Menilik Keyakinan Anggota Atas Peran Serta Koperasi Dalam Peningkatan Kualitas Hidup | ARSAD CORNER

Menilik Keyakinan Anggota Atas Peran Serta Koperasi Dalam Peningkatan Kualitas Hidup

Rabu, 10 Oktober 20120 komentar

Disampaikan pada kegiatan “Pengembangan Koperasi Berbasis Partisipasi Anggota” 
yang dilaksanakan oleh Kementrian Koperasi & UKM RI, di Malang, Jawa Timur, 12-13 Oktober 2012

A.  Sebentuk Permulaan
Ketika sebatang sapu lidi berdiri sendiri, maka tak banyak manfaat yang bisa didpatkan. Tetapi ketika 200 (dua ratus)  batang  sapu lidi di satukan dalam ikatan yang kuat, maka kumuplan lidi itu akan mengalami lomatan kemampuan dan bisa membersihkan halaman yang luas.  

Itulah perumpamaan  yang mudah difahami dalam  menggambarkan sebuah koperasi. Koperasi lahir untuk peningkatan kesejahteraan segenap unsur organisasinya. Koperasi berdiri  untuk menciptakan keterjawaban harapan-harapan hidup yang disadari sepenuhnya tidak mungkin diwujudkan dengan tangannya sendiri karena ragam keterbatasan yang ada. Lewat berkoperasi kolektivitas terbangun dan penggabungan potensi & energi pun terjadi dengan sendirinya sehingga  perlahan paduan ini akan melahirkan ragam makna yang  membahagiakan anggotanya.


B. Hidup Bersama Adalah Persoalan Keyakinan
Sedikit membedah sebuah pernikahan, selalu  diawali dari kisah pertemuan 2 (dua) insan berbeda jenis kelamin yang terlahir dari kandungan berbeda. Cinta telah mempersatukan dan melahirkan keyakinan untuk hidup bersama selamanya. Dalam kadar cinta yang terjaga, kesamaan pandangan dan orientasi hidup telah melahirkan sinergitas dan melahirkan lompatan energi, sementara itu ragam perbedaan difahami sebagai sumber  perekat komunikasi untuk membangun kebijaksanaan berpandangan atas perbedan yang ada. Ikatan pernikahan, membuat mereka ikhlas untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka memilih untuk menggabungkan potensi dan saling melengkapi dalam mengarungi hidup menuju satu tujuan yang  didefenisikan bersama. Cinta telah membangunkan keikhlasan untuk berkorban. Emosi yang terkadang memuncak tak lantas menyebabkan perceraian.   Rasa cinta yang kuat dan kekahwatiran akan kehilangan telah menginspirasi untuk mengkomunikasikan atau memaknai setiap persoalan yang timbul. Semua dinamika perjalanan difahami   sebagai warna hidup yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Intinya, perasaan cinta yang begitu dalam dan keyakinan satu sama lain telah menjadi sumber energi  untuk  saling menjaga dan bahkan memperkuat.

Berkoperasi tak ubahnya seperti kiasan diatas, dimana berawal dari bertemunya beberapa individu yang berbeda sifat, karakter, latar belakang dan bahkan  status sosial yang berbeda. Kesadaran akan keterbatasan yang ada pada diri masing-masing melahirkan keyakinan bahwa bersama adalah salah satu jalan keluar mempercepat pencapaian tujuan-tujuan hidupnya. Di sisi lain, kelebihan yang ada pada masing-masing orang akan didedikasikan demi kelahiran  makna-makna yang lebih luas.

Kuantitas interaksi yang kian meningkat bertahap melahirkan sikap saling mempercayai dan hal ini membuat komunikasi lebih cair dan berpotensi memunculkan ragam gagasan. Keyakinan yang terbentuk dari akumulasi konsistensi masing-masing unsur organisasi menambah kegairahan untuk terus mengembangkan peran dan partisipasinya dalam  mendukung koperasi.

