Pengalaman Bathin Seorang Sebut Saja Namanya Mukzi (Sahabat yang tidak mau disebut namanya)...
sebagaimana kebiasaan mukzi memulai aktivitas selalu membuka emailnya. Dia melihat beberapa email masuk dan mendapati satu email dari orang yang tidak dia kenal, kemudian dia langsung membukanya. Ternyata dari salah satu mahasiswi D2 yang pernah diajarnya saat berkesempatan menjadi dosen tamu disebuah kampus. Di dalam emailnya, mahasiwi itu menceritakan tentang bagaimana perjuangan panjangnya untuk bisa berkuliah dan kondisi dia yang kebetulan belum bisa membayar SPP berikut jumlahnya. Rasa syukur dan semangat membara untuk bersekolah begitu tegas dalam kalimat-kalimatnya sampai Mukzi meneteskan air mata….mahasiswi itu juga menjelaskan bahwa dia tinggal di sebuah pesantren yang tidak jauh dari kampusnya. karena situasi Mukzi sedang tidak memungkinkan berbagi, kemudian dia berdo’a semoga anak ini menemukan jalannya…diakhir do’anya Mukzi memohon kepada Tuhan untuk diberi kesempatan menyelesaikan masalah anak tersebut…kemudian Mukzi kembali melanjutkan membuka email berikutnya yang berhubungan dengan tugas-tugasnya sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
Beberapa hari kemudian, di suatu malam saat Mukzi sedang online, tiba-tiba seorang sahabatnya yang sangat dia kenal menyapanya untuk minta tolong menyerahkan zakat mal'nya pada yang berhak sejumlah Rp 550.000,oo (yang katanya akumulasi zakat mal dari gajinya selama 5 bulan). Melihat ini sebagai peluang kebaikan, Mukzi langsung menyanggupi. selanjutnya, sahabat tersebut menutup pembicaraannya dengan mengucapkan terimakasih atas kesediaan Mukzi dan insya Allah akan mentransfer pada no rekening yang sudah diinformasikan mukzi.
Mukzi pun menutup labtop nya dan bergegas tidur. Ragam tanya kemudian muncul di kepalanya, mengapa harus aku yang diamanahi..???, apa maksud Allah dengan amanah ini???...ragam pertanyaan muncul di fikirannya sampai Mukzi teringat email seorang mahasiswi itu. Mungkin inilah jawaban untuk masalah mahasiswi tersebut, fikirnya. Dia bergegas kembali membuka labtopnya dan mencari nomor HP mahasiswi tersebut di dalam emailnya. Mukzi melihat jam di sudut komputernya menunjukkan jam 23.45 Wib…tak etis menelepon semalam ini…akhirnya Mukzi berkirim sms mengundang mahasiswi tersebut ke kantornya.
Keesokan paginya, Mukzi kedatangan mahasiswi itu di ruang kerjanya dan menyampaikan bahwa dia ketitipan amanah dari sahabatnya berupa zakat mal senilai Rp 550.000,oo. Kemudian mukzi menanyakan apakah anak ini berkenan menerimanya. Tiba-tiba anak itu tertunduk diam dan meneteskan air matanya…tak lama kemudian dia menegakkan wajahnya dan berucap alhamdulillah ya Allah dengan air mata yang masih berderai…Mukzi ikut larut dan berkaca-kaca. Mukzi mengatakan ini bukti kebesaran dan kasih sayang Allah. Wujudkanlah rasa syukur itu dengan meneruskan dan bahkan menambah kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dijalankan selama ini. Akhirnya anak itu berpamitan dan mengucapkan terima kasih…atas ucapan itu, mukzi menimpali;” anda tidak pantas berterimakasih pada saya, tetapi berterimakasihlah pada sang pemberi amanah dan juga pada Allah. Bahkan saya yang berterimakasih pada anda, pemberi amanah dan juga Allah yang telah menghadirkan pengalaman bathin yang luar biasa ini” Anak ini kemudian menjawab “Ya Pak…” sambil mengucapkan salam dan berpamitan. Kemudian Mukzi melanjutkan pekerjaannya. Tidak lupa, sebelum pulang kantor, Mukzi berkirim email mengucapkan terimakasih kepada si pemberi amanah dan sekaligus menceritakan proses terjadinya penyerahan amanah tersebut. Beberapa bulan kemudian sesudahnya, mahasiswi itu mengabarkan dan sekaligus berpamitan memohon do’a bahwa dia diterima kerja di sebuah perusahaan besar di Batam.
Suatu pagi di bulan berikutnya, mukzi mendapat sms dari sahabatnya yang sama dan mengabarkan bahwa dia baru saja mentransfer uang zakat mal dari penghasilannya bulan itu sebesar Rp 75.000,oo. Kemudian Mukzi menyampaikan terimakasih atas kepercayaannya dan Insya Allah akan menjalankan amanah tersebut serta berjanji akan melaporkannya ketika sudah tersalurkan. Saat bergegas pulang kantor menuju parkiran, mukzi teringat amanah sahabatnya itu. Sambil memanasi kendaraannya sejenak dia berdo’a agar disepanjang jalan pulangnya diberi inspirasi oleh Allah penerima yang tepat atas amanah ini. Dia mulai menjalankan kendaraannya ditengah gerimis kecil yang mulai turun. Ditengah jalan, ditengah gerimis yang semakin deras, dia melihat seorang tukang sol sepatu sedang berjalan di trotoar memanggul peralatan kerjanya. Dia kemudian teringat amanah sahabatnya dan kemudian bergegas ke pinggir dan langsung menyapa tukang sol sepatu yang berumur 50 tahun-an. Ditengah gerimis yang sudah mendekati hujan, mukzi menceritakan maksudnya…tukang sol sepatu itu langsung menyalami dan menciumi tangan mukzi sambil mengatakan bahwa hari itu dia tidak mendapat pelanggan satu pun. Akhirnya si Mukzi berpamitan dan mendapati bapak itu dengan air mata bahagia yang berbalut senyum sumringah. Pada saat berpamitan, mukzi menyempatkan memberi nasihat agar lebih rajin beribadah dan menyampaikan salam untuk keluarga beliau. Sesampai di rumah, mukzi langsung membuka labtopnya dan melaporkan via email kepada sahabatnya nya tentang kejadian itu.
Dibulan berikutnya…sahabat mukzi itu mentransfer lagi zakat malnya Rp 100.000,oo lewat mukzi. Teringat cara dia mencari penerima yang tepat pada amanah yang ke-2. Dia mengulanginya lagi saat bergegas menuju kantor. Dia panjatkan do’a pada Allah agar ditunjukkan penerima zakat ini yang tepat disepanjang perjalanannya menuju kantor. Dipertigaan, dia seperti diarahkan untuk melihat ke arah sudut dan mendapati seorang tukang becak yang sedang tertunduk lesu dibangku becaknya. Dengan teknik yang sama kepada tukang sol sepatu, dia serahkan amanah tersebut, sambil berharap ada hal yang jawaban rasional mengapa orang ini yang di tunjuki Allah. Akhirnya dia dapatkan jawaban bahwa tukang becak tersebut sedang bingung tak punya uang untuk memeriksakan istrinya ke dokter….Subhanallah. Terimakasih Tuhan atas amanah ini…terima kasih sahabat yang mengamanahi padaku..terimakasih atas 3 (tiga) pengalaman bathin yang luar biasa ini..pungkasnya sambil memacu kendaraannya menuju kantor. Sesampai di kantor, seperti biasa sesudah menjalankan amanah, dia berkirim email pada sahabatnya itu.
sebagaimana kebiasaan mukzi memulai aktivitas selalu membuka emailnya. Dia melihat beberapa email masuk dan mendapati satu email dari orang yang tidak dia kenal, kemudian dia langsung membukanya. Ternyata dari salah satu mahasiswi D2 yang pernah diajarnya saat berkesempatan menjadi dosen tamu disebuah kampus. Di dalam emailnya, mahasiwi itu menceritakan tentang bagaimana perjuangan panjangnya untuk bisa berkuliah dan kondisi dia yang kebetulan belum bisa membayar SPP berikut jumlahnya. Rasa syukur dan semangat membara untuk bersekolah begitu tegas dalam kalimat-kalimatnya sampai Mukzi meneteskan air mata….mahasiswi itu juga menjelaskan bahwa dia tinggal di sebuah pesantren yang tidak jauh dari kampusnya. karena situasi Mukzi sedang tidak memungkinkan berbagi, kemudian dia berdo’a semoga anak ini menemukan jalannya…diakhir do’anya Mukzi memohon kepada Tuhan untuk diberi kesempatan menyelesaikan masalah anak tersebut…kemudian Mukzi kembali melanjutkan membuka email berikutnya yang berhubungan dengan tugas-tugasnya sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
Beberapa hari kemudian, di suatu malam saat Mukzi sedang online, tiba-tiba seorang sahabatnya yang sangat dia kenal menyapanya untuk minta tolong menyerahkan zakat mal'nya pada yang berhak sejumlah Rp 550.000,oo (yang katanya akumulasi zakat mal dari gajinya selama 5 bulan). Melihat ini sebagai peluang kebaikan, Mukzi langsung menyanggupi. selanjutnya, sahabat tersebut menutup pembicaraannya dengan mengucapkan terimakasih atas kesediaan Mukzi dan insya Allah akan mentransfer pada no rekening yang sudah diinformasikan mukzi.
Mukzi pun menutup labtop nya dan bergegas tidur. Ragam tanya kemudian muncul di kepalanya, mengapa harus aku yang diamanahi..???, apa maksud Allah dengan amanah ini???...ragam pertanyaan muncul di fikirannya sampai Mukzi teringat email seorang mahasiswi itu. Mungkin inilah jawaban untuk masalah mahasiswi tersebut, fikirnya. Dia bergegas kembali membuka labtopnya dan mencari nomor HP mahasiswi tersebut di dalam emailnya. Mukzi melihat jam di sudut komputernya menunjukkan jam 23.45 Wib…tak etis menelepon semalam ini…akhirnya Mukzi berkirim sms mengundang mahasiswi tersebut ke kantornya.
