BERWIRAUSAHA DALAM KEBERSAMAAN
MELALUI KOPERASI SISWA
A. Pembuka
Apapun defenisi anda tentang “wirausaha” boleh-boleh
saja, sepanjang “menyemangati” untuk
menjadi pribadi yang mandiri dan penuh kreativitas berujung karya nyata. Namun
demikian, ketika defenisi tanpa diikuti aksi, maka semua hanya sebatas
mimpi.
B. Siapapun Bisa Berwirausaha
C. Memulai Wirausaha
D. Mengasah Instuisi
Intinya, ketika anda ingin mengasah instuisi bisnis,
cobalah berfikir bagaimana memanfaatkan atau menciptakan peluang dari apa saja yang anda lihat, anda dengar dan bahkan anda
rasakan. Semakin sering anda melakukannya, semakin tajam instuisi bisnis anda. Berkenan
KAH??
E. Peluang
Siswa SLTA Berwirausaha
Seperti dijelaskan di sebelumnya, berwirausaha bisa
dilakukan siapapun, termasuk seorang siswa SLTA sekalipun. Semua tergantung
“kemauan” untuk memulainya. Anda diberikan Tuhan hidup 24 (dua puluh empat)
jam dalam sehari semalam, adakah waktu tersisa disamping pemanfaatannya untuk
bersekolah dan mengerjakan tugas-tugas di
rumah.?
Saatnya anda melakukan “analisa efektivitas”
pemanfaatan waktu dan temukan berapa jam rata-rata dalam sehari waktu terbuang
dan tidak jelas pemanfaatannya. Bayangkan kalau waktu terbuang itu dimanfaatkan
untuk menekuni wirausaha, capaian apa yang
mungkin anda raih dalam satu tahun berikutnya??.
1.
membentuk
mentalitas tangguh.
Perlu menjadi catatan dalam menjalankan
wirausaha, terkadang menemuin keberhasilan dan kegagalan. Terkadang
orang merespon positif dari apa yang anda tawarkan dan mungkin saja di lain waktu
tawaran anda di tolak mentah-mentah.
Ketika anda memilih tidak menyerah dan terus berupaya, tanpa disadari pengalaman-pengalaman
bathin itu akan membentuk mental menjadi tangguh.
3.
belajar
komunikasi produktif. Lewat
berwirausaha, anda akan terbiasa berkomunikasi
dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda. Hal ini akan membuat pribadi
anda lebih mudah beradaptasi pada segala suasana.
5.
dan
lain sebagainya
Di tilik dari kebaikan-kebaikan berwirausaha, baik dari
sisi produktivitas maupun pembentukan krakter diri, bukankah sebuah kekeliruan ketika anda tidak
memanfaatkan waktu untuk memulainya sesegera mungkin???. Ataukah anda menunggu waktu
memaksa anda untuk melakukannya???.
F. Berwirausaha Berbasis Kebersamaan
Kebersamaan identik dengan penyatuan potensi yang juga berarti
mempertinggi peluang untuk melahirkan karya-karya yang lebih besar dan bermakna
dibanding dengan sendirian. Dengan kebersamaan, satu sama lain akan saling
mengisi sehingga saling memperkuat.
