Ini tentang ”spirit of fighting”, ini tentang penggandaan gairah untuk kelahiran
karya-karya spektakuler, ini tentang gengsi dan harga diri, ini tentang citra
diri, ini tentang apresiasi bagi yang tertinggi, ini persoalan hukumuan bagi
mereka yang malas berlatih, ini jalan pintas mencari potensi yang layak di
orbitkan, ini tentang keinginan menghadirkan orang-orang terbaik dalam satu komunitas bervisi unggul, ini tentang
perulangan sejarah perlombaan pertemuan sel telur dan ovum yang merupakan
muasal keterlahiran manusia....semua menjadi pembenar dan memotivasi perulangan
tersajinya pertandingan demi pertandingan hidup dalam segala variasi bentuknya.
Ironisnya, kemenangan tak
jarang melahirkan perasaan lebih dan menjadi sumber parcaya diri. Yang menang
tertawa lepas saat air mata dan jerit
bathin begitu dalam berlangsung disisinya. Yang kaya juga tak jarang memaknai
sebagai pembenar untuk selalu di dengar dan bisa berbuat apa saja. Penguasaan
yang satu terhadap lainnya tak terhindari.
Akibatnya, bukan tak jarang kekalahan melahirkan dendam kesumat yang terkuak
dalam sikap dan perwajahan yang tak kunjung beraura cerah. Bahkan kekalahan tak
jarang menimbulkan kreasi negatif untuk bisa menyemat sebutan lebih baik dari
yang lain.
Ini paradigma dunia dan mungkin terlalu naif untuk dipermasalahkan. Ini
tentang pemanjaan ”killing insting” yang
diyakini ada pada setiap manusia. Ini tentang dinamika hidup yang diyakini mati
bila pertandingan ditiadakan. Ini tentang gairah yang memerlukan saluran
pemuasnya. Sisi negatif dari pertandingan diyakini akan lenyap dengan sendirinya walau pada kenyataannya
hanya sedikit yang berhak menyemat kata ”juara” dan sisanya adalah kelompok
mayoritas berstatus terkalahkan.

Sesungguhnya
ada yang terlupa, peserta lomba adalah manusia yang terlahir dengan
keunikan dan talentanya masing-masing. Andai mereka di kolaborasikan
menjadi kombinasi akumulasi potensi, tak
kan ada lagi yang merasa tersaingi, tak ada lagi yang merasa terkalahkan, tak
ada lagi yang merasa terpinggirkan. Naluri membunuh akan berubah menjadi naluri
saling asah, saling asih dan saling asuh.
Pada titik itu, manusia telah kembali ke fitrahnya...KAH???
Posting Komentar
.