“SPRITUAL NARZIS” | ARSAD CORNER

“SPRITUAL NARZIS”

Sabtu, 07 Juli 20120 komentar


Catatan kecil sebagai pengantar tentang “SPRITUAL NARZIS”  

A.  Muasal
no previewIstilah “Spritual Narzisme” sebenarnya berasal dari chattingan dengan seorang sahabat FB  yang kebetulan berprofesi sebagi dosen si sebuah universitas swasta terkenal di Purwokerto. Status-status facebook beliau selalu berisi kalimat-kalimat bijak yang sangat menginspirasi. Hal ini mendorong saya untuk menyapa beliau untuk pertama kali yang keberulan terlihat online. Awalnya bersapa biasa dan kemudian chatting diisi dengan candaan edukatif. Ironisnya, di pagi itu ternyata beliau belum mandi karena hari itu tak ada jadual mengajar. Atas kebiasaan  buruk itu, saya berkelakar dengan mengatakan telah terjadi kekeliruan muasal berpenampilan menarik bagi banyak wanita yang seharusnya disajikan untuk meyenangkan pandangan  suami. Kemudian beliau melakukan pembelaan berujung canda beraroma narzis yang kemudian saya timpali dengan celetukan  “spritual narzis”.



B.  Strategi Sebagian Pesohor Agama  dan Dinamika Penampilan Kaum Perempuan

 “Spritual Narzis” memang hanya sebentuk celetukan dari proses chatting tanpa tema, tetapi realitas kekinian patut menjadi perhatian, khususnya dalam hal mensikapi perkembangan peradaban. Saya tak terlalu menguasai ilmu agama, tetapi tulisan ini berharap memiliki nilai edukasi dan motivasi serta berfungsi sebagai stimulan bagi setiap orang (termasuk saya yang sedang belajar...) untuk  mengambil tanggungjawab  dalam mensikapi secara bijak dinamika peradaban  yang  membutuhkan filter.

Dinamika pemikiran yang berujung pada kreativitas berwujud karya, di satu sisi telah membawa semua orang pada peradaban modern, tetapi disisi lain telah menjadi penyumbang suburnya budaya konsumtif atas nama “menyesuaikan zaman”. Ini tak hanya mewabah di kalangan masyarakat, tetapi sudah merambah sampai kalangan pesohor agama  yang kesehariannya menyampaikan pesan-pesan kebaikan berbasis ayat-ayat Tuhan.

Kian hari, fenomena modernisasi performance di kalangan pesohor agama kian menjadi. Apakah ini cara baru meng-efektifkan ketersampaian ayat-ayat itu untuk alasan lebih mendekat pada audience yang terjangkit penyakit hedonisme???.  Ironisnya, infotainment pun selalu mengabarkan gaya hidup para pesohor itu yang jauh dari kesan sederhana. Bahkan, para pesohor agama yang diyakini memiliki pengikut yang banyak dipilih oleh beberapa perusahaan untuk menjadi bintang iklan sebuah produk.  Bahkan sebagian produk tersebut sesungguhnya bukan kebutuhan pokok, sehingga berpotensi mendorong ummat untuk lebih konsumtif.  Mungkin masih segar dalam ingatan sebagian dari kita tentang pro-kontra  saat kyai sejuta ummat (cq.alm.Zainuddin MZ) bersedia membintangi sebuah film.  Tetapi, hal itu tak tampak lagi saat ini dimana sebagian dari pesohor agama  telah menjelma menjadi ikon selebritis.  Apakah masyarakat kita sudah lebih permisif??. Ataukah hal ini keberhasilan dari rekayasa ekonomi untuk kepentingan pihak-pihak tertentu ??. Semua hanya pra-duga, tetapi tulisan pengantar ini hanya memantik kontemplasi.

Tak bijak kalau hanya pesohor agama saja yang di sorot  tanpa memaparkan hal lain dari sedikit realitas masyarakat kekinian yang  sebagian terjangkit penyakit hedonisme (jangan-jangan saya juga kali ya...ha222).  Modernisasi performance juga sudah merambah  masyarakat melalui perkembangan dibidang fashion.  Disatu sisi, adalah sebuah pertanda baik angka yang berjilbab kian meningkat.  Disisi lain, peningkatan angka ini telah menginspirasi para kreator untuk memodernisasi  model pakaian muslimah.  Tak jarang, hal inipun membuat kaum muslimah tejangkit penyakit konsumerisme. Jangan-jangan ini juga bagian dari Spiritual Narzis (SN)...ha222


C. Mengkampanyekan  Anti Spritual Narzisme
no previewIstilah Spritual Narzisme memang belum terdefenisikan, masih menunggu beberapa pendapat dan pemikiran para sahabat facebooker. Tetapi satu hal yang menjadi harapan, semoga istilah SN ini menjadi pengingat sekaligus memotivasi kita semua untuk membetulkan yang  mungkin keliru dan lebih memperbaiki yang sudah baik....KAH??  
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved