MENGGAGAS OPTIMALISASI PERAN TPAKD KAB. BANYUMAS
Hari
ini, Jum’at, 07 Maret 2019, Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD)
Kab Banyumas menggelar rakor di ruang meeting Serayu Kantor OJK (Otoritas
Jasa keuangan) Perwakilan Purwokerto yang beralamat di jalan Gerilya,
Purwolerto. Tim ini di ketua oleh Sekretaris Daerah dan beranggotakan para
stake holder antara lain Assosiasi Perbankan, BI, OJK, Kampus-Kampus di
Lingkungan Kab, Banyumas, OPD Kab Banyumas, Kadin Banyumas dan lain
sebagainya. Fokus utama pertemuan kali
ini adalah “Kajian Potensi Ekonomi dan Akses Keuangan Daerah”. Untuk itu,
pertemuan kali ini mencoba menyusun
kajian potensi unggulan/sektor prioritas di daerah sebagai acuan dalam rangka
pernyusunan program kerja.
Mewakili
tuan rumah dan sekaligus pengurus TPAKD
Kab Banyumas, Bapak Sumarlan yang juga pimpinan OJK,
menyampaikan bahwa TPAKD merupakan merupakan media percepatan kesejahteraan
masyaralat dan peningkatan ekonomi daerah melalui percepatan akses keuangan
daerah. Selanjutnya, Bapak Sumarlan memaparkan beberapa program yang
sudah dilakukan oleh TPAKD Kab Banyumas dalam men-sukseskan keberadaan dan
peran strategis TPAKD antara lain ngobrol bareng wartawan, business matching, pembiayaan murah umkm, lomba
jurnalistik, roadshow, fasilitasi umkm, program laku semar (layanan
keuangan anti rentenir) dan lain sebagainya. Untuk program Laku Semar belum bisa sepenuhnya mampu menghilanglan
praktek rentenir. Hal ini dikarenakan adanya keunikan pelayanan rentenir yang
tidak mengenal jam waktu pelayanan sebagaimana pelaku jasa keuangan formal.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Asekbang) Sekda Kabupaten
Banyumas Ir Didi
Rudwianto M Si, yang hadir mewakili Sekda Kab Banyumas selaku
pompinan TPAKD Kab banyumas memyampaikan apresiasi dan terimakasih terhadap peran serta dan kinerja TPAKD dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan akses keuangan daerah.
“Presiden melalui Menko menyampaikan bahwa eksistensi TPAKD masih perlu terus digenjot
mengingat akses keuangan daerah masih dibawah 50 prosen. Hal ini berbeda dengan
negara tetangga seperti thailand yang sudah menyentuh angka 70 prosen. Untuk
itu, TPAKD harus mewujud menjadi SUPERTEAM
dan bukan SUPERMAN”. Sebagai awalan, penyatuan nawaiitu (baca:
niat) diperlukan sehingga mendorong terbangunnya penyatuan energi dan sinergitas”,
tegas beliau dalam sambutan dan arahannya
Disamping
masing-masing instansi, institusi dan organisasi tetap fokus pada tugas dan
tanggungjawab yang melekat sesuai bidang kerjanya masing-masing, perlu dibangun
semacam irisan yang merupakan ruang kolaborasi dan
sinergitas yang mendorong akselerasi masyarakat dalam hal mengakses keuangan
daerah. Sejalan dengan itu, diperlukan
perencanaan yang komprehensif dan terukur serta diikuti dengan monev (montitring
dan evaluasi) dan koordinasi yang intensif", lanjut Bapak Didik
rudwianto.
"terjadi
peningkatan Kredit UMKM pada tahun 2018. Hal ini mendorong optimisme untuk
terus tumbuhkembang. Mempermudah akses merupakan salah satu yang layak
dikaji untuk menekan ruang pelaku uang informal (sebutan lain bagi para
rentenir), seperti jam layanan, regulasi yang lebih sederhana, jasa yang lebih
rendah. Sosialisasi akses keuangan juga perlu
lebih ditingkatlan agar masyarakat lebih memahami secara utuh. Disamping
itu, peningkatan kapasitas UMKM perlu
dilakukan sehingga lebih berpeluang
untuk berkembang dan semakin layak
dari perspektif pelaku bisnis jasa keuangan. Dalam satu kajian tentang
UMKM yang dilakukan BI Perwakilan Kantor Purwokerto, masalah legalitas/perizinan
dan pernodalan merupakan 2 (dua) hal yang kerap menjadi masalah di lingkar UMKM
dalam meng-akses keuangan. Sebagai satu catatan, Industri pengolahan, hiburan
dan pariwisatan menjadi sektor primadona
yang berkontribusi dalam angka pertunbuhan ekonomi. Sementara itu, perdagangan
dan pertanian menjadi sektor berikutnya", ungkap Pak Agus Chusaini selahu pimpinan
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto.
Mewakili
akademisi, ada beberapa pemikiran dan gaagsan yang mengemuka, yaitu :
- . Prof Suli, yang juga Dekan Ekonomi FEB
Unsoed menyatakan bahwa pendekatan yang dilakukan perlu memperhatiak “value/nilai
tambah” yang diinginkan oleh para pelaku UMKM.
Untuk itu, dalam mengusun regulasi perlu memperhatikan "cost lebih rendah dan value/nilai lebih
tinggi" sehingga efektif dan
disambut baik oleh para pelaku UKM. Untuk itu, perlu dikaji Time Cost
(kecepatan pelayanan), pshycoloist cost (seperti ketidaknyamanan UMKM
ketika disurvey dan di intervew) dan juga learning cost. Jika hal ini tidak dilakukan maka kebijakan monetery cost berupa penurunan jasa tidak akan berjalan
efektif. Pasca penyusunan formula, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah proses
sosialisasi dan edukasi secara massif.
