KEBUTUHAN DAN BUKAN KEWAJIBAN | ARSAD CORNER

PENDIDIKAN PERKOPERASIAN ADALAH KEBUTUHAN DAN BUKAN KEWAJIBAN

Senin, 17 Februari 20140 komentar



PENDIDIKAN PERKOPERASIAN
ADALAH KEBUTUHAN DAN BUKAN KEWAJIBAN

tulisan ini bagian dari BUKU SHU 0 (nol) yang akan segera terbit. 
Mohon Do'a segenap Sahabat dan kawan perjuangan 

A.   Permulaan


Pendidikan, yang merupakan salah satu prinsip koperasi, adalah modal penting bagi sebuah koperasi bila ingin tumbuh dan berkembang secara bertahap dan berkesinambungan. Pendidikan tidak terbatas pada proses pemberian pengetahuan saja, tetapi juga harus mampu merubah perilaku atau tindakan peserta didik. Inilah yang disebut dengan pendidikan integratif dan cara baca semacam ini yang kemudian membuat “pendidikan” efektif sebagai alat penghapus kebodohan dan kemiskinan.



Dalam tinjauan muasal kelahiran, koperasi merupakan kumpulan orang dari  berbagai latar belakang, karakter, sifat dan potensi yang berbeda-beda pula. Perbedaan ini bisa menjadi sumber kekuatan organisasi dan bisa pula sebagai sumber masalah yang akan membawa koperasi pada konflik berkepanjangan, tergantung bagaimana mengkombinasikannya dalam satu formula efektif.  Untuk itu, pendidikan menjadi penting dalam  membentuk pengetahuan, persepsi sama dan ekspektasi yang rasional terhadap koperasi. Pendidikan juga harus dijadikan sebagai alat efektif bagi terbangunnya keyakinan dan semangat segenap anggota untuk mengambil tanggungjawab secara sadar untuk terlibat aktif  menungbuhkembangkan organisasi dan perusahaan koperasinya. Hal ini tidak akan tercipta bilamana anggota tidak memiliki pemahaman yang cukup terhadap apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi.  Mewujudkan koperasi sebagai sebuah institusi pemberdayaan men-syaratkan adanya pemahaman yang sama atas nilai-nilai yang diperjuangkan dan hal ini bermula dari penyelenggaraan pendidikan yang efektif. 





B.  Menilik Fakta Lapangan

Faka lapangan menunjukkan, banyak orang menjadi anggota  koperasi di dorong oleh kebutuhan ekonomi (baca: keterjawaban kebutuhan jangka pendek), sehingga penerimaan dirinya di koperasi relatif didasarkan pada kemampuan memenuhi syarat-syarat administratif saja dan kemudian mentransaksikan apa yang menjadi kebutuhannya. Dalam konteks elite organisasinya kuat secara kualitas, mungkin hal ini tampak bukan sebuah persoalan. Apalagi bila di dukung fakta bahwa perusahaan koperasi berjalan stabil dan angka-angka statistik menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Kemapanan elite organisasi (baca: pengurus, pengawas dan manajemen) mampu menghadirkan layanan yang memanjakan anggotanya.  Namun demikian, ketika kondisi semacam ini tidak diikuti dengan men-cerdaskan anggotanya melalui pendidikan, maka peluang terjadinya eksploitasi anggota sangat memungkinkan yang disebabkan oleh :

1.    Perusahaan koperasi akan berjalan dengan semangat korporasi dimana pertumbuhan perusahaan koperasi lebih diutamakan daripada pertumbuhan anggotanya dalam arti luas.

2.   Untuk kepentingan pertumbuhan perusahaan, maka koperasi akan terdorong melanggengkan transaksi rasional  dimana anggota diposisikan sebagai market  yang dieksploitasi potensinya dan hubungan anggota dan perusahaannya sebatas transaksi kebutuhan.



Namun demikian, ketika koperasi difahami dari, untuk dan oleh anggota yang bermakna anggota adalah obyek dan sekaligus subyek pembangunan koperasi itu sendiri, maka praktek diatas menjadi kurang tepat, sebab koperasi cenderung abai dengan keberdayaan anggotanya. Cerdas nya anggota harus dibaca sebagai bagian penting dari pertahanan sebuah koperasi. Kecerdasan akan membuat anggota berkemampuan lebih kritis dan lebih mampu menunjukkan kepeduliannya dalam bentuk-bentuk menjaga dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Dengan kata lain, koperasi yang dihuni oleh anggota-anggota yang lebih cerdas akan memiliki kontrol yang lebih baik. Untuk itu, penyelenggararaan pendidikan tidak hanya kewajiban, tetapi justru sebuah kebutuhan dalam meng-akselerasi pertumbuhan dan perkembangan sebuah koperasi.





