BI PURWOKERTO MENGGELAR FESTIVAL EKONOMI SYARIAH
BANYUMAS 2018
Mulai
hari Ini, Kamis 19 sd 22 April, BI Perwakilan Purwokerto menggelar Festival Ekonomi Syariah di Alun-alun Purwokerto. Festival
ini diikuti oleh Bank dan pelaku industri keuangan Syariah di lingkungan eks-Karasidenan
Banyumas.
Hadir di acara pembukaan festival ini, para perwakilan Bupati di lingkungan Eks Karasidenan Banyumas; Forkompinda, BI Perwakilan Indoneisa, Tegal dan solo; OJK; Kapolres Banyumas; Danrem WijayaKusma; Dandim Rektor/Pimpinan PT di Banyumas; Pimpinan Instansi dilingkungan Pemkab; Forkopinda; Pimpinan Perbankan Syariah; MUI Banyumas, Pimpinan Organisasi Islam dan Pimpinan Pondok Pesantren; Hipmi BPC Banyumas dan tidak ketinggalan induk organisasi usaha Kab, banyumas, Kadin (Kamar dagang & Industri).
Bapak
Chusaeni, Pimpinan Bi Perwakilan Purwokerto, dalam sambutannya menyampaikan
bahwa Kegiatan ini merupakan rangkaian
dari festival yang di gelar diseluruh pulau jawa. “Road To Fesyar Regional Jawa”
menjadi judul kegiatan ini. Beliau
menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara potensial dalam pengembangan
produk halal dan juga industri keuangan syari’ah. Perkembangan Islamic Economi di Indonesia menduduki urutan ke-22 di
dunia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya Bank Syari’ah dan instrumen lainnya
yang concern dalam pengembangan ekonomi
syariah. “Mengurangi ketimpangan sosial,
keadilan dan keseimbangan” yang menjadi prinsip ekonomi syariah diyakini
bisa menggerus kesenjangan ekonomi.
Untuk itu, BI terus mendorong tumbuh-kembang ekonomi syari’ah sehinga memberi kontribusi yang terus
meningkat dalam urusan ketahanan ekonomi nasional. Dalam mimpi jauhnya, BI berharap
Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia.
Sementara
itu, Kepala Bank Indonesia
Perwakilan Jawa Tegah, Hamid Ponco Wibowo, melalui sambutan tertulisnya
menyampakian bahwa pegelaran Festival Ekonomi Syariah ini merupan bentuk
komitmen BI untuk lebih mengenalkan dan
meng-edukasikan ekonomi syariah kepada masyarakat. Agenda ini merupakan bagian
dari agenda tahunan BI yang mulai diselenggarakan sejak 2017. Melalui festival ini diharapkan bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi syariah & industri keuangan syariah serta meng-integrasikannya
dengan sektor riil . Beliau juga menyampaikan data bawa Pertumbuhan ekonomi Propinsi
Jateng menduduki nomor 4 (empat) tertinggi
di Indonesia. Namun demikian, komposisi assset bank syariah masih belum
menunjukkan prestasi terbaiknya pada level
nasional. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih jitu dengan melakukan
pembenahan
pada dua titik konsentrasi, yaitu : lembaga keuangan itu sendiri dan
juga masyarakat. Masayarakat yang dimaksud adalah masyarakat miskin yang unbankable dan kelompok masyarakat yang memang belum mengerti
tentang ekonomi syariah. Bagi kelompol masyarakat miskin akan
dilakukan upaya peningkatan kapasitas
usaha sehingga menjadi bankable.
Sedangkan kelompok masyarakat yang belum mengerti tentang ekonomi syariah ditempuh
solusi melalui sosialisi dan edukasi yang lebih massif.
BI
juga berpandangan bahwa ekonomi syari’ah
perlu didorong menjadi sistem ekonomi alternatif yang diminati masyarakat. Dipenghujung
sambutannya, beliau menyajikan beberapa fakta tentang kesejarahan Islam di
Lingkungan Jawa Tengah, seperti sejarah
kewalia-an, syarikat Dagang Islam, tengah
memiliki jumlah pesantren terbesar nomor
5 (lima) di Indonesia dna lain
sebagainya. Fakta sejarah ini semakin mendatangkan keyakinan dan optimisme bahwa
mendorong ekonomi syariah di lingkungan Jawa Tengah adalah sangat memungkinkan..
Mewakili
Plh Bupati Banyumas, Bapak Sriyono menyampaikan apresiasi pegelaran festival
ini dan berharap semakin memperluas pengetahuan dan keberpihakan masyarakat
terhadap ekonomi syariah. Meluasnya penggunaan produk syariah diyakini akan
mendukung perkembagan sektor riil dan juga
menghindarkan tindakan-tindakan spekulatif.
Hari ini, ekonomi syariah masih belum terlalu populer sehinga masih memerlukan
edukasi lanjutan, semoga Festvcal ini efektif menjadi sarana edukasi yang mampu
meningkatkan animo masyarakat terhadap ekonomi syari’ah.
Posting Komentar
.