Keesokan paginya, Mukzi kedatangan mahasiswi itu di ruang kerjanya dan menyampaikan bahwa dia ketitipan amanah dari sahabatnya berupa zakat mal senilai Rp 550.000,oo. Kemudian mukzi menanyakan apakah anak ini berkenan menerimanya. Tiba-tiba anak itu tertunduk diam dan meneteskan air matanya…tak lama kemudian dia menegakkan wajahnya dan berucap alhamdulillah ya Allah dengan air mata yang masih berderai…Mukzi ikut larut dan berkaca-kaca. Mukzi mengatakan ini bukti kebesaran dan kasih sayang Allah. Wujudkanlah rasa syukur itu dengan meneruskan dan bahkan menambah kebiasaan-kebiasaan baik yang telah dijalankan selama ini. Akhirnya anak itu berpamitan dan mengucapkan terima kasih…atas ucapan itu, mukzi menimpali;” anda tidak pantas berterimakasih pada saya, tetapi berterimakasihlah pada sang pemberi amanah dan juga pada Allah. Bahkan saya yang berterimakasih pada anda, pemberi amanah dan juga Allah yang telah menghadirkan pengalaman bathin yang luar biasa ini” Anak ini kemudian menjawab “Ya Pak…” sambil mengucapkan salam dan berpamitan. Kemudian Mukzi melanjutkan pekerjaannya. Tidak lupa, sebelum pulang kantor, Mukzi berkirim email mengucapkan terimakasih kepada si pemberi amanah dan sekaligus menceritakan proses terjadinya penyerahan amanah tersebut. Beberapa bulan kemudian sesudahnya, mahasiswi itu mengabarkan dan sekaligus berpamitan memohon do’a bahwa dia diterima kerja di sebuah perusahaan besar di Batam.
Suatu pagi di bulan berikutnya, mukzi mendapat sms dari sahabatnya yang sama dan mengabarkan bahwa dia baru saja mentransfer uang zakat mal dari penghasilannya bulan itu sebesar Rp 75.000,oo. Kemudian Mukzi menyampaikan terimakasih atas kepercayaannya dan Insya Allah akan menjalankan amanah tersebut serta berjanji akan melaporkannya ketika sudah tersalurkan. Saat bergegas pulang kantor menuju parkiran, mukzi teringat amanah sahabatnya itu. Sambil memanasi kendaraannya sejenak dia berdo’a agar disepanjang jalan pulangnya diberi inspirasi oleh Allah penerima yang tepat atas amanah ini. Dia mulai menjalankan kendaraannya ditengah gerimis kecil yang mulai turun. Ditengah jalan, ditengah gerimis yang semakin deras, dia melihat seorang tukang sol sepatu sedang berjalan di trotoar memanggul peralatan kerjanya. Dia kemudian teringat amanah sahabatnya dan kemudian bergegas ke pinggir dan langsung menyapa tukang sol sepatu yang berumur 50 tahun-an. Ditengah gerimis yang sudah mendekati hujan, mukzi menceritakan maksudnya…tukang sol sepatu itu langsung menyalami dan menciumi tangan mukzi sambil mengatakan bahwa hari itu dia tidak mendapat pelanggan satu pun. Akhirnya si Mukzi berpamitan dan mendapati bapak itu dengan air mata bahagia yang berbalut senyum sumringah. Pada saat berpamitan, mukzi menyempatkan memberi nasihat agar lebih rajin beribadah dan menyampaikan salam untuk keluarga beliau. Sesampai di rumah, mukzi langsung membuka labtopnya dan melaporkan via email kepada sahabatnya nya tentang kejadian itu.
Dibulan berikutnya…sahabat mukzi itu mentransfer lagi zakat malnya Rp 100.000,oo lewat mukzi. Teringat cara dia mencari penerima yang tepat pada amanah yang ke-2. Dia mengulanginya lagi saat bergegas menuju kantor. Dia panjatkan do’a pada Allah agar ditunjukkan penerima zakat ini yang tepat disepanjang perjalanannya menuju kantor. Dipertigaan, dia seperti diarahkan untuk melihat ke arah sudut dan mendapati seorang tukang becak yang sedang tertunduk lesu dibangku becaknya. Dengan teknik yang sama kepada tukang sol sepatu, dia serahkan amanah tersebut, sambil berharap ada hal yang jawaban rasional mengapa orang ini yang di tunjuki Allah. Akhirnya dia dapatkan jawaban bahwa tukang becak tersebut sedang bingung tak punya uang untuk memeriksakan istrinya ke dokter….Subhanallah. Terimakasih Tuhan atas amanah ini…terima kasih sahabat yang mengamanahi padaku..terimakasih atas 3 (tiga) pengalaman bathin yang luar biasa ini..pungkasnya sambil memacu kendaraannya menuju kantor. Sesampai di kantor, seperti biasa sesudah menjalankan amanah, dia berkirim email pada sahabatnya itu.
Posting Komentar
.