SECUIL KISAH & HIKMAH DIPERJALANAN PURWOKERTO-SEMARANG
Sabtu, 12 Mei 2018. Ini hanya tentang cerita sederhana
dari sebuah perjalanan Purwokerto-Semarang
bersama kereta bernama kamandaka dengan jam start 05.00 Wib. Kisah ini berawal saat kereta mencapai
stasiun pekalongan, disatu sisi sebagian penumpang turun dan disisi lain naik
dan memulai perjalanannya dengan kereta tujuan
akhir kota semarang.
Orang yang duduk di kursi depanku
termasuk yang turun di stasiun pekalongan. Namun sesaat kemudian ada penumpang
baru, sepasang suami istri berikut 2 (dua) anaknya yang masih berumur sekitar 3
dan
4 tahun. Suami dan satu anak lelakinya mengambil kursi persis didepanku.
Sesaat kemudian mengarahkan istri dan satu anaknya untuk duduk di kursi persis
dibelakangku. Tak lama berselang saat kereta sudah melaju kembali, sang istri sedang
mengiringi anak perempuannya yang berjalan menuju ayahnya. "mungkin
mereka sedang berlibur", fikirku menyaksikan hal ini.
Spontan aku menawarkan tukaran tempat
duduk agar mereka bisa berkumpul di kursi yang saling berhadapan. Ternyata, tawaran
ku langsung disambut dengan begitu senang hati dan menyampaikan berterima kasih
yang amat sangat. Akupun bergegas ke bangku seberangnya karena kebetulan juga kosong.
Sesekali aku menyaksikan kehangatan keluarga itu dengan segenap tingkah kedua
anaknya yang lucu dan sangat menggemaskan. Serasa ikut larut mendapati
kehangatan dan kebahagiaan mereka. "sebuah keputusan yang tepat".
Fikirku sambil tersenyum dalam hati.
"permisi mas"..tiba-tiba
seorang lelaki minta duduk di kursi yang sedang kududuki. Atas pintanya, aku langsung
mempersilahkan dan kemudian mengambil duduk di sebelahnya. Ternyata
lelaki yang ada disebelahku saat ini tidak turun di stasiun pekalongan, tetapi baru
saja selesai mengkompromikan perutnya untuk bermupakat di toilet. Akupun
teringat mengapa tadi tidak menyanyakan kepada mereka nomor kursinya sehingga
aku pasti duduk diposisi yang tergugat oleh siapapun sampai ke tujuan akhir.
Namun. Untuk menanyakan hal itu rasanya tak mungkin, sebab bisa jadi keluarga ini
hanya memiliki 2 (dua) tiket dan anaknya yang masih kecil ber-status free sehingga ndak perlu beli tiket. Aku
memilih tidak mengganggu suasana kebahagiaan yang sedang menghinggapi kekuarga
itu.

Akankah aku tergusur dari posisi duduk
saat ini yang kebetulan sedang kosong?. Mungkin dipemberhentian stasiun
berikutnya akan terjawab. Bagaimana jawabnya?.. biarlah initi tulisan ini tercukupkan
sampai disini saja. Setidaknya, tertandaskan bahwa ruang dan peluang kebaikan
sangat mungkin terkadung dalam setiap perjalanan.
Ruang dan peluang itu bisa hanya dari sebuah keadaan yang tidak terencana. Ruang
kebaikan pun bisa lahir dari situasi sederhana yang berlansung alamiah peluang
kebaikan pun tampaknya bisa lahir dari pemaknaan dan pensikapan atas sebuah situasi. Kata orang bijak, "kebahagiaan itu bersumber dari membahagiakan". mungkin situasi kali ini membenarkan petuah itu
Ups...tiba-toba sound kereta mengabarkan dari
ruang lokomotif bahwa kereta dipastikan terlambat karena kerusakan mesin.
Diperkirakan baru akan sampai jam 11.00 wib di semarang dari jam 09.39 wib yang
tertera dalam tiket. Hikmah apalagikah dari keterkambatan ini?.
Entahlah..yang
jelas kebanyakan penumpang langsung membuka HP nya masing-masing, mungkin
mereka mengabarkan pada keluarga, sahabat yang sudah standby menjemput dan atau
kolega yang sudah kadung janjian. Sebagian tertarik menggerutu dengan ragam
ekspresi yang menandakan mereka kecewa atas situasi yang tengah berlangsung. Dengan nada lemas seorang ibu mengatakan gagal menyaksikan anaknya di wisuda karena keterlambatan kereta ini.
Aku memilih diam sambil mendengarkan, mengamati dan mengambil pelajaran dari ragam bentuk gerutu akibat keterlambatan kereta ini. Sesaat kemudian, aku
beranjak keluar dan bergabung dengan sebagian penumpang yang tengah asik
menge-check nafas lewat kebulan asap yang keluar berulang-ulang dari mulut
mereka. Aku pun ikut memastikan apakah kondisi nafasku stabil sehingga memiliki
keyakinan cukup untuk melanjutkan perjalanan.
Posting Komentar
.