MULA KEPESERTAAN KAK RAFI
Saat pulang dari serangkaian aktivitas sabtu ini..salamku saat
memasuki rumah dijawab oleh anak ke-2 ku yang saat ini masih duduk di
kelas V SD. Dia mendekatiku, meyalamiku dan kemudian duduk
disebelahku dengan manja. Sepertinya dia akan menyampaikan sesuatu kalau
sudah mengeluarkan gaya khas yang begini...Hmm ternyata seperti
dugaanku.
"Pa..Kak Rafi boleh ikut lomba robot ndak hari minggu besok? Biaya pendaftarannya R 50.000,oo, tapi kak rafi hanya punya uang Rp 20.000,oo sambil mengeluarkan uangnya yang terdiri dari seribu-an dan dua ribu-an yang berjumlah total Rp 20.000,oo".

"Pa..Kak Rafi boleh ikut lomba robot ndak hari minggu besok? Biaya pendaftarannya R 50.000,oo, tapi kak rafi hanya punya uang Rp 20.000,oo sambil mengeluarkan uangnya yang terdiri dari seribu-an dan dua ribu-an yang berjumlah total Rp 20.000,oo".
Melihat ekspresi wajahnya penuh harap, saya langsung mengiyakan
sekaligus menunjukkan ekspresi dukungan dan sekaligus menyanggupi untuk menggenapi kekurangannya Rp 30.000,oo. Aku pun mendapati ekpresi
kebahagiannya pecah
dan kemudian mendaratkan ciuman ke pipi kananku sambil bilang "terima kasih ya pah?".
Saat yang sama, sebenarnya saya bimbang apakah menerima Rp 20.000,oo nya yang jelas-jelas hasil akumulasi menyisihkan jajan sekolahnya beberapa hari atau menolaknya dan kemudian menanggung semua biaya pendaftaran lomba yang sangat diinginkannya itu.
Tapi, ku putuskan menerimanya sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya keras dia menahan selera dan kemudian menyisihkan
uang jajannya demi bisa mengikuti lomba. Sikap ini pun sebagai caraku menghargai semangat kemandiriannya untuk mencapai sesuatu walau untuk kali ini jumlahnya masih kurang dari cukup. Karena hari ini adalah pendaftaran terakhir, saya dan Kak Rafi langsung bergegas menuju tempat pendaftaran, di Rumah Makan Riung Panyaungan, Purwokerto. Sesudah mendapatkan paket robot dari panitia, Kak Rafi dibantu Mas Daffa dan Dek Deva pun sibuk merangkai robot pada malam harinya.
Tidak seperti biasanya di setiap Hari
Minggu, kali ini ketika jagoan cukup rukun dan penuh inisiatif. Secara bergantian mereka mandi dan langsung berpakaian rapi. Sesudah semua ready, kami pun berangkat ke arena lomba. Sesampai disana, anak-anak mendapati temen sebaya dan sebagian dari mereka ternyata temen satu sekolahan di SD Al-Irsyad Islamiyah 02. Para orang tua pun tak luput ikut semangat mendampingi anaknya.
DUNIA ANAK YANG UNIK....
Pertandingan belum dimulai, tetapi setiap anak sudah menunjukkan gairahnya berlomba. Semua menunjukkan kebolehan robot hasil rakitannya masing-masing. Aku biarkan anak-anak membaur dan berinteraksi dengan caranya masing-masing. Aku mengamati apa yang mereka bicarakan dan bagaimana mereka saling berinteraksi. Aku melihat sebagian begitu bersemangat mempertontonkan modifikasi yang dilakukan dan sebagian lainnya mencoba mempertnjukkan kecepatan hasil rakitannya. Terkadang ada yang merubah posisi kaki robot dengan harapan akan lebih cepat dan sebagian lainnya bongkar pasar batery dengan keyakinan akan mendapati kecepatan yang lebih. Saya biarkan ketika lelakiku menyesuiakan dengan karakter mereka masing-masing. Aku hanya berpesan untuk memperhatikan strategi yang diterapkan teman-teman lainnya dan jangan malu untuk bertanya agar bertambah pengetahuannya. Saya melihat Kak Rafi menjalankan arahan dan cermat mengamati. Saat dia meyakini salah satu cara efektif dari temennya, Kak rafi pun tak segan minta diajarin sama temennya. Terakhir, saya melihat Kak Rafi dibantu salah satu orang tua peserta untuk menyetel robotnya. Saya hanya melihat dari kejauhan bagaimana Kak Rafi, Mas Daffa dan Dek Defa larut dan begitu menikmati suasana. Momen ini juga bagian dari referensi untuk mengukur bagaimana para lelakiku berinteraksi dengan temen sebayanya dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan para orang tua dari temen-temennya.
KETIKA LOMBA DIMULAI...
Panitia mengumumkan lomba menggunakan sistem setengah kompetisi dibabak penyisihan grup dimana masing-masing grup terdiri dari 5 (lima) peserta. Siapa yang juara group maka berhak mewakili grupnya untuk maju ke babak selanjutnya. Anak-anak itu terlihat mulai panik, menegang dan kesan nervous begitu nyata. Keinginan untuk menjadi "juara" sepertinya menyelimuti seluruh tubuh anak-anak ini. Tak ketinggalan para orang tua, sebagian ikut mengantarkan anaknya ke lintasan dan sebagian ada yang ikut memegang robot sambil menggiring anaknya ke lintasan lomba. Aku mencoba menguasai diri dan bersikap "out of the box" agar bisa mempelajari dan mengambil hikmah dari pegelaran lomba robot ini, setidaknya untuk bekal berikutnya dalam membina para lelakiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kebetulan Kak Rafi berada di group A, sehingga harus bertanding lebih awal. Aku melihat bagaimana Mas Daffa, Dek Deva dan temen-temennya satu sekolah yang juga peserta lomba saling mendukung dan memotivasi. Padahal diantara mereka juga ada yang harus saling berhadapan karena berada di grup yang sama. Aku menikmati suasana pertandingan dan persaingan serta pertemanan yang mereka pertontonkan dihadapanku. Setiap salah satu dari mereka yang akan bertanding di lintasan, yang lain mengambil inisiatif untuk menyemangati. Tak lupa akupun ikut menyemangati setiap salah satu dari mereka berlomba. Khusus saat Kak Rafi berlomba aku menyemangati sampai lintasan.
Sebuah suasana yang luar biasa bagiku dimana anak-anak ini bisa memisahkan emosi pertandingan dan suasana persahabatan. Dari 4 (empat) kali maju, Kak Rafi menang 3 (tiga) kali dan sekali kalah. Hasil akhir kualifikasi Group A, Kak Rafi menduduki posisi ke dua sehingga belum berhak untuk maju ke babak selanjutnya. Aku mendapati wajah kecewa sesaat, tetapi kembali ceria saat teman lainnya harus beranjak mengikuti lomba. Luar biasa fikirku, anak-anak ini seperti sudah terlatih untuk bermain emosi dan saling menyemangati. Bahkan mereka saling bertukar perangkat batery untuk mempertinggi daya cepat robot yang akan bertanding.
HIKMAH LOMBA....
Setiap lomba pada akhirnya harus menentukan juara. Artinya, pasti ada yang tersisih dari setiap pegelaran lomba. Namun, lomba sesungguhnya bukanlah hanya tentang siapa yang juara, tetapi lomba juga merupakan media yang baik untuk uji karakter seorang anak yang merupakan bagian penentu masa depan anak itu sendiri diwaktu mendatang. Bagaimana mereka mempersiapkan diri, bagaimana mereka terjebak dalam suasana bersaing di dalam maupun diluar lintasan, bagaimana diantara peserta saling berekspresi saat lomba baru saja usai, bagaimana mereka saat memenangkan dan bagaimana pula mereka saat harus menerima kekalahan. Tentu semua tahapan ini melahirkan satu pengalaman yang berkontribusi terhadap pembentukan mental dan karakter anak.
Hal menarik adalah saat para orang tua bisa mengendalikan diri saat anaknya berlomba. Apakah momen ini mereka memilih untuk membiarkan anaknya berkreasi dengan caranya sendiri dan mengambil peran sebagai motivator bagi anaknya atau kemudian lebih sibuk mempersiapkan robot dengan mengoptimalkan akal dewasanya demi kemenangan anaknya di lintasan. Ini memang persoalan pilihan sikap saja, tetapi menjadi menarik ketika ini dilihat dari perspektif edukasi.