- . Bapak Dharmawan, akademisi dari UMP
menyoroti tentang efektivitas peningkatan akses keuangan terhadap pertumbuhan
bisnis. Perlu dipastikan bahwa penambahan modal
bukan bermakna pertumbuhan konsumsi yang berarti tidak tepat sasaran.
Tegasnya, perlu dipastikan bahwa peningkatan akses keuangan akan
berdampak pada pertumbuhan produktivitas UMKM. Disamping itu, pendampingan dinilai perlu agar
program berjalan lebih efektif.
- . Bapak Azis, akdemisi dari FEBI IAIN,
menyoroti tentang multiplier effect
keberadaan perguruan tinggi. Beliau melihat bahwa bisnis kos-kosan merupakan peluang
usaha bagi masyarakat yang tadinya tidak memiliki usaha. Sebagai contoh, rumah
gedek yang lantai nya tanah ketika diberi akses keuangan sehingga bisa menjadi kos-kosan.
Gagasan semacam ini dimaksudkan agar keberadaan
kampus tidak saja menjadi peluang bagi para pemilik modal tetapi juga bagi masyarakat kelas bawah.
Dipenghujung, Bapak Azis ber-testimoni tentang satu telusur beliau dengan para
tukang becak yang sering main kartu. Uniknya, saat ditanya alasan mereka melakukannya
sungguh mencengangkan, karena mereka merasa dengan bermain kartu selalu ada
"harapan" yang berpeluang untuk diraih.
Bapak Sugeng,
Pimpinan BPR/BKK menanggapi bahwa Pemerintah Banyumas memiliki paket
pinjaman
murah dengan jasa hanya 2 (dua) prosen
dengan plafond Rp 1.000.000 sd Rp 2.000.000. Mereka dibuat berkelompok (5 -20
orang) dan hanya boleh memperoleh satu kali saja pinjaman. Sampai hari
ini tercatat nilai serapannya lenimenyentuh angka Rp 13 Milyar dan masih ada
plafond yang tersedia untuk di akses senilai Rp 10.5 milyar. Pinjaman lunak ini
tidak dikenakan biaya provisi dan administrasi. Beliau juga mengharap bisa bekerjasama dengan
pihak kampus dan akademisi sehingga program ini lebih bisa memberikan dampak
kepada masyarakat tidak terkecuali mahasiswa/i
yang punya kesulitan dalam hal biaya kuliah dan atau lainnya yang mendukung
proses pendidikan para mahasiswa.
Pak Widarso,
Kepala Dinas Pertanian Kab Banyumas, mengkisahkan tentang nasib petani dimana
secara ekonomi sulit mencari titik kelayakannya. Perlu solusi komprehensif
agar penderitaan persoalan yang membelit keseharian mereka terselesaikan. Beliau
juga menyampaikan bahwa penyediaaan alat mesin pertanian disambut baik oleh
petani dan berharap ini menjadi bagian dari solusi. Beliau berharap seluruh
petani memiliki asuransi sehingga terhindar dari resiko seperti serangan hama
wereng , kebanjiran dan lain sebagainya. Secara data, petani yang sudah
mengikuti program asuransi sampai saat ini baru dikisaran 20 (dua puluh)
prosen.
Delegasi Bidang
UKM Dinas Tenaga kerja, koperasi dan UKM menyampaikan tentang program dana
bergulir untuk usaha mikro dengan plafond
Rp 5 juta/orang dan usaha kecil
25juta/orang. Sementara itu, para pelaku usaha mikro masih banyak yang
mengalami kendala pemasaran. Program Bapak Asuh dinilai perlu dalam upaya mengakselerasi
tumbuhkembang UKM.
Bu Erni Kabid
Pemasaran DPMPPTSP Kabupaten Banyumas menyampailan bahwa DPMPPTSP memiliki akses luas di wilayah pemasaran yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung
tumbuhkembang UKM. Ada satu hal yang menjadi catatan dimana kesiapan UKM masih
perlu diakselerasi, seperti dalam hal quality control dan kuantitas yang
berimplikasi pada pemenuhan quota. DPMPPTSP juga sedang berkoordinasi dengan Bappedalitbang
untuk melakukan pemetaaan dan ketegorisasi produk UKM sehingga teridentifikasi
mana yang orientasinya konsumsi lokal, nasional dan international. Berikutnya, DPMPPTSP juga menyelenggarakan Fasilitasi investasi yang akan mempertemukan
akademisi, Businessman dan Govertment.
Dipenghujung
acara, Bapak Didi Rudwianto menyampaikan bahwa semua pemikiran dan gagasan akan
diramu dan dikaji untuk kemudian dijadikan sebagai program TPAKD tahun 2019.
Beliau juga mengingatkan untuk me mem-packaging bahasa birokrasi dan bahasa ilmiah
ke dalam bahasa yang bisa difahami dan mudah diserap oleh oleh masyarakat luas.
Beliau juga menegaskan komitmen Pemkab
Banyumas untuk menumbuhkembangkan UKM. "MPP (mall pelayanan publik) juga diharapkan
memberikan perlakuan khusus terhadap UKM
dalam pengurusan perizinan sehingga mereka lebih termotivasi", ungkap beliau.
Posting Komentar
.