Sebagai wirausahawan pemula berstatus pelajar, memulai wirausaha dengan berkelompok (baca: kebersamaan) adalah
cara tepat untuk memulai. Disamping meminimalisir resiko, dengan
berkelompok potensi keterkikisan
semangat lebih kecil sebab ketika salah satu berada pada titik law
spirit (lagi kurang bersemangat alias bad mood) maka yang lain
akan mengambil peran untuk menyemangati. Disisi lain, berwirausaha berkelompok
juga akan melatih kebiasaan berbagi, baik berbagi tugas dalam hal tanggungjawab
maupun berbagi dalam hal hasil
akhir (positif atau negatif). Disamping itu, dalam sebuah kelompok biasanya terbentuk struktur yang berfungsi sebagai salah satu
alat membangun ikatan emosional kolektif
dari segenap unsur yang terlibat
didalamnya. Lewat kebersamaan, setiap orang akan terlatih bagaimana mengelola organisasi dan juga menyatukan energi dari
karakter yang beragam. Setiap orang akan
terlatih membangun tanggungjawab lewat pola-pola distribusi peran proporsional
untuk tujuan kolektif yang proses pedefenisiannya melaui musyawarah untuk
mufakat . Setiap orang pun akan terlatih menjadi pribadi terbuka lewat pola
evaluasi berjama’ah atas capaian-capaian kolektif yang merupakan indikator
obyektif keterbangunan kualitas kerjasama diantara mereka.
Kebersamaan semacam ini biasanya berbentuk koperasi siswa
atau dikenal dengan istilah kopsis. Sebagai koperasi berbasis anggota berstatus
pelajar, kopsis sangat strategis dijadikan sebagai media menumbuhkembangkan
kewirausahaan. Lewat memerankan diri Sebagai
laboratorium, kopsis bisa menjadi wadah penyerapan ragam gagasan dan
menindaklanjutinya menjadi satu aktivitas tersistematis dengan tetap memegang
teguh prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas dan produktivitas.
G. Peluang
Koperasi Siswa Berkembang
Sebagai koperasi kader, kopsis memiliki peran strategis
dalam pengembangan kewirausahaan bagi segenap siswa. kopsis berpotensi media bagi setiap letupan gagasan
yang tidak hanya akan meningkatkan variasi aktivitas produktif kopsis saja,
tetapi juga sekaligus meningkatkan kapasitas usaha kopsis itu sendiri.
Tantangannya adalah seberapa bisa pola pengelolaan kopsis
memerankan diri sebagai motivator bagi lahirnya gagasan-gagasan baru berbasis
talenta (bakat) siswa dan sekaligus memfasilitasi gagasan tersebut ke dalam
aksi nyata yang terencana. Sinergitas
antara guru selaku pembina dan siswa selaku subyek sekaligus obyek kopsis itu
sendiri menjadi kunci keterbangunan sebuah kopsis yang tangguh.
Sebagai gagasan awal dalam membangun kopsis berbasis
talenta kewirausahaan siswa, beberapa pemikiran tentang pengembangan kopsis
dijelaskan berikut ini :
1.
Kopsis
sebagai pendorong gairah kewirausahaan. Berwirausaha adalah tentang semangat menciptakan sesuatu
atau menambah nilai atas sesuatu. Oleh karena itu, kopsis selayaknya
menciptakan iklim kondusif melalui penanaman budaya kreatif di lingkungan
sekolah. Berbagai langkah harus diformulasikan sehingga terbangun image bahwa
berwirausaha adalah sebuah pilihan mulia dan terbuka kapanpun untuk memulainya.
Para siswa di dorong untuk lebih percaya diri dan memiliki keberanian untuk mengemukakan
gagasannya sekaligus bertanggungjawab mewujudkannya.
2.
Kopsis
sebagai penyanggah likuiditas bagi gagasan-gagasan baru. Lewat mengembangkan
budaya menabung di kalangan anggota
(baca: siswa/i) , maka akan terkumpul
sejumlah potensi modal yang bisa dioptimalkan bagi penciptaan daya dorong
tumbuhnya gagasan-gagasan kewirausahaan. Untuk meminimalisir resiko, setiap
daya dukung finansial yang akan diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengkajian
kelayakan atas setiap gagasan yang muncul.
H.