PERDEBATAN SEBAGAI DINAMIKA YANG EDUKATIF
Perlombaan mulai meningkat tensinya bersamaan dengan cuaca yang semakin panas. Mungkin kekaguman kemudian menginspirasi tanya tentang adanya robot yang kencangnya melesat jauh diatas rata-rata. Terdengar satu celetukan kalau robot tersebut telah dimodifikasi melebihi standar yang ditetapkan panitia. Beberapa orang tua pun mulai berfikir hal sama dan akhirnya terdengar oleh panitia. Akhirnya, sempet terjadi komunikasi antara panitia dan beberapa orang tua peserta tentang standarisasi robot dan batasan modifikasi. Untungnya, dinamika hangat mencair saat tersepakati bahwa modifikasi apapun boleh dilakukan sepanjang robot digerakkan dengan 2 (dua) batu batery dengan ukuran masing-masing bateray adalah 1,5 volt.
Andai perdebatan ini terjadi antar peserta yang masih siswa SD dengan panitia, pasti akan jauh lebih seru dan lebih edukatif, karena akan berlangusng adu argumentasi diantara peserta yang masih unyu-unyu.
Namun komplain beberapa orang tua mempertanyakan hal tersebut kepada panitia harus dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan sebagai bentuk pembelaan yang nyata terhadap anaknya. Atau mungkin saja, sang orang tua sesungguhnya sedang mengekspresikan lelahnya yang tadi malam ikut disibukkan dengan proses perakitan robot yang akan dipakai puteranya di lomba hari in. He2.....
APRESIASI ATAS GAGASAN PENYELENGGARAAN LOMBA...
Ide dasar lomba ini tergolong kreatif dan juga edukatif. Disatu sisi mendekatkan peserta dengan teknologi sehingga meningkatkan gairah anak-anak usia dini lebih familiar dengan teknologi dan disisi lain mendukung dalam proses peningkatan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tentang teknologi robot. Lihatlah bagaimana para peserta menggunakan berbagai akal untuk membuat robotnya lebih cepat jalannya. Setiap dari mereka selalu memiliki alasan berbau-bau pengetahuan saat ditanya temennya mengapa melakukan modifikasi yang ini atau yang itu. Tentu proses semacam itu akan mencerdaskan semua orang yang terlibat dalam diskusi kecil. Bahkan, saat ada anak yang menangis di lintasan karena robotnya mogok juga memberi pelajaran, baik bagi yang nangis maupun yang menyaksikan tangisan itu. Inilah berbagai hikmah yang melengkapi apresiasi terhadap pegelaran lomba.
Tentu sebuah gagasan lomba terkadang tak luput dari unsur profit seperti promosi tempat penyelenggaraan, promos robot dan hal lainnya yang mendatangkan keuntungan. Namun demikian, lebih bijak memandang itu sebagai sebuah kreativitas hebat dan selanjutnya mengucapkan terimakasih dan hormat karena pegelaran lomba ini mendatangkan pelajaran luar biasa bagi segenap peserta dan juga para orang tua/pendamping peserta lomba.
Sukses dan Salut Untuk Panitia...!!!!!
dan kemudian mendaratkan ciuman ke pipi kananku sambil bilang "terima kasih ya pah?".
Saat yang sama, sebenarnya saya bimbang apakah menerima Rp 20.000,oo nya yang jelas-jelas hasil akumulasi menyisihkan jajan sekolahnya beberapa hari atau menolaknya dan kemudian menanggung semua biaya pendaftaran lomba yang sangat diinginkannya itu.
Tapi, ku putuskan menerimanya sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya keras dia menahan selera dan kemudian menyisihkan
uang jajannya demi bisa mengikuti lomba. Sikap ini pun sebagai caraku menghargai semangat kemandiriannya untuk mencapai sesuatu walau untuk kali ini jumlahnya masih kurang dari cukup. Karena hari ini adalah pendaftaran terakhir, saya dan Kak Rafi langsung bergegas menuju tempat pendaftaran, di Rumah Makan Riung Panyaungan, Purwokerto. Sesudah mendapatkan paket robot dari panitia, Kak Rafi dibantu Mas Daffa dan Dek Deva pun sibuk merangkai robot pada malam harinya.
Tidak seperti biasanya di setiap Hari
Minggu, kali ini ketika jagoan cukup rukun dan penuh inisiatif. Secara bergantian mereka mandi dan langsung berpakaian rapi. Sesudah semua ready, kami pun berangkat ke arena lomba. Sesampai disana, anak-anak mendapati temen sebaya dan sebagian dari mereka ternyata temen satu sekolahan di SD Al-Irsyad Islamiyah 02. Para orang tua pun tak luput ikut semangat mendampingi anaknya.