C.  Menilik Gagasan 2 (dua) Pendekatan Pendidikan

Ketika mencerdaskan menjadi semangat atau roh dari segenap aktivitas yang dijalankan organisasi dan perusahaan koperasi, maka pendidikan menjadi  media strategis bagi perwujudan tujuan-tujuan yang didefenisikan secara bersama. Untuk itu, penyelenggaran pendidikan tidak terbatas pada bentuk-bentuk formal saja, tetapi pendidikan bisa dikemas dalam berbagai bentuk yang mengarah pada satu tujuan “memberi pemahaman dan mempengaruhi perilaku”. 



Sebagai sebuah gagasan, berikut ini dijabarkan 2 (dua) gagasan sederhana penyelenggaraan pendidikan di koperasi :

1.       Pendidikan langsung. Pendidikan langsung merupakan satu aktivitas pendidikan dimana anggota diberikan satu pengetahuan secara langsung melalui satu agenda pendidikan yang dikemas dalam bentuk classing maupun out door.  Pada metode ini, anggota diberikan pemahaman langsung tentang pengetahuan-pengetahuan dan informasi yang dinilai perlu bagi keterbangunan rasa memiliki di lingkaran anggota.

2.  Pendidikan tidak langsung. Pada pola ini, pendidikan diberikan melalui pesan-pesan edukatif dalam proses pelayanan yang disajikan koperasi kepada anggotanya.  Untuk mempermudah pemahaman pendidikan tidak langsung yang dimaksudkan, berikut diberikan beberapa contoh :

  • Pemberian perlakuan khusus pada anggota saat bertransaksi di toko atau swalayan yang juga melayani umum (baca : non-anggota), seperti pemberlakukan harga pokok atau discount khusus. Dengan demikian, anggota bisa merasakan kemanfaatan langsung dari stataus keanggotaan yang melekat pada dirinya.
  • Pemberian pesan-pesan edukatif di ruang-ruang pelayanan, seperti :
  • tulisan “belanjalah seperlunya” di ruang layanan toko koperasi dengan maksud untuk mengingatkan anggota untuk tidak konsumptif;
  • pemberian tulisan “ konsumsi adalah sisa menabung” di unit layanan simpan pinjam yang dimaksudkan untuk mengingatkan anggota untuk tidak terjebak konsumerisme dan membudayakan hidup terencana melalui menabung.
  • Pemberian tulisan “ meminjam adalah jembatan untuk menabung”, yang dimaksudkan untuk memberi pesan edukatif kepada anggota agar tidak menggunakan pinjaman bagi kepentingan konsumptif, tetapi untuk kepentingan-kepentingan produktif yang akan meningkatkan kualitas hidupnya.
  • Pemberian tulisan “ menabung adalah bentuk kesetiakawanan dan kepedulian” yang dimaksudkan untuk mengingatkan perlunya memupuk kebersamaan melalui tindakan menabung, sebab menabung tidak hanya bagian dari merencanakan hidup secara bijak tetapi juga berpotensi membantu kawan lainnya yang sedang membutuhkan.
  • Membuat kalender tahunan yang berisi pesan-pesan edukatif untuk meningkatkan kualitas hidup anggota. 
  •  Dan lain sebagainya



Dengan semangat yang demikian, maka setiap kesempatan akan di kemas dalam semangat pendidikan. Hal ini menegaskan betapa pendidikan merupakan kunci keberhasilan dari pembangunan segenap insan koperasi.





D.  Penghujung

Koperasi adalah kumpulan orang yang terus berproses membentuk titik-titik penyatuan kepentingan yang diikuti dengan penyatuan segala potensi. Menyadari bahwa koperasi adalah kumpulan orang  yang berasal dari latar belakang berbeda-beda, maka koperasi terus berproses secara bertahap dan berkesinambungan. Tidak ada yang instan, tetapi ketabahan berproses akan membentuk pondasi pertahanan yang kuat  akan membuat koperasi tersebut tangguh dan tahan banting. Dalam bahasa yang lebih bersemangat, kematian koperasi tidak akan pernah datang sepanjang koperasi di cintai anggotanya, cinta yang lahir dari proses kesadaran yang merupakan hasil pendidikan yang diselenggarakan koperasi secara terus menerus dengan ragam pendekatan dan tetap concern pada efektivitas.   
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved