MEMBERDAYAKAN KOWAPI DARI PERSPEKTIF SPIRIT BERKOPERASI | ARSAD CORNER

MEMBERDAYAKAN KOWAPI DARI PERSPEKTIF SPIRIT BERKOPERASI

Kamis, 26 Mei 20110 komentar

(akan disampaikan pada diskusi anggota,penguus dan pengawas KOWAPI (Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia) Kab.Banyumas,Jawa Tengah, 28 Mei 2011)


A. Pembuka
Telusur ilmiah membenarkan bahwa koperasi berpotensi menjadi soko guru ekonomi sebagaimana di cita-citakan oleh Bung Hatta. Namun demikian, tampaknya realitas mayoritas berkata beda dan kebanyakan koperasi belum bisa memerankan diri menjadi pemain penting di negeri ini, khususnya di bidang ekonomi. Tak bijak mencari siapa yang salah, tetapi lebih produktif menelusur apa yang telah keliru.

Kesimpulan sementara dari pengamatan panjang selama 17 (tujuh belas) tahun, core problem (masalah utama) kebelum optimalan peran koperasi di negeri ini adalah karena deviasi (berjarak-nya) antara konsepsi dan praktek. Banyak koperasi terjebak dalam cara-cara non-koperasi dan meninggalkan ”jati diri” nya. Banyak koperasi tak melihat lagi ”jati diri” sebagai konsep yang mengandung nilai-nilai keunggulan yang tidak tertandingi oleh badan usaha lainnya. Akibatnya, Banyak koperasi terjebak pada pola-pola non koperasi demi perolehan SHU (sisa hasil usaha). Ironisnya, tak banyak yang mampu survive dan akhirnya memilih menyerah.


B. Hakekat

Hakekat koperasi adalah kolektivitas (kebersamaan), mulai dari proses pendefenisian cita-cita maupun pencapaiannya. Dalam membangun keberdayaan koperasi, ”Penyatuan potensi” sebagai muasal lahirnya ragam aktivitas organisasi dan usaha harus diikuti optimalisasi dan konsistensi distribusi peran dari anggota, pengurus dan juga tidak ketinggalan pengawas. Sinergitas dan optimalisasi partispasi (peran) dari segenap unsur organisasi menjadi faktor penentu akan seperti apa sebuah akhir perjuangan.

Dalam pembacaan yang demikian, maka sesungguhnya hasil akhir dari sebuah perjalanan (baik atau buruk) harus dibaca sebagai ”hasil bersama”, bukan hasil salah satu unsur organisasi saja. Oleh karena itu, seberapa ragam karya yang tersaji, berapa banyak hal yang bisa dinikmati dan seberapa banyak makna yang tercipta merupakan alat ukur obyektif seberapa jauh sebuah koperasi berkemampuan memobilisasi kolektivitas (kebersamaan) di tengah ragam perbedaan yang menjadi bagian yang pasti tak pernah terpisahkan dari sebuah komunitas yang bernama koperasi.

Untuk ”bahagia bersama” sesungguhnya koperasi bermula. Dengan demikian, ke-tidak atau ke-belum bahagiaan sesungguhnya bukanlah bahan untuk saling mencela atau menjadikannya tiket untuk saling meniadakan, tetapi harus dijadikan alat efektif memotivasi agenda ”auto koreksi berjama’ah” yang menghasilkan jawab atas ragam tanya ”mengapa ke-belum bahagiaan” hadir.

Kebahagiaan tidak datang tiba-tiba, tetapi merupakan implikasi positif dari akumulasi tindakan efektif dalam mewujudkan kebahagiaan itu sendiri. Restu Tuhan tidak hadir tanpa alasan, karena hal itu akan menimbulkan pertanyaan manusia tentang keadilan-Nya. Keberpihakan-Nya hanya hadir ketika terdapat faktor-faktor yang layak untuk di karuniai keberhasilan. Mungkin, tidak berlebihan berkesimpulan terkadang manusia tidak sunguh-sungguh menginginkan keberhasilan itu datang. Hal ini terlihat dari berjaraknya do’a dan cita-cita dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pencapaiannya. Dengan kata lain, terkadang manusia tanpa sengaja telah membuat Tuhan tertawa atas do’a-do’a yang dipanjatkannya.


B. Koperasi dan Keberhasilan

Koperasi merupakan kumpulan orang yang berkeyakinan bahwa ”bersama” mengandung nilai harapan. Bermodalkan penyatuan keyakinan dan potensi, koperasi mendefenisikan cita-cita nya secara berjama’ah dengan melibatkan segenap unsur organisasi. Selanjutnya, dalam tahapan pencapaiannya melalui distribusi peran proporsional di segenap unsur organisasi (pengurus/manajemen, anggota dan pengawas).