Berkoperasi adalah tentang hidup bersama dimana di dalamnya terdefenisi tujuan kolektif sebagai dasar pergerakan. Bersama berarti ikhlas berbagi, baik berbagi dalam hal tanggungjawab maupun berbagi dalam hal hasil perjuangan. Disamping itu, transparansi pengelolaan juga mempermudah setiap orang untuk melihat dan menilai capaian dari kebersamaan sehingga menyemangati setiap orang untuk berbuat lebih ketika menginginkan makna yang lebih luas. Rasa adil dan di hargai akan memotivasi setiap orang untuk mengambil peran dan tanggungjawab dalam menjaga dan menumbuhkembangkan karya-karya yang dihasilkan bersama. Semangat kegotongroyongan  sebagai modal membentuk  kekuatan kolektif di dorong menjadi faktor pembentuk ragam aktivitas sekaligus sebagai sumber kayakinan untuk terus berada di lingkar koperasi.


C.  Keyakinan Tidak Datang Tiba-Tiba
Koperasi mengenal prinsip suka rela dan terbuka, tetapi faktanya tidak semua orang kemudian memilih untuk bergabung dalam koperasi. Hal ini bisa akibat dari menggejalanya gaya hidup individualis di tengah masyarakat dan bisa juga karena koperasi tak kunjung menunjukkan kinerja berbentuk manfaat yang nyata. Walau koperasi bertujuan menciptakan kesejahteraan bersama, tetapi ragam fakta menunjukkan bahwa kebahagiaan itu belum terdistribusi secara merata dan atau bahkan koperasi tak kunjung berhasil menemukan cara efektif menyatukan emosi setiap orang ke dalam aktivitas berbasis pemberdayaan (empowering).

Koperasi memang organisasi tidak bebas nilai, tetapi pada nilai-nilai koperasi itulh sesungguhnya sumber keunggulan yang tidak mungkin bisa disajikan badan usaha yang lain. Dalam operasionalisasinya, koperasi berjalan dalam lingkar jati diri yang meliputi defenisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip. Ketiga hal ini lah yang selanjutnya menjadi pembeda yang nyata dan sekaligus menjadi  sumber keunggulan. Dualisme peran anggota sebagai pelanggan dan juga sebagai pemilik, seharusnya menjadi jaminan bagi keberlangsungan unit kayanan yang diselenggarakan oleh koperasi.

Berbekal fakta nyata di berbagai belahan dunia, gerakan koperasi dunia (baca: ICA) berhasil meyakinkan PBB (perserikatan bangsa-bangsa) bahwa koperasi  adalah gerakan sosial yang membentuk kemandirian kolektif dan melahirkan efek luas bagi kehidupan masyarakat dunia.  Perumusan tujuan dan pencapaian berbasis kebersamaan serta komitmen tinggi koperasi  memegang teguh nilai moral dan etika, terbukti ampuh menjaga ragam intrik dan penelikungan.  Kalau kemudian mendapati fakta kondisi koperasi kurang menggembirakan, maka kesalahan sesungguhnya tidak terletak pada kekeliruan konsepsinya, tetapi kebelum-nemuan pola intrepretasi yang efektif dari konsepsinya ke dataran operasional. Nilai-nilai pembeda koperasi tidak dipandang sebagai sumber keunggulan dan bahkan tergoda untuk mengoperasionalkan koperasi layaknya non koperasi (baca : UD,PT,CV dan lainnya).
Satu hal yang perlu direnungkan bersama adalah terciptanya pemaknaan koperasi sebagai badan usaha saja dan terjebak  mengejar pertumbuhan laba yang kemudian didefenisikan dengan istilah SHU. Ironisnya, dalam proses pembentukan SHU tersebut, anggota diposisikan sebagai konsumen murni tanpa ada perbedaan perlakukan dibanding konsumen lainnya. Kendali koperasi pun mutlak di tangan elit organisasi dan RAT (Rapat Anggota Tahunan) dijalankan sebagai cara menggugurkan kewajiban sebagai intsitusi karena berlabel koperasi. Praktek-praktek semacam ini masih banyak berlangsung di belahan negeri ini.

Mungkin akan berbeda hal nya ketika koperasi difahami sebagai kumpulan komitmen orang  untuk  hidup bersama dan mengembangkan ragam aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya segenap anggotanya. Koperasi akan hadir sebagai mesin penjawab impian yang tak mungkin diwujudkan dengan sendirian. Ini memang tampak repot diawalnya, karena latar belakang berbeda mebutuhkan energi yang tidak sedikit dalam proses penyamaan persepsi. Atas dasar itulah, koperasi seharusnya menyelenggarakan pendidikan sebelum seseorang sah menjadi  bagian dari koperasi. Pendidikan minimal akan membentuk pemahaman apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Dengan demikian, koperasi difahami sebagai organisasi kolektif yang kemajuannya tergantung pada partisipasi segenap unsur  organisasi. Berkoperasi pun akan difahami sebagai tindakan sadar untuk mengambil tanggungjawab membesarkan perusahaan yang dimiliki bersama, bukan memposisikan diri sebagai pengamat dan penikmat saja.  

Ketika pendidikan semacam ini  tidak diselenggarakan, maka bisa dibayangkan semua orang yang berada di koperasi akan memiliki persepsi yang bervariasi. Demikian halnya dengan ekspektasi (harapan) setiap orang semata-mata di drive oleh kepentingan sempitnya dan bahkan sering tak peduli dengan kepentingan anggota lainnya. RAT pun tak jarang menjelma menjadi media pengadilan pengurus dan pengawas yang menyisakan perasaan terluka dan mendalam, sebab semua orang melihat koperasi dari perspestifnya masing-masing. Sampai kapan hal ini akan berlangsung  diimana  koperasi dihuni oleh anggota yang tidak memilki keyakinan yang sama..?.


D. Menilik Perilaku Aneh Anggota
Tindakan merupakan wujud keyakinan dan olah fikir terbaik dari setiap orang. Kalimat ini menginspirasi untuk menilik  dan membedah beberapa kebiasaan aneh dari anggota koperasi dan mencoba mencari hikmah di dalamnya, yaitu :
1.       Koperasi menyelenggarakan unit layanan toko tetapi anggota belanja di toko yang lain
2.       Koperasi menyelenggarakan unit layanan simpan pinjam, tetapi anggota menyimpan dan meminjam di tempat lain.
3.       KUD menyenggarakan unit layanan saprodi (sarana produksi) pertanian, tetapi anggota membeli di toko saprodi lainnya.
4.       Anggota KUD panen padi tetapi menjual gabahnya kepada tengkulak.
5.       Anggota menginginkan pinjamnnya di penuhi, tetapi keberatan kalau simpanan wajib di naikkan.
6.       Anggota menuntut SHU banyak tetapi tidak pernah berpartisipasi.
7.       Anggota begitu aktif mengkritik pengurus dan pengawas di koperasi tetapi anggota tersebut jarang aktif bertransaksi di koperasi.
8.       Anggota adalah pemilik sah koperasi, tetapi sering bersikap mencela koperasi tanpa pernah memberi solusi dan ketauladanan. Ironisnya, anggota tersebut memilih tetap mempertahankan statusnya sebagai anggota.
9.       dan lain sebagainya.

Beberapa rekam jejak tindakan anggota yang dijabarkan diatas menarik untuk di cari musababnya, guna perumusan formulasi efektif dalam mengembangkan koperasi di berikutnya. 

Selaku elit organisasi, pengurus dan pengawas tidak perlu cemas secara berlebihan. Di satu sisi hal itu menyesakkan dada, tetapi di sisi lain hal itu bisa menjadi referensi yang menginspirasi gagasan brilian dalam merumuskan formula membahagiakan anggota.  Dalam situasi ini, elit organisasi harus memunculkan gairah edukatif nya, sehingga ragam aksi anggota yang tak berpihak ini bisa berbalik menjadi aksi militan dan menjadi pembela koperasi di barisan depan.

Keluasan dan kebijakan berpandangan harus dikedepankan, sehingga bisa lebih jernih melihat akar permasalahannya dan jernih juga dalam merumuskan solusinya.  Sebagai stimulan, kejadian-kejadian serupa dan berulang-ulang tersebut mungkin saja disebabkan oleh beberapa hal yang dijelaskan berikut ini :
1.       Anggota tidak faham apa, mengapa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Hal ini akibat anggota tidak di berikan pendidikan yang merupakan ruh dari sebuah koperasi.
2.       Bertransaksinya anggota ke tempat lain bisa jadi karena: (i) kelahiran usaha tersebut mungkin tidak melalui proses duduk bersama sehingga anggota tidak memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap keberadaan unit layanan koperasi; (ii) bisa juga karena perform usaha koperasi tidak begitu menarik; (iii) bisa juga karena strategi penetapan harga yang kurang tepat; (iv) bisa juga karena pola komunikasi dan layanan yang kurang mengistimewakan anggota sebagai pemilik sah koperasi, sehingga anggota tidak merasakan manfaat lebih di banding bertransaksi di koperasi.
3.       Selain kurangnya pendidikan kepada anggota, anggota yang vokal bernada miring di RAT  juga bisa disebabkan oleh kurangnya informasi seputar perjalanan dan perkembangan koperasi. Oleh karena itu, sebaiknya koperasi menciptakan sarana sosialisasi dan edukasi berbentuk bulletin, papan informasi dan atau bentuk lainnya, sehingga transfaransi pengelolaan akan mendatangkan keyakinan dan sekaligus membangun pandangan dan sikap positif terhadap koperasinya.
  
Namun demikian, untuk memastikan hal tersebut perlu dilakukan pendalaman lebih jauh sehingga menemukan akar masalahnya (core problem) nya. Metode continues improvement  (perbaikan terus menerus) layak diaplikasikan sehingga masing-masing tahapan pembangunan koperasi terukur dan terkonsolidasi dengan baik.  

Dalam bahasa semangat, dinamika perilaku anggota sesungguhnya sumber inspirasi dalam melakukan serangkaian inovasi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan anggota dalam arti luas (tidak hanya bersifat materalitas). Perubahan dan perkembangan sikap dan tindakan angota dalam berinteraksi dengan koperasi merupakan cerminan obyektif yang seharusnya dijadikan sebagai dasar merumuskan pola pelayanan koperasi kepada anggota.

Pola pembangunan koperasi berbasis kebutuhan anggota  merupakan cara paling efektif  menumbuhkembangkan keyakinan anggota terhadap keseriusan koperasi memikirkan dan mengakomodir kepentingan mereka. Ketika anggota merasa bahwa koperasi peduli terhadap setiap permasalahan yang dihadapi anggota, maka sentuhan yang berulang akan membentuk dan menumbuhkan keyakinan anggota terhadap koperasinya.

Untuk mendukung hal tersebut, komunikasi intensif, baik formal maupun informal, perlu dikembangkan di kalangan anggota sehingga keberpihakan atas setiap aktivitas yang dijalankan koperasi akan tumbuh berbanding lurus dengan kuantitas dan kualitas komunikasi yang berlangsung di keseharian koperasi.   


E.  Penghujung
Keyakinan anggota merupakan titik kunci lahirnya tindakan yang berpihak bagi koperasi. Keyakinan tidak datang dan tumbuh tiba-tiba, sehingga memerlukan esukasi dan sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus. Komunikasi produktif yang berorientasi pada penyerapan gagasan dan pendapat dari segenap unsur organisasi akan mempertinggi peluang koperasi untuk besar bersama anggotanya. Kombinasi antara kepedulian koperasi terhadap kebutuhan anggota dengan empati dan partisipasi anggota terhadap koperasi akan menciptakan hubungan proporsional yang akan membahagiakan segenap unsur organisasi.

Satu hal patut menjadi catatan penting, pertumbuhan keyakinan anggota lahir dari konsistensi komunikasi yang berlangsung dalam iklim demkoratis yang mampu meng-akomodir ragam perbedaan. Selamat berjuang mewujudkan koperasi yang meng-anggota melalui keyakinan anggota yang terus tumbuh kepada koperasi.
Pada akhirnya, koperasi ideal adalah ketika koperasi berhasil memerankan diri sebagai penyerap  aspirasi bagi setiap anggota yang kemudian ditindaklanjuti ke dlam aktivitas yang mendukung  peningkatan kualitas hidup anggota dalam arti seluas-luasnya....KAH....????
GALLERY
MuhammadArsadDalimunte's diklat malang 12 13 10 2012 album on Photobucket
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved