MEMILIH BERTAHAN TINGGAL di RUMAH KONTRAKAN | ARSAD CORNER

MEMILIH BERTAHAN TINGGAL di RUMAH KONTRAKAN

Sabtu, 24 November 20120 komentar


Mencoba mencari hikmah dari kisah seorang sahabat*


Setelah memarkir kendaraannya di depan rumah, dengan penuh semangat sang suami langsung menghampiri istrinya tercinta begitu mengucapkan salam. Dia cium kening dan memeluknya dan dia ikatkan sapu tangan di wajah sang istri. "Ada apa sich pa?", tanya sang Istri terkaget. "Mama diam aja dulu", jawab sang suami. Kemudian secepat kilat sang suami mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan meletakkannya di genggaman tangan sang istri,  kemudian Sang Istri dipersilahkan melepas ikatan sapu tangan dan menyaksikan ditangannya sebuah kunci. "Kunci apa nih pa??", tanya sang istri penuh penasaran. " Alhamdulillah ma, gubuk kita di perumahan "X" dah selesai dan kebetulan juga masa kontrakan rumah ini juga berakhir bulan ini, jadi ini waktu yang tepat", ujar sang suami dengan penuh semangat. " Alhamdulillah...", ucap sang istri dan langsung bersujud di lantai mengucapkan syukur sambil  meneteskan air mata. Cita2nya memiliki sebuah rumah walau cicilan akhirnya terwujud. Kemudian dia memeluk suaminya cukup lama sambil mengucapkan terima kasih pada suaminya dengan suara lirih sambil mencium pipi kanan, kiri dan kening sang suami. "Terima kasih ke Tuhan saja Ma", kata sang suami yg juga tak kuat menahan haru melihat reaksi sang istri. 

Tak lama kemudian sang istri menyimpan kunci rumah itu dan izin ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Setelah semua beres, sang isteri mengajak suaminya menyantap menu sederhana di malam itu. Tak lupa anak-anaknya diikut sertakan  bergabung di meja makan seperti biasanya.

Sekitar dua jam berselang, setelah anak-anak mereka tidur pulas di kamarnya sesudah di dongengin, mereka berdua kemudian menuju kamar depan. Sesaat kemudian, saat sang istri menyandarkan kepalanya di dada sang suaminya yang lagi berbaring di kasur sambil nonton TV. Sambil menikmati sinetron, tangan sang suami sambil mengusap-usap rambut sang istri tercinta dan sesekali sang suami mencubit pelan dengan maksud menggoda istrinya. 

Tetapi, sang suami agak heran atas respon istrinya yang hanya diam tak seperti biasanya. Istrinya tetap diam  dan membenamkan wajahnya ke dada sang suami. Tiba-tiba, dia rasakan sepertinya istrinya sedang mengeluarkan air mata. Kemudian sang suami merubah posisinya menjadi duduk, tetapi sang istri justru semakin membenamkan wajahnya dan menangis tersedu2. "Ma2 kenapa?", tanya sang suami. "Ngomong dong ma ke papa kalau memang ada yg sedang difikirkan ", lanjut sang suami dengan penuh penasaran. 

Setelah berusaha mengendalikan air matanya, kemudian sang istri berkata; "Pa...ma2 sangat bersyukur atas selesainya rumah kita, sebab itu mimpi ma2 sejak kita menikah 10 tahun lalu. Ma2 sangat seneng dan selalu berdo'a Tuhan akan memberi kemampuan kita untuk membayar cicilan bulanannya sampai lunas. Ma2 juga sangat menghargai upaya keras pa2  mewujudkan rumah impian ma2 itu. Sejujurnya, untuk ukuran ma2 rumah itu sangat bagus walau dipandangan orang mungkin sangat sederhana. Ma2 seneng  dan bahagia banget karena kita akhirnya memiliki rumah juga. Namun, bolehkah ma2 punya satu permohonan?", tanya sang istri di ujung kalimatnya. "sampaikan aja ma!!!", jawab sang suami sambil menyemangati istrinya untuk mengatakan permintaannya.

"Ma2 ingin kita memperpanjang kontrak rumah ini dan tetep tinggal disini", kata sang istri. "Mengapa ma2 berfikir begitu?", sahut sang suami keheranan. "Maaf ya Pa..ma2 berharap pa2 ndak salah faham dulu ke ma2. Kalau ma2 ikuti naluri dan keinginan pribadi, ma2 sebenarnya sangat ingin tinggal di rumah itu, tetapi ma2 ngrasa menjadi egois kalau pindah ke sana." Kata sang istri sambil meneteskan air mata dan kemudian terisak makin kencang. Hal ini menambah kepenasaran sang suami. Kemudian lanjut sang istri, " ma2 ngrasa egois kalau kita tinggal dirumah baru itu, karena sehari-harinya dapur kita  memiliki beberapa pengunjung tetap. Ma2 khawatir kepindahan kita menjadi beban tambahan  bagi mereka. Ma2 ndak bisa pa...ma2 ndak bisa egois. Ma2 berkeyakinan doa-doa mereka telah menjaga kita selama ini. Ma2 juga meyakini doa2 tulus mereka telah membuka jalan rejeki hingga kita bisa hidup walau sederhana. Bathin ma2 merasa tenang ketika bisa melihat senyum mereka si setiap harinya. Bagi Ma2 mereka sudah menjadi bagian dari hidup ma2. Ma2 tak sanggup meninggalkan mereka. Bahkan ma2 takut Tuhan akan bersikap beda ke hidup kita kalau memilih meninggalkan mereka dan pindah ke rumah baru kita". 

Jawaban itu membuat sang suami kehilangan kata-kata alias speechless. setelah terdiam beberapa saat, kemudian dia peluk istrinya yang masih sesenggukan. Dia cium kening sang istri dan berkata, "malam ini pa2 merasa menjadi laki2 beruntung dan begitu bersyukur di titipkan Tuhan seorang istri seperti ma2. Pa2 kagum dengan pilihan sikap ma2. Pa2 akan berupaya  mencari jalan agar kita bisa memperpanjang kontrakan rumah ini dan berharap si empunya rumah memperkenankan diperpanjang. Insya Allah dengan niat baik akan diberi jalan oleh Tuhan, apalagi  masih ada waktu 2 (dua)  minggu tenggat pembayarannya", kata sang suami sambil mencium sekali lagi kening istrinya sambil meneteskan air mata.Istrinya pun langsung memeluk erat sang suami sambil mengucapkan "terima kasih pa...ma2 juga bersyukur menjadi bagian dari hidup pa2". Tak lama berselang, mereka kemudian terlelap dan terjaga saat ayam berkokok. 

Tepat 2 (dua) minggu kemudian, Atas izin Tuhan sang suami  dapat jalan untuk membayar uang perpanjangan kontrak rumah yang mereka tinggali saat ini. Selanjutnya, atas rumah baru nan mungil itu, mereka sedang menimbang-nimbang peruntukannya   apakah di kontrakan, untuk penampungan anak yatim atau peruntukann lainnya yang berdimensi sosial. Saat tulisan ini di turunkan, mereka sedang memohon arahan Tuhan untuk di beri kemantapan melangkah yang terbaik.  

Demikian para pembaca, semoga kita semua mendapat hikmah dari kisah diatas. Mohon maaf, nama dan lokasi kejadian tidak dicantumkan atas permintaan sang pemilik kisah.
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved