MENAKAR “KETAMAKAN”
SEORANG JULIUS SETYA KESUMA
Saya tidak bisa menakar tingkat
kreativitas kawan yang satu ini. Lelaki ganteng yang biasa tak panggil dengan sapaan
Om Julius ini seperti tak pernah kehabisan ide. Keluar dari salah satu bank
ternama di tanah air merupakan satu keputusan berani atau bahkan lebih tepat
dikatakan nekad. Atas keputusan itu, tentu ada “segepok kenikmatan” ditanggalkan dengan
penuh kesadaran, yaitu salary bulanan berikut bonus kinerja yang jumlahnya tentu tidak sedikit dan pasti
membuat ngiler kelompok penghamba salary. Keputusan ini mungkin terkesan kurang populer. Tetapi Om Julius memang memilih berbeda dan memiliki perspektif sendiri tentang hal itu.
“asyiknya
akhir
bulan ini merdeka dari tekanan target”, demikian inti update statusnya di salah satu akun
medsosnya beberapa bulan sesudah memutuskan resign
dari tempat kerja. Status ini setidaknya mengkisahkan tentang indahnya sebuah
kemerdekaan. Hal ini mungkin berbeda ketika beliau masih bekerja dimana tekanan akhir bulan kerab menghimpit kenyamanan hidup dan bahkan tak jarang berasa seperti kiamat kecil kala
capaian kinerja sedang tidak berpihak seperti keinginan sang bos. Apakah
Om Julius hari ini hidup tanpa tekanan hidup?
Hidup adalah tentang perjalanan yang belum
terpetakan dan manusia sesungguhnya selalu diajarkan oleh alam untuk bisa nyaman
diketidakpastian. Alasannya sederhana saja, karena satu detik sesudah saat ini sesungguhnya
prerogatif Sang Khalik. Ahli
klimatologi pun hanya berani memberi judul “Prakiraan Cuaca” dalam men-simpulkan apakah esok hari hujan, berawan atau terang. Sikap ini menandaskan pengakuan bahwa
diatas kecanggihan ilmu pengetahuan masih ada Tuhan sebagai Sang Penentu. Sepertinya Om Julius begitu memahami tentang
hal ini. Kenyamanan terletak pada ketidaknyamanan itu sendiri dan kepastian
terletak pada ketidakpastian itu sendiri. Kalau demikian adanya, menjadi diri
sendiri sepertinya lebih menarik bagi Om Julius untuk digeluti ketimbang
menyerahkan masa depan dengan bersandar atau mengabdi pada corporate besar sekalipun. Tampaknya, hal ini yang mendasarinya Om Julius memilih untuk menggeluti
profesi mulia yang disebut wirausaha atau biasa diistilahkan dengan Entrepreneur.
“Laundry sepatu” menjadi
rintisan pertama yang dilakukannya. “ Ini sebentuk pilihan cerdas nan brilian dalam
memilih segmen market”, fikirku saat mengantarkan lelaki barepku me-laundry
sepatu kesayangannnya. Bisa dipastikan segmen yang
digarap dari usaha ini adalah konsumen yang cenderung tidak begitu reseh dengan
harga tetapi peduli kualitas. Tak lama berselang, Om Julius sudah mendirikan usaha baru lagi yaitu potong rambut berlabel “WKWK Barber Shop”. Unik, nyaman, keren,
gaul dan kekinian merupakan kesan yang menonjol saat masuk ke dalam ruang
layanan memperganteng diri ini. “Ini kreativitas tingkat tinggi”,
simpulku sambil membiarkan sang tukang cukur wkwk barber shop berkreasi
atas rambutku yang cenderung keriwil bila sedikit panjang.
Beberapa malam lalu, Om Julius mengirim WA padaku
berisi satu poster promosi seminar
motivasi bertajuk “cara cerdas melek
finansial”. Sepertinya Om Julius tengah menggeluti usaha EO (Event
Organizer), fikirku sambil membaca isi poster itu. Dugaanku itu pun terkonfirmasi
saat kemarin sore kami jagongan di WA (Wedangan
Asyik) untuk membincang satu potensi bisnis yang mungkin di sinergikan. “Sepertinya Om Julius terjebak apa yang
disebut ketamakan ide, semoga bukan ketamakan ekonomi”, selorohku kepadanya
disambut senyum Om Julius dan tawa lepas Om Andin. “Bisa jadi memang begitu mas”,
respon spontan Om Budi, lelaki yang kukenal sebagai salah satu laskar Zona Bombong . “kita
lihat saja 3 (tiga) bulan ke depan, Jika segala sesuatunya dikerjakan sendiri oleh Om Julius dan
tidak mendelegasikan pekerjaan itu kepada karyawan, maka hypotesis om Budi benar kalau ini memang tentang ketamakan ekonomi”, tambahku disambut tawa mereka.
Saat akan berpamitan menjelang maghrib, lagi-lagi kejelian dan ketajaman insting Om Julius muncul. Tiba-tiba saja beliau memperlihatkan satu
produk herbal dan memintaku untuk memberi sepatah dua kata semacam endorse atas produk itu. terfikir fikir ini peluang ibadah yang menarik dan seketika diriku mengamini permintaan Om Julius. Dengan sigap sang entrepreneur super
kreatif itu pun merekam dengan video smart
phone nya.
Satu hal yang bisa penulis pastikan bahwa sampai detik ini sederetan kreativitas tanpa batas dari Om
Julius Setya Kusuma itu bukanlah persoalan ketamakan ekonomi. Penulis mengenal
beliau sejak beberapa tahun lalu saat bersama para sahabat karibnya yang tengah asik
dengan ragam aksi sosial bernada kepedulian dan begitu concern pada persoalan kemanusiaan yang terhimpun dalam lingkar “Zona
bombong”. Konsistensinya dalam urusan mengaji dan keakrabannya dengan Pondok Pesantren Langgongsari Cilongok
yang diasuh oleh Gus Abror, menggambarkan Om Julius memiliki mimpi besar dalam
membangun masyarakat dengan cara-cara kreatif.
Simpulannya, kreativitas produktif yang terus dikembangkan Om Julius dan
juga kawan-kawan hebatnya bukan saja tentang berapa keuntungan yang akan mereka
raup, tetapi lebih menekankan dan mengutamakan pada seberapa banyak orang yang bisa hidup dari setiap
ide kreatif yang dikembangkan. Yang jelas, segala hal keren yang dilakukan Om
Julius bersama kompatriotnya merupakan satu bentuk edukasi kreatif bernada
ketauladanan nyata yang sangat inspiratif.


Posting Komentar
.