SAAT KEPERI-HEWAN-AN LELAKI
BAREP KU MENGEDEPAN
Purwokerto, 18
Feb 2019. Malam ini aku pulang larut kala ketiga lelaki sudah terlelap dalam
tidur, mengakrabi selimutnya dan mungkin juga sedang berselancar dalam mimpi. Alhamdulillah,
istriku masih terjaga menunggu kepulanganku sambil menyaksikan sinetron
pavoritenya. Usai mandi dan ganti pakaian, akupun langsung menyambangi meja
makan untuk berdamai dengan perut yang sejak tadi sore protes keras. Aku
langsung melahapnya sampai-sampai istriku bertanya “laper banget apa pah?”. Iya ma, tadi papa sengaja tidak meng-iyakan
tawaran makan malam saat silaturrahmi ke
rumah seorang yang baru saja pulang dari umroh. “Kenapa pa?”, sambut istriku. “Karena
papa ingin makan masakan mama”, jawabku diplomatis yang tampaknya memantik
wajah ceria istriku.
“Malam ini ada cerita unik pa?”, ungkap istriku usai
aku meneguk air putih mengakhiri makan malamku. Tadi Mas Daffa (demikian lelaki
barep ku biasa di sapa) terlambat pulang karena harus ke klinik hewan dulu. “Kenapa emangnya?”, tanyaku penasaran karena
memang terdengar tidak biasa. Ternyata, saat berkonvoi sepada motor pulang dari
SMA Al Irysad Al Islamiyyah, tiba-tiba saja ada kucing menyeberang dan tak
mungkin dihindari. Sebab, kalau nge-rem mendadak dikhawatirkan menyebabkan temen-temen kelabakan dan bahkan bukan tidak mungkin menabrak
Mas Daffa dari belakang. Tak pelak lagi, kucing itu pun tertabrak. Mendengar jeritan
sang kucing, Mas Daffa dan temen-temen nya pun langsung berhenti untuk
memastikan kondisi kucingnya.
Mendapati
hidung dan bibir kucing itu sedikit terluka disertai erangan yang mengundang
miris hati, mereka pun langsung bergerak cepat dan bersepakat membawanya ke
klinik hewan. “Mas Daffa tidak tega
melihat kondisi kucing itu, apalagi mendengar erangannya yang begitu menyayat
hati”, ungkap istriku menirukan kalimat lelaki barepku saat melaporkan peristiwa
yang menyebabkannya terlambat pulang sekitar 2 (dua) jam. “Trus bagaimana kondisi kucingnya?”,
tanyaku antusias. Alhamdulillah tidak ada patah tulang, hanya saja karena
bibirnya memar sehingga susah makan,
terpaksa diinfus dan juga rawat inap.
“Besok kita mbesuk kucingnya ke klinik yuh
mas”, Dek Deva (lelaki bontotku) ber-ide “Yuh Dek, Mas Daffa juga merasa
kasian banget sama kucing itu, apalagi saat diobatin sama dokter , kucing itu pasrah
sambil menatap mas daffa sampai jarum infus mendarat ketubuh kucing itu”, jawab
Mas Daffa. “Gimana nanti ya ma biaya perawatannya?”, lanjut mas daffa bertanya
pada mamanya. “ Iya, nanti mama akan
cerita ke papah. Karena niat Mas Daffa dan temen-temen baik, Insha Allah papah tidak
marah. Doakan aja papah ada rejeki biar kucingnya besok segera bisa pulang. Kejadian
ini juga sebagai pengingat untuk tidak
lupa bertasbih dan bersholawat setiap kali berkendaraan”, jawab istriku
menenangkan Mas Daffa. “Iya Ma....terus nanti kalau sudah sembuh kucingnya
pulang kemana ma?. Kan kucingnya kucing kampung bukan kucing peliharaan
sehingga tidak pasti siapa pemiliknya”, lanjut Mas Daffa bertanya pada mamanya.
“Ya udah, kita bawa saja ke rumah dan kita pelihara, “Gimana ma, setuju ndak?” ”,
usul Dek Deva sambil minta persetujuan mamanya. “Mama
setuju saja asal kalian konsekuen memelihara dan menyayangi kucing itu. Kalau ndak,
kita bisa berdosa”, jawab mamanya bernada sedikit nasehat.
Sejenak aku
terhenyak atas segala hal yang dikisahkan istriku malam ini. Ada perasaan haru
atas kondisi kucing itu di satu sisi dan ada pula rasa syukur luar biasa atas inisiatif
Mas Daffa dan temen-temennya membawa kucing itu ke klinik hewan. Setidaknya,
pada usia mereka yang masih duduk di kelas I SMA, mereka sudah memiliki
kepedulian. Mereka bisa saja meletakkan kucing itu ke pinggir jalan dan
kemudian pergi begitu saja. Alhamdulillah, mereka memilih tidak cuek dan bahkan
membawanya ke klinik hewan untuk pengobatan. Ini bukan tentang berapa biaya perawatan
yang harus dibayar nantinya, tetapi lebih
tentang akhlak dan kepedulian yang inspiratif. Mas Daffa dan temen-temennya
memang masih ABG dan tentunya masih labil dan bahkan tidak jarang menyebalkan serta seringkali menguji kesabaran, tetapi apa yang mereka tunjukkan
hari ini membuatku haru sebagai seorang ayah. Semoga hal semacam ini menjadi benih
yang akan membentuk Mas Daffa dan 4 (empat) temen lainnya menjadi generasi "Z" yang memiliki
kesalehan sosial dan responsif
terhadap lingkungan sekitar. Kalau ini tentang ke-perihewan-an, semoga hal ini pun menjadi cerminan kualitas keperimanusiaan yang terbangun dalam diri dan akhlak mereka. Aaamiin.
NB. : Gambar kucing hasil searching google untuk sekedar mendukung tulisan

Posting Komentar
.