DUNIA ANAK YANG UNIK....
Pertandingan belum dimulai, tetapi setiap anak sudah menunjukkan gairahnya berlomba. Semua menunjukkan kebolehan robot hasil rakitannya masing-masing. Aku biarkan anak-anak membaur dan berinteraksi dengan caranya masing-masing. Aku mengamati apa yang mereka bicarakan dan bagaimana mereka saling berinteraksi. Aku melihat sebagian begitu bersemangat mempertontonkan modifikasi yang dilakukan dan sebagian lainnya mencoba mempertnjukkan kecepatan hasil rakitannya. Terkadang ada yang merubah posisi kaki robot dengan harapan akan lebih cepat dan sebagian lainnya bongkar pasar batery dengan keyakinan akan mendapati kecepatan yang lebih. Saya biarkan ketika lelakiku menyesuiakan dengan karakter mereka masing-masing. Aku hanya berpesan untuk memperhatikan strategi yang diterapkan teman-teman lainnya dan jangan malu untuk bertanya agar bertambah pengetahuannya. Saya melihat Kak Rafi menjalankan arahan dan cermat mengamati. Saat dia meyakini salah satu cara efektif dari temennya, Kak rafi pun tak segan minta diajarin sama temennya. Terakhir, saya melihat Kak Rafi dibantu salah satu orang tua peserta untuk menyetel robotnya. Saya hanya melihat dari kejauhan bagaimana Kak Rafi, Mas Daffa dan Dek Defa larut dan begitu menikmati suasana. Momen ini juga bagian dari referensi untuk mengukur bagaimana para lelakiku berinteraksi dengan temen sebayanya dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan para orang tua dari temen-temennya.
KETIKA LOMBA DIMULAI...
Panitia mengumumkan lomba menggunakan sistem setengah kompetisi dibabak penyisihan grup dimana masing-masing grup terdiri dari 5 (lima) peserta. Siapa yang juara group maka berhak mewakili grupnya untuk maju ke babak selanjutnya. Anak-anak itu terlihat mulai panik, menegang dan kesan nervous begitu nyata. Keinginan untuk menjadi "juara" sepertinya menyelimuti seluruh tubuh anak-anak ini. Tak ketinggalan para orang tua, sebagian ikut mengantarkan anaknya ke lintasan dan sebagian ada yang ikut memegang robot sambil menggiring anaknya ke lintasan lomba. Aku mencoba menguasai diri dan bersikap "out of the box" agar bisa mempelajari dan mengambil hikmah dari pegelaran lomba robot ini, setidaknya untuk bekal berikutnya dalam membina para lelakiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kebetulan Kak Rafi berada di group A, sehingga harus bertanding lebih awal. Aku melihat bagaimana Mas Daffa, Dek Deva dan temen-temennya satu sekolah yang juga peserta lomba saling mendukung dan memotivasi. Padahal diantara mereka juga ada yang harus saling berhadapan karena berada di grup yang sama. Aku menikmati suasana pertandingan dan persaingan serta pertemanan yang mereka pertontonkan dihadapanku. Setiap salah satu dari mereka yang akan bertanding di lintasan, yang lain mengambil inisiatif untuk menyemangati. Tak lupa akupun ikut menyemangati setiap salah satu dari mereka berlomba. Khusus saat Kak Rafi berlomba aku menyemangati sampai lintasan.
Sebuah suasana yang luar biasa bagiku dimana anak-anak ini bisa memisahkan emosi pertandingan dan suasana persahabatan. Dari 4 (empat) kali maju, Kak Rafi menang 3 (tiga) kali dan sekali kalah. Hasil akhir kualifikasi Group A, Kak Rafi menduduki posisi ke dua sehingga belum berhak untuk maju ke babak selanjutnya. Aku mendapati wajah kecewa sesaat, tetapi kembali ceria saat teman lainnya harus beranjak mengikuti lomba. Luar biasa fikirku, anak-anak ini seperti sudah terlatih untuk bermain emosi dan saling menyemangati. Bahkan mereka saling bertukar perangkat batery untuk mempertinggi daya cepat robot yang akan bertanding.
HIKMAH LOMBA....
Setiap lomba pada akhirnya harus menentukan juara. Artinya, pasti ada yang tersisih dari setiap pegelaran lomba. Namun, lomba sesungguhnya bukanlah hanya tentang siapa yang juara, tetapi lomba juga merupakan media yang baik untuk uji karakter seorang anak yang merupakan bagian penentu masa depan anak itu sendiri diwaktu mendatang. Bagaimana mereka mempersiapkan diri, bagaimana mereka terjebak dalam suasana bersaing di dalam maupun diluar lintasan, bagaimana diantara peserta saling berekspresi saat lomba baru saja usai, bagaimana mereka saat memenangkan dan bagaimana pula mereka saat harus menerima kekalahan. Tentu semua tahapan ini melahirkan satu pengalaman yang berkontribusi terhadap pembentukan mental dan karakter anak.
Hal menarik adalah saat para orang tua bisa mengendalikan diri saat anaknya berlomba. Apakah momen ini mereka memilih untuk membiarkan anaknya berkreasi dengan caranya sendiri dan mengambil peran sebagai motivator bagi anaknya atau kemudian lebih sibuk mempersiapkan robot dengan mengoptimalkan akal dewasanya demi kemenangan anaknya di lintasan. Ini memang persoalan pilihan sikap saja, tetapi menjadi menarik ketika ini dilihat dari perspektif edukasi.
PERDEBATAN SEBAGAI DINAMIKA YANG EDUKATIF
Perlombaan mulai meningkat tensinya bersamaan dengan cuaca yang semakin panas. Mungkin kekaguman kemudian menginspirasi tanya tentang adanya robot yang kencangnya melesat jauh diatas rata-rata. Terdengar satu celetukan kalau robot tersebut telah dimodifikasi melebihi standar yang ditetapkan panitia. Beberapa orang tua pun mulai berfikir hal sama dan akhirnya terdengar oleh panitia. Akhirnya, sempet terjadi komunikasi antara panitia dan beberapa orang tua peserta tentang standarisasi robot dan batasan modifikasi. Untungnya, dinamika hangat mencair saat tersepakati bahwa modifikasi apapun boleh dilakukan sepanjang robot digerakkan dengan 2 (dua) batu batery dengan ukuran masing-masing bateray adalah 1,5 volt.
Andai perdebatan ini terjadi antar peserta yang masih siswa SD dengan panitia, pasti akan jauh lebih seru dan lebih edukatif, karena akan berlangusng adu argumentasi diantara peserta yang masih unyu-unyu.
Namun komplain beberapa orang tua mempertanyakan hal tersebut kepada panitia harus dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan sebagai bentuk pembelaan yang nyata terhadap anaknya. Atau mungkin saja, sang orang tua sesungguhnya sedang mengekspresikan lelahnya yang tadi malam ikut disibukkan dengan proses perakitan robot yang akan dipakai puteranya di lomba hari in. He2.....
APRESIASI ATAS GAGASAN PENYELENGGARAAN LOMBA...
Ide dasar lomba ini tergolong kreatif dan juga edukatif. Disatu sisi mendekatkan peserta dengan teknologi sehingga meningkatkan gairah anak-anak usia dini lebih familiar dengan teknologi dan disisi lain mendukung dalam proses peningkatan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tentang teknologi robot. Lihatlah bagaimana para peserta menggunakan berbagai akal untuk membuat robotnya lebih cepat jalannya. Setiap dari mereka selalu memiliki alasan berbau-bau pengetahuan saat ditanya temennya mengapa melakukan modifikasi yang ini atau yang itu. Tentu proses semacam itu akan mencerdaskan semua orang yang terlibat dalam diskusi kecil. Bahkan, saat ada anak yang menangis di lintasan karena robotnya mogok juga memberi pelajaran, baik bagi yang nangis maupun yang menyaksikan tangisan itu. Inilah berbagai hikmah yang melengkapi apresiasi terhadap pegelaran lomba.
Tentu sebuah gagasan lomba terkadang tak luput dari unsur profit seperti promosi tempat penyelenggaraan, promos robot dan hal lainnya yang mendatangkan keuntungan. Namun demikian, lebih bijak memandang itu sebagai sebuah kreativitas hebat dan selanjutnya mengucapkan terimakasih dan hormat karena pegelaran lomba ini mendatangkan pelajaran luar biasa bagi segenap peserta dan juga para orang tua/pendamping peserta lomba.
Sukses dan Salut Untuk Panitia...!!!!!
Sudut Rumah Makan Riuang Panyayungan
di Jalan Merdeka, Purwokerto
Minggu, 09 Nopember 2014
Sambil Nungguin Anak Lomba
RESPON SAHABAT-SAHABAT FB
Mohon Pendapat Para Sahabat FB :
kemarin sore..salamku saat memasuki rumah dijawab oleh anak ke-2 ku yang saat ini masih duduk di kelas V SD. Dia mendekatiku, meyalami tanganku dan kemudian duduk disebelahku dengan manja. Sepertinya dia akan menyampaikan sesuatu kalau sudah mengeluarkan gaya khas yang begini...Hmm ternyata seperti dugaanku..
"Pa..Kak Rafi boleh ikut lomba robot ndak hari minggu besok? Biaya pendaftarannya R 50.000,oo, tapi kak rafi hanya punya uang Rp 20.000,oo sambil mengeluarkan uangnya yang terdiri dari seribu-an dan dua ribu-an yang berjumlah total Rp 20.000,oo.
Melihat ekspresi wajahnya penuh harap, saya langsung mengiyakan sekaligus menunjukkan ekspresi dukungan dan sekaligus menyanggupi menggenapi kekurangannya Rp 30.000,oo. Aku pun mendapati ekrpresi kebahagiannya pecah dan kemudian mendaratkan ciuman ke pipi kananku sambil bilang "terima kasih ya pah?"
Saat yang sama, sebenarnya saya bimbang apakah menerima Rp 20.000,oo nya yang jelas-jelas hasil akumulasi menyisihkan jajan sekolahnya beberapa hari atau menolaknya dan kemudian menanggung semua biaya pendaftaran lomba yang sangat diinginkannya itu.
Tapi, ku putuskan menerimanya sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya keras dia menahan selera dan kemudian menyisihkan uang jajannya demi bisa mengikuti lomba. Sikap ini pun sebagai caraku menghargai semangat kemandiriannya untuk mencapai sesuatu walau untuk kali ini jumlahnya masih kurang dari cukup.
menurut sahabat FB...salah dan tega...KAH?
Mohon Pendapat Para Sahabat FB :
kemarin sore..salamku saat memasuki rumah dijawab oleh anak ke-2 ku yang saat ini masih duduk di kelas V SD. Dia mendekatiku, meyalami tanganku dan kemudian duduk disebelahku dengan manja. Sepertinya dia akan menyampaikan sesuatu kalau sudah mengeluarkan gaya khas yang begini...Hmm ternyata seperti dugaanku..
"Pa..Kak Rafi boleh ikut lomba robot ndak hari minggu besok? Biaya pendaftarannya R 50.000,oo, tapi kak rafi hanya punya uang Rp 20.000,oo sambil mengeluarkan uangnya yang terdiri dari seribu-an dan dua ribu-an yang berjumlah total Rp 20.000,oo.
Melihat ekspresi wajahnya penuh harap, saya langsung mengiyakan sekaligus menunjukkan ekspresi dukungan dan sekaligus menyanggupi menggenapi kekurangannya Rp 30.000,oo. Aku pun mendapati ekrpresi kebahagiannya pecah dan kemudian mendaratkan ciuman ke pipi kananku sambil bilang "terima kasih ya pah?"
Saat yang sama, sebenarnya saya bimbang apakah menerima Rp 20.000,oo nya yang jelas-jelas hasil akumulasi menyisihkan jajan sekolahnya beberapa hari atau menolaknya dan kemudian menanggung semua biaya pendaftaran lomba yang sangat diinginkannya itu.
Tapi, ku putuskan menerimanya sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya keras dia menahan selera dan kemudian menyisihkan uang jajannya demi bisa mengikuti lomba. Sikap ini pun sebagai caraku menghargai semangat kemandiriannya untuk mencapai sesuatu walau untuk kali ini jumlahnya masih kurang dari cukup.
menurut sahabat FB...salah dan tega...KAH?
- Adha Bahagia, Vlad Alfaz, Heri Cahyo Riyanto Syarifuddin and 19 others like this.
- Fajar saya sepakat dengan cara Bapak tetap mengambil uang dari putra Bapak. itu akan menjadi pembentuk karakter yang sesungguhnya.. memanja seorang anak bukan tidak boleh, tapi mesti pas waktunya.. hehe membelikanya es krim saat si anak merengek meminta padahal si anak lagi batuk tentu bukan hal yg baik.
- Ade Nurliani Ismadi Bagus kak.....menurutku itu bagian dari apresiasi terhadap effort yg nanda usahain.... semoga nanda semakin sholih dan cerdas....
- Sarwono Adiyanto Wah kak rafi hebat
- Dwi Setyohartono Sekedar saran ajah : paa saat menyerahkan uang tukeran yang oastinya pecahan 50 ribuan. Sertakan uang yang 20 ribu pecahan kecil dalam bendel terpisah... Katakan untyk disimpan kembali agar suatu ketika butuh ikut atau pengin beli lainnya bisa nambahi uang papah. Kita coba untuk tidak sekedar penuhi kebutuhan anak saja tetapi KOMUNIKASI ....
- M-Son Zarka Good lah..yg penting berusaha dulu pak.....biar belajar mandiri dan bertanggungjawab
- Sixsiarso Putro Sangat sepakat bos..
Halaman yang saya tekankan ke anak anak, harus bisa menyisihkan uangnya.
Untuk disimpan.
Kadang anak anak..kalau mau beli sesuatu...Papa dan mama belum ada duit..
Mereka. Menjawab..ya sudah pakai uang aku saja...papa..
....salam.. - Agus Wiratno Ndak papa melatih jiwa kemandirian, trus nanti yang 20rb diberikan lagi dalam bentuk lain..
- Taufik Nasution Topan Salam kenal pak, menurut saya gak salah pak, kak rafi kan tetap senang uang 20 rb yg ditabungnya bapak terima, kak rafi senang bapak menghargai usahanya menabung.Bapak bisa kembalikan lagi uang 20 rb itu ke kak rafi pada saat mau lomba tapi dgn alasan yg membuat kak rafi tambah semangat misalnya sebagai apresiasi dari bapak utk semangat kak rafi mengikuti lomba.Semangat kak rafi mudah2an dapat juara.
- Mhd Duharsyah Sangat baik untuk melatih kemandirian, begitu juga hendaknya dalam hal berbagi kepada sesama...
- Abdul Karim mas Muhammad Arsad Dalimunte, akan lebih keras bagi Rafi kalau Rp 30.000 nya dianggap sebagai pinjaman (yang harus dikembalikan di kemudian hari) namun bisa dianulir atau untuk dibelikan sesuatu semacam modal untuk lomba berikutnya agar lebih baik bila dia berhasil mencapai sesuatu 'prestasi' selama proses perlombaannya (tidak harus juara)
- Suroto Ph Saya kira lebih baik lagi kalau uang 20 ribunya baiknya diinvestasikan dalam bisnis dulu baru kemudian pendaftaran lombanya nanti ikut kesempatan selanjutnya dengan gunakan devidennya....itupun musti diingatkan kalau perlu dibuat dana cadangan dari sebagian keuntunganya. Beritahukan juga agar jangan sering lakukan tarikan prive atas akumulasi kapitalnya agar nanti bisa lakukan ekspansi bisnis cepat. Apalagi ini sebentar lagi sudah mau datang Masyarakat Ekonomi Asean. Penetrasi modal asing akan membuat bisnis kita dalam ancaman besar. Saya yakin, kalau saran saya dipakai pasti Mas Rafi akan jadi pengusaha sukses dan bahkan mendunia. ,.bisnis robot boleh tuh.....perlu ekspo
- Ryan Septyanto bang Arsad tidak salah, orang tua seringkali bertujuan mendidik anak, syukur kak Rafi paham apa yg dicontohkan papanya, baiknya jg berikan apresiasi lebih buat kak rafi, agar memiliki semangat juang untuk mengikuti lomba.4 mins · Like
- Sugeng Budiarto Lha jadi bapaknya temen2 di koperasi ajah bagus...apalagi jadi bapaknya anak sendiri....tak diragukan...mantap bro
- Yuyun Wahyuning Menurut sy g slh and g tega , anak dari kcl mmg hrs diajarkn prihatin jd dia akan berpikir kl ingin sesuatu hrs berush ndak mengandalkn ortu walo ortu sbnerny mampu memberikan apa yg anak inginkn. Sukses bos.... slm bt kak rafi dan mamahnya....
Posting Komentar
.