KADIN JATENG
MENGGELAR FGD
STRATEGI OPTIMALISASI & AKSELERASI
PEMBANGUNAN EKONOMI
DAERAH
A. Prolog
Bidang
Pembangunan Ekonomi Daerah Kadin Jateng menggelar FGD di Hotel Aston in Pandanaran,
Semarang pada hari kamis, 12 April 2018. Thema yang diangkat kali ini adalah
tentang pembangunan ekonomi daerah. FGD kali ini dimoderatori oleh Bung Andi eko
priyono.
Bung
Reza, Wakil Ketua Kadin Jateng Bidang Pembangunan Ekonomi Daerah,dalam
prolognya menyampaikan bahwa Jawa Tengah memiliki banyak keunggulan yang bisa di optimalkan bagi pembangunan Jawa
tengah. Untuk itu, perlu harmonisasi antara masyarakat, pemerintah dan dunia
usaha, sehingga dihasilkan sinergitas yang meng-akselerasi tumbuhkembang. Lewat
FGD ini, Kadin Jateng mencoba mem-fasilitasi
bagaimana kebijakan Pemerintah Jawa Tengah bisa melibatkan pelaku ekonomi dan masyarakat
lokal. Tebangunnya iklim yang hangat antara
pemerintah,pelaku usaha dan masyarakat akan menciptakan suasana komunikasi yang
semakin cair dan semakin mudah meng-akses informasi satu sama lain. Untuk itu,
Bung Reza juga berharap FGD ini juga menjadi momentum serap aspirasi dari
segenap peserta FGD sehingga menjadi inspirasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah.
B. Resume Presentasi
Narasumber

Gambar/potret marko pembangunan
Jateng
1.
Pertumbuhan
ekonomi 2017 sebesar 5,27% dan nasional 5,07%. Support terbesar adalah konsumsi
rumah tangga dan kedua adalah investasi
2.
Terjadi
perubahan gaya hidup konsumsi rumah tangga masyarakat Jawa Tengah, yaitu
menahan konsumsi pokok nya ke konsumsi tertier seperti wisata, kuliner dan hal
lainnya yang berbau kesenangan (lessure).
3.
Tingkat
Inflasi Jawa Tengah 2017 sebesar 3,71 dan tingkat inflasi nasional 3,61
4.
Angka
kemiskinan Jawa Tengah sebesar 12,23% dan nasional 10,12%, Tingkat kemiskinan
cenderung tinggi di pedesaan. Walau relatif tinggi, angka kemiskinan ini sudah
menurun dibanding dengan tahun 2016 (13,19%) dan 2015 (13,32%)
5.
IPM
(Indek Pembangunan Manusia Jateng tahun 2016 menunjukkan angka 70,18 dan
nasional 69,98. Angka ini dihitung dengan melibatkan 3 (tiga) variabel, yatu; (i)
tingkat kesehatan; (ii) tingkat pendidikan
dan; (iii) tingkat pendapatan per-kapita.
6.
Tingkat
pengangguran terbuka Jateng tahun 2017 sebesar 4,57%
Ada 7 (tujuh) isu
strategi Jateng:
1.
Penanggulangan
kemiskinan
2.
Peningkatan
daya saing daerah
3.
Kualitas
hidup dan daya saing SDM
4.
Pengelolaan
SDA-LH
5.
Ketahanan
pangan dan energi
6.
Kesenjangan
wilayah
7.
Tata
kelola pemerintahan
Strategi
1.
Penguatan
daya saing
2.
Pengembangan
produk unggulan jawa tengah (industri, pertanian dan pariwisata)
3.
Peningkatan
daya saing dan kualitas
4.
Sinergitas
dan dukungan kebijakan pusat daerah
5.
Infrastruktur
pendukung perekonomian

1.
Kualitas
data pembangunan ekonomi makro Jateng kurang berkualitas.
2.
Investasi
yang masuk di data jawa tengah merupakan investasi dengan skala 15 Milyar ke
atas. Kreasi masyarakat pelaku ekonomi kecil belum dimasukkan dalam perhitungan.
Sebagai salah satu referensi, bisa menggunakan data pengajuan kredit produktif para
pelaku UKM. Elemen masyarakat masih kurang di libatkan dan pemerintah seolah
bergerak sendiri dalam menyelenggarakan pembangunan.
3.
Nilai
tukar petani di Jawa Tengah selalu rendah, sehingga sektor pertanian sangat
tertinggal dan wajar kalau kemiskinan ada di desa.
4.
Dana
desa lebih banyak dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur dan bukan pada
aktivitas produktif yang melibatkan rakyat, berkesinambungan dan men-sejahterakan masyarakat.
5.
88,9%
dari petani di Jawa Tengah tingkat kepemilikan lahannya kurang dari ¼ ha.
6.
Bagaimana
kemudian agar rakyat bergerak dan mendatangkan kontribusi ekonomi, inilah yang
menjadi PR besar. Pembangunan ekonomi harus dimulai dari desa: didesa ada uang dan perlu digerakkan bersama
dan juga didampingi. Beliau juga menyampaikan 3 (tiga) gagasan kaitannya
membangun ekonomi desa :.
a.
Maksimalkan
pengelolaan tanah kas desa,
b.
Maksimalkan
keberadaan pasar desa untuk melokalisasi pergerakan ekonomi lokal desa,
c.
Memaksimalkan
potensi UMKM untuk menumbuhkan perekonomian makro.
7.
Mewujudkan
pemerataan melalui ekonomi berkeadilan dengan percepatan pembangunan desa.
8.
Penguatan
ekonomi berbasis domestik, yaitu ; (i) penguatan sisi permintaan domestik dan;
(ii) peningkatan produktivitas perekonomian untuk pertumbuhan berkelanjutan.
9.
Desa
sebagai kekuatan ekonomi baru yang dikelola korporasi dan konsolidasi sumber
daya.
10. Penguasa ekonomi
global sesungguhnya adalah rezim efisiensi.
11. Ada 4 (empat) tahap
revolusi yang sudah dan sedang berlangsung:
a.
Tahap
I : terciptanya mesin uap melahirkan
kereta api
b.
Tahap
II : terciptanya listrik yang melahirkan
efisiensi
c.
Tahap
III : mirrosoft
d.
Tahap
IV : start up ebrbasis teknologi
Pembicara
ketiga, Bung David dari kadin Kota Surakarta, beliau membincang tentang “inovasi dan sinergi sebagai sebuah kebutuhan”
Thema ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing daerah di era global.
“Inovasi
dan sinergitas adalah kunci meningkatkan daya saing”, demikianstatemen
pembuka dari Bung David. Inovasi harus menjadi kultur sehingga apa yang dilakukan bisa menciptakan lompatan.
Ciri-ciri inobasi ; (i) khas; (ii) baru; (iii) terencana dan; (iv) memiliki
tujuan. Disamping itu, sinergitas
menjadi sangat krusial sebab bisa saling menguatkan satu sama lain. Sinergitas diyakini mampu meningkatkan
nilai tambah secara maksimal. Melalui sinergitas Sinergitas lintas stake holder perlu didorong
sehingga melahirkan dampak akselerasi.
.
C. Diskusi
Session
Semua delegasi diberi
hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya, beberapa yang sempat ter-record oleh redaksi disajikan berikut
ini :
1. Kadin Banyumas
a.
Strategi
pembangunan ekonomi yang memberi peluang rakyat untuk kaya dan menempatkan
kekayaan pemerintah sebagai imbas
b.
Membangun
dari desa::
·
Meng-korporasi
potensi desa dan bukan meng-koperasikan para pelaku dalam mengoptimalkan
potensi desa.
·
Butuh
pendampingan atas pemanfaatan desa
c.
Nalar
investasi :
·
Investasi
berbasis masyarakat melalui pemberdayaan dan optimalisasi potensi lokal (UMKM)
·
Investasi
berbasis teknologi yang menjadi ruang expertis dan sdm yang tidka banyak.(
Pelaku usaha besar)
d.
Pertanian
·
Sinergitas
On farm & off farm menjadi persoalan besar.
·
On
farm didorong untuk meningkatkan produktivitas berbasis pupuk kimia dan mengancam kesuburan di mendatang. Bagaimana
nasib generasi?
2. Kadin Wonosobo
a.
Kalau
sampah dipandang sebagai bahan baku, maka mindstet masyarakat menjadi berubah
dan memandang sampah sebagai sebagai masalah, tetapi menjadi sumber daya yang
menarik untuk dikelola sebagai sesuatu yang produktif. Kalau hal ini efektif
yang dijalankan, maka TPA berpeluang menjadi “museum”.
b.
Konsolidasi
lahan menjadi sebuah kebutuhan dan mempermudah dalam menata item pertanian dan
juga dalam hal pemasaran.
3. Kadin Jepara
Kadin merupakan
organisasi pengusaha yang dilindungi oleh UU, sehingga menjadi menarik untuk
meng-optimalkan fungsi dan perannya,
termasuk dalam hal pelibatan dalam pembuatan kebijakan.
Posting Komentar
.