A. Pembuka
Sebagai sebuah ideologi
(gagasan dan keyakinan sistematis), koperasi diyakini sebagai alat perjuangan
untuk meningkatkan kesejahteraan berbasis kolektivitas (kebersamaan). Bahkan
beberapa tokoh dan pakar koperasi memandang koperasi sebagai model dan
sekaligus alat perjuangan efektif untuk melakukan koreksi bijak atas praktek
kapitalisme yang menyebabkan kendali perekonomian hanya pada beberapa kelompok saja.
Pada beberapa kajian ilmiah
seperti diskusi, seminar atau lokakarya semua hapir berpandangan bahwa koperasi
berpeluang besar dan memiliki
efektivitas tinggi menjadi sistem ekonomi
efekti bagi peningkatan kesejahteraan, pemerataan kesempatan dan
sekaligus membentuk keadilan ekonomi.
Kesimpulan ini di perkuat oleh beberapa fakta menarik di berbagai belahan dunia dimana
koperasi berhasil memainkan peranan penting dalam sektor perekonomian negara.
Disisi lain, di tetapkannya tahun 2012 sebagai tahun koperasi dunia oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-bangsa) menjadi penguat bahwa nilai-nilai dan praktek koperasi
telah terbukti kebenarannya, kebermanfaatannya dan implikasi positifnya dalam
membangun kehidupan yang lebih bermartabat. Hal ini diperkuat lagi dengan pemilihan
thema Tahun Koperasi Dunia 2012 yang berbunyi : “cooperative’s entreprise build better world”.
B. Membedah Defenisi Koperasi
Sebelum lebih jauh
membicarakan koperasi, berikut ini disajikan
defenisi koperasi hasil f kesepakatan ICA (International Cooperastive
Alliance/ Alliansi koperasi dunia) di Manchester, Inggris, 1995: “Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang
bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial & budaya bersama melalui perusahaan yang
mereka miliki bersama & mereka kendalikan secara demokratis”.
Dari defenisi tersebut diatas, dapat
ditemukan jawaban pertanyaan dasar
tentang apa, mengapa dan bagaimana seharusnya
berkoperasi sebagaimana dibedah secara
singkat berikut ini :
2.
Menjawab
mengapa/untuk apa (why).
Tujuan berkoperasi adalah untuk memenuhi aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya. Untuk itu, apapun aktivitas yang
akan di jalankan koperasi haruslah
mewakili kebutuhan mayoritas anggota berdasarkan stratifikasi yang disepakati dan
disusun bersama. Dengan demikian,
koperasi hakekatnya merupakan media penyatuan kepentingan dari segenap
pemiliknya (anggotanya).
3.
Menjawab bagaimana (how). Dalam mencapai tujuannya, koperasi membangun perusahaan
yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Untuk
mencapai tujuan-tujuan diatas, maka koperasi perlu membangun perusahaan yang
mereka miliki bersama dan dalam pengelolaannya memegang teguh pada nilai-nilai
koperasi seperti keterbukaan, kesetiakawanan, saling tolong menolong, kepedulian
sesama dan lain sebagainya. Dengan demikian,
nilai-nilai yang menjadi pedoman tersebut akan menjelma menjadi “pembeda
yang nyata” dan sekaligus sebagai simbol kualitas kebersamaan (kolektivitas) yang terbangun.
C. Membangun Koperasi
D. Kampus Sebagai Media Strategis
Untuk Memulai
Tri dharma perguruan tinggi terdiri
dari pendidikan, penelitian dan pengabdian pada ,masyarakat. Kombinasi 3 (tiga)
hal ini pula yang telah menjadikan
kampus dipercaya oleh masyarakat sebagai agen perubahan. Kampus yang dihuni
oleh kaum intelektual memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk memformulasikan
sebjah perubahan. Namun demikian, ketika tanggungjawab sosial insan kampus
melemah dan justru asik dengan diri sendiri, maka pada titik inilah berharap
perubahan berawal dari kampus menjadi tak mungkin lagi.
Ditengah lemahnya apresiasi
masyarakat terhadap koperasi, ditengah minimnya fakta-fakta (baca: karya) nyata
tentang kedigdayaan koperasi dalam membangunan tatanan kehidupan masyarakat
yang lebih bermartabat, di tengah banyaknya koperasi yang berpraktek layaknya
non koperasi, ditengah sepinya koperasi yang berjalan diatas konsepsinya
sendiri, peranan kampus menjadi sangat strategis dan diharapkan mengambil
tanggungjawab untuk memulai perubahan lewat ketauladanan berkarya. Untuk itu, selayaknya
Kampus berinisiatif membangun sebuah
koperasi yang sesuai konsepsi JATI DIRI nya dan memiliki kebermanfaatan-kebermanfaatan
yang nyata bagi segenap stake holder dan masyarakat luas pada umumnya. Kalau itu benar-benar bisa di wujudkan oleh
institusi kampus , maka apresiasi dan gairah masyarakat untuk
menumbuhkembangkan koperasi akan tumbuh dan berkembang secara bertahap dan
berkesinambungan.
E. Keterukuran
Dalam kajian ilmiah,
kebersamaan (kolektivitas) adalah modal luar biasa dan strategis dalam
membentuk keberdayaan. Namun
demikian, dalam tinjauan lapangan,
membangun kolektivitas itu pula yang
sering sulit diupayakan. Hal ini mungkin karena belum tertemukannya
metode efektif dalam membentuk kesamaan persepsi dan ekspektasi terhadap
koperasi itu sendiri.
F. Mewujudkan Karya Sebentuk
Koperasi
Mewujudkan sebuah karya tidak
lah semudah membalikkan tangan, namun
demikian itu bukan alasan memadamkan mimpi dan keinginan untuk berkarya. Pepatah
bijak mengatakan, “dimana ada kemauan di
situ pasti ada jalan”. Artinya,
kemauan selalu diyakini menjadi sumber energi dan inspirasi.
Demikian halnya koperasi yang
dalam roh perjuangannya berbasis pada kolektivitas (kebersamaan). Kebaikan-kebaikan yang terkandung dari sebuah
kebersamaan sepatutnya menjadi alasan penguat dan sumber lipatan energi untuk
terus menekuninya.
Sebelum memasuki tahapan
operasional, ada satu hal yang terlebih dahulu hadir di sebuah koperasi, yaitu
“keyakinan
kolektif”. Hal inilah yang pertama kali harus terbangun di segenap
anggota koperasi. Jika tidak, maka kondisi ini berpotensi menimbulkan konflik-konflik yang
memforsir banyak energi dan menjauhkan koperasi dari hakekat dan tujuan awalnya. Lebih baik tak melakukan
apapun sebelum meyakini betul bahwa “keyakinan kolektif” itu
benar-benar terbangun secara massif.
Satu hal yang memerlukan perhatian, koperasi adalah kumpulan orang yang masing-masing
memiliki
masa lalu , sejarah perjalanan hidup dan karakter yang berbeda-beda. Untuk
itulah, komunikasi yang intensif dan keterbukaan satu sama lain sangat membantu bagi akselerasi keterbentukan
apa yang disebut “keyakinan kolektif”.
Sementara itu, pada tingkat
operasionalisasi sebuah koperasi dapat di golongkan menjadi 3 (tiga) tahapan
berikut ini, yaitu :
2.
Sesi implementasi segala komitmen
yang terbangun pada tahap pertama.
3.
Duduk bersama lagi untuk; (i) menilik
pencapaian ; (ii) mengevaluasi konsistensi komitmen masing-masing anggota (auto
koreksi berjama’ah) ; (iii) merancang mimpi berikutnya; (iv) distribusi peran
efektif dalam pencapaian mimpi baru yang
telah didefenisikan secara bersama-sama dan; (v) me-refresh
spirit kolektif semua pemilik organisasi sebagai modal untuk memasuki tahapan berikutnya.
Tahapan semacam inilah yang
dinamakan kolektivitas dalam koperasi. Kebersamaan tidak hanya dalam proses
penyusunan rancangan mimpi, tetapi juga dalam proses pencapaiannya. Dengan
demikian, apapun hasil akhirnya dibaca sebagai hasil karya bersama (kolektif).
Jadi, dalam koperasi tidak ada istilah keberhasilan atau kegagalan perorangan,
karena koperasi adalah milik bersama.
Demikian pemikiran sederhana
tentang koperasi, semoga mampu men-stimulan
kesadaran dan lompatan kemauan untuk mewujudkan sebuah koperasi tangguh yang menginspirasi lebih banyak orang
untuk mengkampanyekan kebaikan-kebaikan
koperasi melalui keseimbangan orasi dan aksi. Aminn.
+ komentar + 2 komentar
PAK SAYA MINTA IJIN AMBIL MATERI INI BUAT BAHAN TULISAN SAYA (JAELANI kOPERASI KOPMA STAIN PURWOKERTO)
Silahkan Kang Jaelani....sepanjang untuk kebaikan....selamat menulis...
Posting Komentar
.