Penghujung ; sebentuk khayal indah tentang sekolah gratis
Terlepas Pemerintah bermaksud menyelenggarakan sekolah
gratis secara bertahap, sebenarnya SLTA-SLTA berpotensi melakukan hal sama melalui
menumbuhkembangkan kewirausahaan dikalangan siswa. Mewujudkan hal ini memang
bukan perkara mudah, namun demikian dengan bermodalkan sinergitas antara sekolah,
para guru dan segenap siswa bukan tidak mungkin diwujudkan tanpa menghilangkan
identitas sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan. Bagaimana kewirausahaan
dipersepsikan segenap stake holder sekolah sebagai bagian
dari sistem pendidikan merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Dengan
demikian, segenap stake holder sekolah tidak bersikap dualisme
memandang segala langkah-langkah pengembangan kewirausahaan di lingkungan
sekolah. Hal ini memerlukan sosialisasi
dan edukasi tentang pentingnya
kewirausahaan dan nilai-nilai kebaikan. Kampanye ini tidak cukup hanya dilakukan
sebatas lingkungan sekolah (guru dan murid) tetapi juga pada segenap orang tua
dan masyarakat.
Setelah mindset dan keberpihakan terhadap
kewirausahaan terbentuk, langkah selanjutnya adalah memerankan sekolah sebagai
agen pembentuk semangat berwirausahaan dan memerankan kopsis sebagai tempat uji efektivitas
aplikasi pendidikan kewirausahaan. Dengan demikian, keterkaitan proses
pendidikan dan pertumbuhan kopsis menjadi begitu kuat. Kualitas sinergitas
antara sekolah dan kopsis akan berbanding lurus dengan tumbuhkembangnya budaya
berwirausaha dikalangan siswa. Artinya, semakin mem-budaya nya wirausaha di kalangan
siswa berarti semakin tingginya produktivitas dari optimalisasi setiap
talenta wirausaha siswa dan sekaligus
efektivitas pola edukasi yang diselenggarakan oleh sekolah.
Khusus di kalangan siswa, pertumbuhan produktivitas (hasil)
dari aktivitas berwirausaha ini selanjutnya dihubungkan dengan pembangunan
spirit kemandirian secara bertahap dan berkesinambungan. Dengan mengembangkan
tanggungjawab pribadi dan sikap empati
terhadap orang tua yang setiap harinya harus bekerja keras demi masa
depan anak-anaknya, perlahan akan muncul kesadaran untuk ikut meringankan beban
orang tua lewat aktivitas kwerausahaan. Ketika hal ini diwujudkan, maka bukan
hal mustahil produktivitas setiap siswa akan menyamai atau bahkan melampaui
biaya sekolah yang harus dibayarkan setiap bulannya. Pada titik ini “sekolah gratis berbasis kewirausahaan” bisa
diwujudkan.
Keterwujudan mimpi diatas akan memiliki multiplier
efek, khususnya keterjawaban output sistem pendidikan dalam membentuk
karakter pribadi mandiri,
bertanggungjawab dan kreatif. Lebih dari itu, keberhasilan ini juga berpeluang
menciptakan bola salju produktivitas yang berujung pada menunurunnya angka
pengangguran lewat pelibatan anggota masyarakat dalam proses produksi. Hal ini pun akan berefek pada keterjagaan
iklim kondusif dari masyarakat, karena produktivitas memiliki relevansi dengan
penurunan kerasahan sosial.
Demikian beberapa pemikiran sederhana tentang
menumbuhkembangkan kewirausahaan berbasis kolektivitas di lingkungan koperasi
siswa. Semoga menginspirasi kebaikan, baik bagi pertumbuhan koperasi siswa
secara kelembagaan maupun bagi kelahiran para wirausahawan handal yang memiliki
karya nyata dan juga menciptakan peluang kehidupan bagi lainnya. Amin.
Lembang, 26 September 2012
Penyusun,
Muhammad Arsad Dalimunte,SE,Ak
Korespondensi :
Email
dan fb : dafarafi@yahoo.co.id
+ komentar + 2 komentar
artikel yg bagus...
terima kasih atas apresiasinya..semoga kesuksesan senantiasa menghadiri hidup kita...aminn..
Posting Komentar
.