Kalau proses demikian mem-budaya dalam keseharian berkoperasi, maka dipastikan RAT (Rapat Anggota Tahunan) tidak lagi menjadi momen pengadilan (bila tidak mau dikatakan pembantaian) pengurus dan pengawas, tetapi RAT akan menjadi moment strategis menilik pencapaian bersama dan sekaligus evaluasi kolektif atas konsistensi dan partisipasi segenap unsur organisasi atas apa-apa yang disepakati pada RAT sebelumnya. Diamping itu, RAT akan menjadi ajang re-fresh spirit kebersamaan, perumusan mimpi-mimpi baru dan peran-peran yang seyogyanya dilakukan semua pihak di hari berikutnya.

Saatnya pengurus dan pengawas tidak menjebakkan diri lagi dalam kepahlawanan keliru dengan memposisikan anggota sebagai pengamat dan penikmat. Saatnya anggota di edukasi dan di dorong menjadi ”subyek dan juga obyek” pembangunan koperasi itu sendiri. Saatnya anggota di dorong memaknai ”kepemilikan” dan status ”anggota” dalam konteks ”tanggungjawab”. Iuran rutin (simpanan wajib/SW) harus di edukasikan bukan sebagai tiket untuk memposisikan diri sebagai pemodal (sebagaimana di PT/perseroan terbatas), tetapi wujud nyata tanggungjawab ikut membesarkan koperasi. Segenap unsur organisasi harus saling bahu membahu untuk pertumbuhan produktivitas dan perluasan makna. Inilah alasan mengapa koperasi hanya mengenal keberhasilan dan kegagalan ”kolektif” dan bukan ”perorangan”.


C. Kowapi dan Peluang
Sejujurnya, saya tidak punya informasi yang cukup tentang rumah tangga (internal) Kowapi, tetapi terselenggaranya agenda hari ini mencerminkan bahwa Kowapi memiliki kualitas berkoperasi yang patut di apresiate dan di contoh oleh koperasi-koperasi lainnya. Terselenggaranya agenda semacam ini juga menandaskan bahwa Kowapi sangat respek terhadap pendidikan, yang merupakan bagian terpenting dari upaya membangun sebuah koperasi.

Disisi lain, Kowapi sangat potensial menjadi koperasi besar. Harapan ini tidak terlalu berlebihan mengingat Kowapi merupakan tempat berkumpulnya para pengusaha yang tentu ”lihai dan teruji” dalam hal wirausaha. Artinya, insan-insan yang ada di Kowapi sangat potensial meng-create (mencipta) banyak kreasi dengan bakat-bakat yang melekat sejak koperasi ini terlahir.Dengan kata lain, dalam tinjauan ideal, tak ada alasan Kowapi untuk tidak berkembang.


D. Tantangan
Adalah benar mewujudkan semua itu tidak semudah membalikkan tangan.Tetapi pada titik ”ketidak mudah-an” itu lah letak perjuangan sesungguhnya. Demikian hal nya dengan Kowapi. Disatu sisi, Kowapi merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki talenta (bakat) yang luar biasa, di sisi lain banyaknya talenta ini bisa menjadi bumerang ketika gagal dalam tahapan penyatuan kepentingan.

Semangat korsa (baca: kesatuan) dan kedewasaan dalam mensikapi setiap perbedaan yang ada, menjadi 2 (dua) modal penting sekaligus tantangan yang harus dipupuk dan di kembangkan. Ragam potensi yang ada harus di manage sedemikian rupa sehingga tercipta sinergitas diantara unsur yang ada di Kowapi. Peran leadership (baca: jiwa kepemimpinan) dari segenap unsur orgaisasi Kowapi juga memegang peranan penting dalam memobilisasi ragam peluang. Kerterjagaan ”kepentingan kelompok dalam artian koperasi”” dan ”terakomodirnya kepentingan pribadi anggota” yang nota bene adalah pengusaha merupakan 2 (dua) agenda yang harus jalan bersamaan. Bagaimana membuat 2 (dua) agenda ini saling mendukung merupakan pekerjaan terbesar dari Kowapi.

Sejujurnya ini bukan perkara mudah, tetapi eksistensi Kowapi sampai detik ini menegaskan bahwa Kowapi mampu melakukannya dengan baik.


E. Penghujung
Koperasi lahir untuk membahagiakan segenap unsur organisasinya (pengurus, pengawas dan anggotanya) yang dalam pencapaiannya memerlukan keikhlasan dan kemauan setiap unsur organisasi mengambil tanggungjawab proporsional.

Mungkin, semua dari pribadi-pribadi kita sudah sangat terlatih berjuang untuk membahagiakan diri sendiri, tetapi mewujudkan ”kebahagiaan bersama”dalam konteks ”Koperasi” memerlukan penyesuaian-penyesuaian dan keterpeliharaan keinginan kuat atas ”terbangunnya kebersamaan” itu sendiri.

Pada akhirnya, Koperasi adalah sebuah organisasi yang senantiasa mendorong setiap insan yang terlibat di dalamnya untuk terlatih dan terbiasa dengan kata ”KITA” dalam makna yang seluas-luasnya. Dengan demikian apapun yang sudah dan akan lahir dari kebersamaan di koperasi, sesungguhnya adalah ”imbas” dari kualitas ke-KITA-an yang terbangun dan terjaga diantara pengurus, pengawas dan anggota. Semoga pemikiran sederhana ini menginspirasi.....
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved