A. Sebuah Perjalanan Tidak Terduga
Alarm HP berbunyi tepat pukul 03.00 Wib pertanda harus segera bergegas
menuju bandara Soukarno Hatta untuk penerbangan jam 05.40 wib. Kudapati Om
Suroto masih lelap dalam tidurnya dan agar beliau tidak terganggu ter-ide
menulis pesan pamit di secarik kertas. Belum terlaksana niat itu, ternyata om suroto ikutan
bangun dan bahkan mengatakan kalau beliau sudah pesenkan taksi untuk membawaku
ke bandara.
Terasa begitu nyaman saat tahu taxi blue bird yang ku
tumpangi. Mungkin hal ini akibat kesuksesan om suroto yang seringkali mengabarkan
bahwa taksi yang satu ini dijamin kemanan dan kenyamanannya. Namun,
tiba-tiba saja kenyamananku mulai ter-usik kala sang supir taksi mengatakan
mesin argo error..alias mati..alias
berhenti persis saat tarif menunjukkan angka Rp 18.000,oo. Aku mencoba tenang dan
hanya membangun senyum agar perasaan tidak enak yang begitu tampak pada sang
sopir tidak semakin bertambah bila sikapku
ikutan resah. Tidak berapa lama argo hidup kembali dan mulai dari angka awal.
Namun, ternyata juga tidak bertahan lama dan akhirnya mati kembali saat kendaraan
memasuki pintu toll terakhir menujju bandara. Akhirnya, sang supir yg asal
tegal itu meminta persetujuanku untuk menetapkan tarif berdasar kebiasaan, yaitu
Rp 155 ribu. Aku setuju saja, walau kemudian ternyata sang supir juga meminta uang pengganti biaya toll. Tak apalah
fikirku, yang penting sudah sampai di bandara dan bisa chek-in tepat waktu. Saya yakin kalau sang supir pasti tak berniat
buruk atau memanfaatkan situasi semacam ini. Saat turun, aku pun berdo’a semoga hari ini beliau
baik-baik saja dan argonya segera normal
kembali sehingga tidak mengganggu aktivitasnya utnuk berburu rejeki di kota
metropolitan ini.
Selesai mengikuti proses chek-in, ku lihat waktu
menunjukkan pukul 5.00 wib. Setelah melewati
gate menuju ruang tunggu, kudapati banyak penumpang memasuki mushola. Akupun
masuk dan ikut menunaikan sholat subuh berjama'ah. Dalam doaku, kupanjatkan
harap semoga perjalanan tak terduga ini berujung hikmah baik bagi diriku dan
juga keluargaku.
Pesawat memulai penerbangannya tepat waktu dan sesampai
disana sudah ada panitia yang standby menyambutku dan langsung membawaku menuju
lokasi pelatihan. Sekilas terbangun rasa kagum dengan cara mereka menyambut dan
memperlakukanku disepanjang perjalanan menuju Asrama Haji Propinsi Lampung. AKu berkesimpulan kader2
Koprasi Mahasiswa Unila ini cukup menguasa ilmu hospitality.
B. Jalannya pelatihan Training of Trainer (ToT)

Tema yang diminta panitia kali ini adalah tentang manajemen
partisipasi dan pendidikan anggota. Sebuah pemilihan tema yang cerdas sebab hal ini merupakan kebutuhan mutlak dari sebuah
koperasi yang ingin berkembang. Saya pun memulai dengan mengucapkan "semangat pagi" yang diikuti respon
segenap peserta yang begitu bersemangat. Saya pun mulai membangun mindset audience bahwa ke-belum majuan koperasi sesungguhnya dampak langsung
dari "ketidakyakinan dan ketidakmauan" segenap unsur organisasi.
Saya kemudian menyajikan alur nalar pendukung statemen itu. Untuk lebih
meyakinkan peserta, saya mengajak mereka membangun imajinasi berupa
contoh-contoh rasional yang menggiring kesadaran berta dahsyatmya sebuah kebersamaan
bila terkelola dengan baik. Sepertinya peserta terbius dan wajah-wajah optimis terlihat.
Tidak lupa saya melempak joke seger sesekali
untuk memecah suasana dan me-refresh
konsentrasi. Selanjutnya, saya menekankan bahwa "pendidikan" adalah
tiket terbaik membangun "keyakinan dan kemauan itu",
sebab pendidikan merupakan guidance untuk
membangun pengetahuan, wawasan dan sekaligus membentuk perubahan perilaku.
Pendidikan merupakan alat efektif untuk membentuk aksi2 berpihak anggotaa
terhadap segala aktivitas produktif yang dijalankan koperasi. Penyelenggaraan pendidikan
juga merupakan bentuk konsistensi koperasi sebagai kumpulan orang yang menuntut
core
concern nya mencerdaskan orang-orang didalalamnya.
Tampaknya peserta mendapat
tambahan pemahaman dan keyakinantentang koperasi. Mungkin juga, penjelasan
diatas sedikit mengoreksi persepsi sebagaian dari mereka yang selama ini memaknai
koperasi sebatas perusahaan saja. Pada
mereka juga terbangun pemahaman bahwa "pendidikan" adalah kunci
strategis koperasi agar bisa berkembang dan juga meluaskan kemanfaatan khususnya bagi segenap anggota. Akhirnya,
waktu jua yang kemudian menggiring presentasi dan diskusi untuk dicukupkan. Selanjutnya, atas ide Sang Ketua Dekopinda Metro Lampung,
sesi ini diakhiri dengan agenda foto bersama yang melibatkan naras sumber,
panitia dan juga segenap peserta.
Usai mengisi acara, saya bergegas menuju ruang transit
dimana ada sudah ada beberapa pengurus Kopma Unila. Mereka sudah siap diskusi
sebagaimana direncanakan saat sesi di ruang pelatihan belum dimulai. Saya
menegaskan pada mereka kalau masih ada waktu tersisa setengah jam sebelum harus
bertolak ke bandara sehingga bisa dimanfaatkan untuk berdiskusi dan saling
menyemangati. Akan tetapi, sempitnya waktu membuat diskusi khusus dengan pengurus Kopma Unila ini tak bisa
digelar sampai tuntas. Untuk men-sikapi keadaan, diskusi tetep digelar walau sambil mengemas
pakaian.
Dalam diskusi singkat itu, saya melempar sedikit "ide
gila" untuk me-rintis koperasi mahasiswa dii luar pagar kampus dan
menawarkan agenda pertama "membuat dapur umum". Untuk
memotibasi dan membangun rasionalitasm saya mencoba menalarkan dengan angka proyeksi fantastic yang bisa diraih.
Mereka ter-kaget2 dan sama sekali tidak terfikir sebelumnya. Dengan nalar
semacam itu, peluang Kopma untuk Mandiri
dalam mengembangkan aktivitasnya terbuka lebar. Bahkan saya memberikan jaminan kalau
formula ini gagal siap di gorok sepanjang Kopma Unila pun siap di gorok bila
mereka tidak konsisten menjalankan formula. Atas tawaran ini, para pengurus Kopma Unila sedikit shock dan terhenyak. Mendapati situasi semacam ini, saya mencairkan
suasana dengan sedikit berkelakar. Akhirnya, jam 11.15 Wib, saya dan rombongan bergerak
menuju bandara lampung. Disepanjang perjalanan menuju bandara itu pun
dimanfaatkan oleh para kader Kopma Unila untuk melanjutkan diskusi.

Penerbangan lampung-jakarta yang
memakan waktu 45 (emapat puluh lima)
menit itu berjalan lancar. Sesampai di bandara Soeta, saya langsung setengah berlari
ke ticketting box Damri guna mencapai Stasiun Gambir dengan harapan bisa naik
kereta jam 16.45 wib menuju Kota Purwokerto. Sepertinya, daya dukung Tuhan
mewarnai perjalanan tidak terduga ini dan sebagaimana rencana kereta sampai di
Purwokerto pada jam 21.45 wib. Sesampai di stasiun purwokerto, saya langsung memasuki agenda meeting walau terpaksa di
gelar di stasiun demi efisiensi dan efektivitas waktu. Akhirnya, jam 23.30-an
meeting usai dan saat nya beranjak pulang dan berkumpul dengan keluarga. Terima kasih Tuhan atas perjalanan tak
terduga ini.. semoga bermakna kebaikan dipenilain-mu...Amin...
Posting Komentar
.