Disampaikan pada acara LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Santri), di Pondok Pesantren “DARUSSALAM”
Dukuhwaluh, Purwokerto, Jawa Tengah, Ahad, 10 Juni 2012
A.
Tentang Kemarin, Saat ini, Nanti, Esok dan Lusa
Satu
hal lagi, Allah juga senantiasa seperti prasangka hamban-Nya. Atas dasar itu
pula sebaiknya setiap hamba senantiasa berfikiran positif dan optimis. Namun
satu hal yang layak menjadi perenungan, hamba yang “berkualifikasi seperti apakah”
sehingga sikap Allah akan seiring seperti prasangka hamba-Nya. Hal ini bisa ditelusur
melalui ilmu ketauhidan dan peningkatan kualitas keimanan.
Namun demikian, anda tak perlu melakukannya jika
keberpihakan-Nya diyakini “bukan” bagian terbesar dari kunci meraih sebuah
kesuksesan.
B.
Hidup adalah cobaan

Sebagian dari kita sering meng-identikkan “cobaan” dengan kesedihan atau kebelumberhasilan. Padahal sesungguhnya apapun kondisi yang datang dalam hidup kita, apakah itu senang atau sedih, semuanya adalah “cobaan”.
Dengan
hadirnya cobaan “kesedihan”, manusia diuji
apakah hal itu akan membuatnya lebih
mendekat atau justru lebih menjauh dari Sang Khalik. Sementara itu, dengan hadirnya “kebahagiaan”,
manusia diuji sejauh mana dia bersyukur,
sejauh mana hal ini membuat dia lebih merendahkan hatinya, sejauh mana kualitas
kedekatannya dibanding saat kesuksesan
belum datang. Fakta menunjukkan, banyak orang yang lulus dengan kesedihan,kepedihan
dan tangguh terhadap ragam rintangan, tetapi tak jarang sedikit orang yang justru lalai dalam kebehasilan sehingga
menjadi sombong dan lupa daratan.
Kemudian,
untuk menjadi pribadi yang lebih baik, satu tanya layak mengemuka; bisakah “sama” tingkat kekhusu’an berdo’a dan kadar tetes air mata seorang hamba baik saat keberhasilan belum
datang maupun keberhasilan sudah di genggaman????
C.
Persembahkan Pada Allah Sebentuk Fakta Layak
Setiap
orang menginginkan apa yang datang ke hidupnya sesuai dengan apa yang dia inginkan dan impikan.
Namun, dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Lihat dan amatilah di saat yang sama sebagian
manusia terlihat ceria dan sebagian lain ada yang tampak muram dengan wajah
kusut dan tatapan mata kosong sebagai
ekspresi mewakili kenyataan yang kurang menyenangkan.
mesjid pesantren |
Dalam perspektif horizontal, mimpi tak berwujud secara tiba-tiba, tetapi harus melalui rangkaian upaya dan juga memerlukan waktu yang terkadang cukup lama. Bahkan tak jarang dalam perjalanannya menemukan karang terjal yang sering melemahkan semangat. Perjuangan memerlukan keterjagaan spirit dan mental yang kuat. Keberhasilan tidak tersaji untuk para pemalas atau pecundang, tetapi hanya bagi mereka yang tekun, tak kenal lelah dan tak pernah menyerah dalam mencapai sebuah mimpi. Disamping itu, perjuangan juga memerlukan keikhlasan berkorban dan kesabaran dalam berproses. Sementara itu, dalam perspektif vertikal, keberhasilan hanya tersaji bagi mereka yang layak menurut pandangan Allah SWT untuk mencicipinya.
Untuk
itu, sebagai langkah terbaik dalam menggapai sebuah mimpi, kombinasi upaya
maksimal dan kepasrahan kepada Allah sepenuhnya tentang hasil akhir perjuangan,
selayaknya dijadikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
ketua panitia |
D.
5 (lima) Langkah
E.
Penghujung
Demikian
disampaikan sebagai bahan dalam sesi diskusi pelatihan dari kepemimpinan
santri. Semoga menginspirasi dan
menambah hasanah berfikir kita semua. Disamping itu, semoga ini juga momentum strategis
untuk membangun dan memperluas kebermaknaan bagi manusia lainnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.