MANAJEMEN RESIKO | ARSAD CORNER

MANAJEMEN RESIKO

Sabtu, 21 November 20150 komentar



MANAJEMEN RESIKO
(Dalam Tinjauan Praktek)

Disampaikan Pada Pendidikan Menengah (Dikmen) Perkoperasian Se-Jawa Koperasi Mahasiswa (Kopma) Universitas Negeri Semarang, 21 Nopember 2015

A.  PEMBUKA
Setiap tindakan didunia ini tidak lepas dari  apa yang disebut dengan resiko. Resiko sering dikonotasikan dengan situasi negatif dan mewakili ketidak-sesuaian antara apa yang direncanakan dengan apa yang diharapkan.  Semua orang menginginkan hasil sempurna, namun fakta menunjukkan tak jarang ke-belum berhasilan yang disertai resiko menjadi bagian tidak perpisahan dari sebuah perjalanan. Pada situasi semacam ini, pilihan yang tersedia adalah men-sikapi dengan tepat dan atau mengambil hikmah (baca: pesan bijak) sehingga datangnya resiko menjadi  memiliki nilai positif dari perspektif kebijakan berpandangan.

Sebenarnya, tidak ada satupun manusia yang ingin resiko dan bahkan hampir bisa dipastikan menghindarinya bila memungkinkan.Namun demikian, satu hal yang menjadi catatan adalah ke-bisaan mengelola resiko merupakan tiket meng-akselerasi kematangan yang membuat tangguh di langkah-langkah berikutnya. Terkadang, jatuh dari sepeda motor efektif menyadarkan betapa perlu hati-hati setiap kali ber-kendaraan. Mengerang kesakitan karena menginjak duri sering menyadarkan betapa penting memakai sandal. Nilai jelek pun sesungguhnya bentuk  pesan betapa pentingnya belajar dengan tekun.  Demikianlah hikmah dari hadirnya resiko kala fikiran dibawa ke ruang kebijaksanaan dimana disatu sisi terbangun kebesaran jiwa atas kekeliruan di waktu lampau dan disisi lain resiko yang muncul menjadi inspirasi untuk berbenah demi hasil yang lebih baik. Hikmah semacam itu hanya bisa hadir pada jiwa yang tenang dan atau karakter seorang pembelajar dimana resiko bukan membuat  berhenti bergerak, tetapi  memantik adrenalin kreatif untuk terus mencari formula terbaik demi keterwujudan  sebuah cita-cita.  Sebagai penyemangat dan sekaligus pemantik kesadaran, disini perlu ditegaskan bahwa emosi atau bahkan menjerit sekalipun tidak pernah merubah resiko menjadi kebaikan. Oleh karena itu, ketenangan dan ketahanan mental diperlukan tiap kali resiko datang menghampiri.

Demikian halnya dengan  organisasi, termasuk koperasi mahasiswa. Dalam perjalanannya tidak jarang  program maupun  langkah tidak menemukan titik efektifnya yang kemudian  menyebabkan timbulnya resiko . Pada titik ini, ketika organisasi ber-penghuni karakter tenang, matang  & smart biasanya menemukan solusi kreatif dan bahkan bisa mengubahnya menjadi sumber energi baru sehingga resiko dapat dikelola dengan baik .  Namun pada karakter panik, resiko sering menjadi sumber konflik, saling menyalahkan dan bukan tidak mungkin berujung pada akibat fatal, yaitu pembubaran.   

B.  MENGENAL MACAM RESIKO

Resiko bisa berbentuk material dan bisa pula im-material. Resiko hadir sebagai akibat dari sebuah situasi yang tidak terkendali Dengan kata lain, resiko lahir sebagai akibat dari tidak ter-manage nya faktor-faktor yang mendukung terciptanya kesuksesan. Namun demikian, ada satu resiko yang dikategorikan sebagai force majure, yaitu sebuah resiko yang terjadi  diluar kendali dan kemampuan manusia seperti banjir, kebakaran, gempa, bencana alam dan lain sebagainya. Resiko ini selalu di kecualikan karena kehadirannya  tak mungkin dikendalikan. Diluar force majure, maka segala resiko difahami sebagai sebuah akibat yang masih bisa dikendalikan atau dikelola dengan efektif.   


C. Alur Fikir Manajemen Resiko




D.  Manajemen Resiko
Setiap keputusan pasti mengandung resiko. Hanya saja, besar kecilnya tergantung obyek yang sedang diperjuangkan. Setiap obyek memiliki karakter dan resiko yang berbeda-beda sehingga memiliki pola antisipasi dan penanganan yang berbeda-beda pula. Semua orang tidak mengingikan resiko, namun kala resiko hadir harus dihadapi dan dikelola dengan tepat sehingga efek yang ditimbulkan bisa dilokalisir secara proporsional.  Jangan sampai karena resiko yang muncul disatu sisi membuat sisi yang lain dari organisasi menjadi berantakan dan pada akhirnya mendatangkan persoalan baru. 

Oleh karena itu, resiko harus difahami sebagai bagian dari setiap perjuangan. Bila resiko datang, maka perlu pengelolaan yang tepat sehingga efeknya terkendali. Bahkan tidak jarang “resiko” yang dikelola dengan baik bisa menjadi peluang baru yang meng-akselerasi pertumbuhan dan perkembangan organisasi dan atau perusahaan.  

Sebagai organisasi dan juga perusahaan, Kopma (baca: koperasi mahasiswa) juga perlu menerapkan “manajemen resiko”. “Manajemen resiko” harus di konsep secara komprehensif sehingga organisasi dan perusahaan berjalan sesuai dengan koridornya sebagaimana terdefenisi dalam platfoam Kopma. Konsep “manajemen resiko” juga harus  bisa berfungsi sebagai kendali keamanan atas segala sumber daya kopma , baik dalam arti penjagaan maupun dalam makna pengelolaan.

Sebagai panduan sederhana, berikut disampaikan beberapa pemikiran praktis yang bisa dijadikan panduan dalam menyusun konsep manajemen resiko :
Perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentu  harus mempertimbangkan segala sesuatunya seperti visi, misi, ketersediaan sumber daya dan daya dukung lingkungan.  Segala resiko yang mungkin muncul juga perlu dideteksi sehingga perencanaan menjadi memungkinkan untuk dijalankan. Perencanaan juga harus terukur baik dari sisi pemanfaatan sumber daya, time schedule dan pendefenisian target yang jelas. 

  1. Peng-organisasian yang rapi. Dalam memobilisasi program, segala potensi dan sumber daya harus terorganisir dengan baik , efisien dan efektif.
  2. Pemilihan aktor (baca: eksekutor) yang tepat. Orang yang tepat sangat menentukan jalannya program. Oleh karena itu, prinsip “the right man on the right place” harus dijadikan pedoman sehingga penugasan berjalan sebagaimana mestinya. Banyak pengalaman empiris menunjukkan bagaimana program yang bagus akhirnya gagal karena diserahkan pada orang yang tidak tepat. Disinialah peran pemimpin  sangat krusial dalam memilih atau menugaskan personilnya.  
  3. Pengontrolan yang melekat. Pengontrolan berkaitan dengan upaya memastikan bahwa semua program berjalan sesuai dengan konsepnya.Pengontrolan dilakukan agar tidak terjadi deviasi yang memungkinkan timbulnya resiko yang membahayakan organisasi dan perusahaan. Untuk itu perlu diterapkan prinsip “shoot & Control”. Artinya, saat program diluncurkan disaat yang sama pengontrolan mulai berjalan. Sebagai catatan, pengontrolan melekat bukanlah dimaksudkan untuk mem-perlamban, tetapi untuk mempercepat ter-deteksinya persoalan dan faktor pengganggu sehingga resiko menjadi minimize.     
  4. Evaluasi secara berkala. Evaluasi bukanlah dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi lebih utama untuk menemukan kelemahan sebagai bahan untuk berbenah demi terwujudnya iklim yang lebih baik. Oleh karena itu, disatu sisi evalusi menghasilkan peta capaian dan juga persoalan/hambatan, di sisi lain terumuskannya solusi yang menjadi dasar untuk langkah dan strategi organisasi di berikutnya.     


E.  MENGHADAPI RESIKO
Ketika resiko datang sebagai akibat dari kekurang efektifan, maka selajutnya yang harus dilakukan adalah menghadapinya dengan bijak. Berikut disajikan 2 (dua) tips dalam menghadapi resiko, yaitu :

  1. Pendeteksian Resiko. Resiko atau masalah bisa di   klasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu core problem (masalah utama) dan side effect (efek samping). Oleh karena itu, atas setiap persoalan yang muncul harus dideteksi apakah masuk dalam kategori induk persoalan (core problem) ataukah efek samping dari sebuah persoalan induk. Hal ini diperlukan agar tidak terjebak pada penanganan yang keliru. Sebagai contoh; produktivitas rendah dari karyawan bisa jadi karena manajer yang kurang kreatif. Dengan demikian focus pencarian solusi bukan mengganti karyawan tetapi meingkatkan kapasitas atau mengganti manajernya.  
  2. Penanganan resiko. Ada 2 (dua) tahap yang disarankan dalam menanganani setiap persoalan atau resiko, yaitu :
  3. Pengkondusipan iklim. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap resiko yang muncul mendatangkan emosi tertentu dan bahkan sering menimbulkan konflik. Oleh karena itu, pengkondusifan iklim perlu dilakukan pertama kali sehingga energi segenap sumber daya manusia terkondisi pada posisi 100% untuk menghadapi persoalan.
  4. Merumuskan solusi. Solusi harus disusun atas setiap resiko yang muncul. Kalkulasi persoalan dan analisa resiko harus disusun secara rigit sehingga mempunyai referensi yang komprehensif untuk berkeputusan. Untuk itu, stratifikasi resiko harus dideteksi sedemikian rupa sehingga pilihan dijatuhkan pada resiko terkecil.            
 
F.  SISI LAIN RESIKO
Dalam bahasa berjuang, resiko setimpal dengan hasil. Artinya, bila menginginkan hasil yang besar harus berani mengambil resiko besar pula. Ironisnya, hasil datangnya tidak bersamaan dengan kehadiran resiko. Artinya, pilihan yang tersedia adalah “hasil” atau “resiko”. Pada titik inilah mentalitas menjadi penentu khususnya ber-keberanian mengambil resiko. Keberanian yang dimaksud bukan tanpa perhitungan cermat sebab bila itu terjadi sama saja dengan bunuh diri.

Oleh karena itu, bila ingin memiliki hasil yang baik  atau besar, maka mulailah membiasakan diri  berani mengambil resiko. Mulailah dari resiko yang kecil sampai dengan waktu membawa pada keberanian untuk mengambil resiko yang besar. Satu hal yang menjadi catatan penting, resiko selalu menyisakan satu pengalaman bathin yang akhirnya membentuk mental. Sementara itu, ketangguhan mental berasal dari keterlatihan dalam menghadapi ragam resiko dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Dengan demikian, tidak ada ketangguhan tanpa keberanian berproses dan atau bergaul dengan resiko. 

Jadi, kala resiko datang bangunlah kesadaran bahwa itu bagian yang melekat pada setiap perjuangan. Datangnya resiko bukan lah  penyebab berhenti bergerak, tetapi seharusnya menjadi pemantik untuk lebih ber-energi.

G.  PENUTUP
Tidak ada yang mau berhadapan dengan resiko. Namun demikian, resiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari setiap perjuangan sehingga kedatangannya memerlukan pensikapan yang tepat.  Resiko harus di-minimize melalui manajemen resiko yang terkonsep secara komprehensip. Semangat dalam konsep manajemen resiko sesungguhnya adalah bagian dari upaya mengamankan segala sumber daya organisasi & perusahaan serta memberi jalan bagi terwujudnya visi dan misi.

Namun demikian, diatas semua konsep yang terbentuk, komitmen seluruh unsur organisasi untuk senantiasa mematuhi dan menjadikan budaya organisasi dan perusahaan adalah hal terpenting harus hadir dikeseharian.

Demikian tulisan sederhana ini disampaikan, semoga bisa meningkatkan pemahaman dan meng-inspirasi energi untuk membangun koperasi mahasiswa yang kuat dan tangguh serta men-sejahterakan. Amin      


H. GALLERY

































Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved