A. Prolog Bernuansa Kontemplasi
Tak ada defenisi yang bisa
dipersalahkan, karena wirausaha bukanlah ilmu pasti (excacta). Oleh karena
itu, ketika anda ingin menekuni wirausaha, saya menganjurkan untuk membuat defenisi
sendiri. Sekedar bersaran, defenisi yang anda buat sendiri hendaklah mengandung unsur “menyemangati”, sehingga
defenisi itu selalu menjadi obat mujarrab ketika anda berada
pada titik
nazir lelah dalam perjalanannya.
B. Siapapun Berhak Menjadi Wirausahawan
Wirausahawan adalah sebuah
profesi unik yang memulainya tidak men-syaratkan apapun layaknya mencari kerja. Siapapun anda
boleh dan berhak memasukinya kapanpun anda inginkan sebagaimana anda pun
bebas meninggalkannya kapanpun berkehendak.
Oleh karena itu, karena kebebasan yang begitu luas, hanya sedikit orang yang
sukses menggeluti dunia ini, yaitu mereka yang konsisten, memiliki disiplin,
komitmen tinggi dan keteguhan yang luar biasa dalam menjalani segala dinamika
yang mengikutinya
C. Mimpi Sebagai Mula
Mulailah dengan mimpi. Bangunlah
“mimpi
besar dan curahkan segala energi dan potensi anda untuk pencapaiannya”.
Mungkin kalimat ini layak menjadi penyemangat bagi mereka yang mau memasuki
dunia wirausaha. Jadikan mimpi sebagai sumber inspirasi dan energi. Jadikan
mimpi sebagai sumber semangat untuk terus melangkah tanpa berfikir untuk berbalik
arah. Jadikan bayang indah keberhasilan sebagai pengobat tiap kali kekhawatiran
menghinggapi anda. Beranilah bermimpi dan yakin lah setiap mimpi akan menemukan
jalannya.
Ingat, hanya sedikit
orang yang berkesempatan memberi warna pada dunia dan itu
hanya pada orang yang berkomitmen merealisasikan mimpinya. jadilah bagian dari
kelompok yang sedikit itu. Bentuklah capaian-capaian yang menggambarkan
keber-artian anda dalam hidup. Jadilah pemberani dan bangunlah spirit untuk
menciptakan perbedaan yang menciptakan perkembangan peradaban. Namun demikian, jangan
pernah memulainya kalau anda tak punya
nyali cukup sebab itu hanya akan membawa
anda kegagalan total.
D. Keterpinggiran Pemula
Disisi lain, ketika anda
berwirausaha penghasilan anda ditentukan
oleh keberhasilan anda sendiri, karena anda-lah bos nya. Namun demikian, pada
awalnya dimana usaha anda belum mencapai
tahap establish, tentu penghasilan anda mungkin jauh lebih kecil
bila dibandingkan dengan mereka yang memilih bekerja di sebuah perusahaan besar.
Demikian pula dengan status sosial atau lebih tepatnya harga diri anda, juga
dipengaruhi oleh seberapa mampu anda men-drive usaha milik anda menjadi karya
yang layak diapresiasi. Ironisnya,
hampir semua wirausahawan memulai sesuatu dari yang kecil dan tak ada satupun
yang menjamin pasti akan menjadi besar. Dengan demikian, hampir dipastikan berharap
apresiasi orang ditahapan awal sangat sulit. Hal-hal semacam ini lah yang sering
membuat para wirausahwan pemula merasa
minder (perasaan rendah diri) dan terpinggirkan. Bahkan tak jarang lingkungan
sekitar (keluarga, teman dan sahabat) sering melemahkan semangat dan terus menggoda anda untuk segera
meninggalkan usaha yang sedang anda rintis dengan susah payah. Pada titik
inilah keyakinan dan keteguhan seorang wirausahawan diuji. Jika tidak kuat,
biasanya langsung beralih profesi dan memilih jadi karyawan/pekerja di
perusahaan-perusahaan yang sudah mapan.
E. Men-drive Intelektualitas Sebagai
Modal Tambahan.
Dalam wirausaha, “semangat”
adalah modal terpenting dari seorang wirausahawan dan bukan terletak pada
ketersediaan “uang”. Uang tak bisa
membeli semangat, tetapi semangat bisa menghasilkan uang. Kebenaran statemen ini semakin menguat
ketika anda menelusur kisah masa lalu banyak
pengusaha sukses yang berawal dari semangat alias modal dengkul. Disisi lain,
banyak orang yang berasal dari keturunan orang berada tetapi gagal total dalam
membangun sebuah usaha, karena mereka tak memiliki semangat dan mental yang
cukup untuk menopang dinamika yang melingkupi wirausaha. Oleh karena itu,
kesuksesan hanyalah dimiliki mereka yang
memiliki semangat tinggi dan berkemampuan memelihara konsistensi dan
ketekunan dalam membangun sebuah karya monumental.
Disamping itu, “intelektualitas”
adalah modal tambahan yang sangat strategis khususnya bagi para wirausahawan, khususnya bagi mereka
yang berasal dari insan/jebolan kampus.
Dengan kadar intelektualnya, insan/jebolan kampus tentu memiliki wawasan luas
dan tingkat adaptasi yang lebih mumpuni dalam banyak situasi. Lewat keluasan
akal fikirnya, mereka lebih punya bekal memperluas jaringan lewat pola-pola komunikasi yang lebih attraktif
dengan komunitas yang bervariasi. Oleh
karena itu, kombinasi spirit (sebagai modal utama) dan kadar
intelektual (sebagai modal tambahan) merupakan sinergitas yang luar biasa
untuk menjadi wirausahawan yang handal.
F. Mulailah dari sesuatu yang anda bisa.
Mimpi tanpa aksi pasti
berakhir dengan kehampaan. Oleh karena itu, mulailah dari hal
kecil yang anda bisa. Sesuatu yang besar selalu berawal dari kecil.
Per-besar-an skala bisnis hanyalah imbas dari akumulasi langkah-langkah
kecil efektif yang anda lakukan. Jangan lemahkan semangat dengan senantiasa
mengedepankan keterbatasan. Jangan jadikan kekurangan sebagai pembenar untuk tidak melakukan
apa-apa, karena setiap yang ada berawal dari ketiadaan. Berfikirlah positif
karena dengan cara itu anda bisa menjaga stabilitas spirit dalam medan perjuangan. Bangunlah fikiran-fikiran yang menyemangati
untuk sampai pada titik keberhasilan. Lakukan yang terbaik dari apa yang anda
punya dan biarkan waktu akan membawa pada satu titik yang terkadang jauh diatas
ekspektasi anda sebelumnya. Lakukan
dengan senang hati dan jangan pedulikan segala hal yang membuat anda ingin
meninggalkan medan perang yang belum usai. Nikmati segala dinamika dan
bersiaplah dengan ragam kejutan yang menyenangkan dalam dunia wirausaha.
F. Tuhan dan Keberhasilan dalam Kewirausahawan.
Dalam tinjauan horizontal,
keberhasilan adalah akibat dari ketepatan upaya dan langkah dalam mengupayakan
sesuatu yang di cita-citakan. Dalam tinjauan vertikal, keberhasilan
adalah bentuk keberpihakan Tuhan atas segala daya upaya yang dilakukan
manusia untuk mewujudkan mimpinya. Artinya,
keberhasilan merupakan sinergitas antara upaya horizontal dan vertikal.
Satu hal yang menjadi catatan,
mental yang kuat tidak hanya diperlukan pada sesi perjuangan, tetapi juga
diperlukan dalam sesi keberhasilan. Fakta menunjukkan banyak yang tidak siap
dengan sebuah pencapaian. Banyak wirausahawan yang lupa diri setelah meraih
sebuah keberhasilan dan akibat yang nyata adalah terjungkalnya wirausahawan
tersebut kedalam kehinaan yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu, sebagai
orang yang sedang belajar, saya menyarankan kepada para calon wirausahawan
untuk menegaskan garis relevansi segala usaha yang dijalankan dengan upaya
meraih kemuliaan dipandangan Tuhan. Dengan demikian, apapun capaian yang
diperoleh dari serangkaian langkah, akan menjadi hal yang terbaik dalam siklus
hidup kita.
Untuk itu, hindarkanlah diri
dari sikap men-Tuhan kan “logika dan rasa”, karena apa yang
ada di bumi dan segala sesuatu yang terjadi didalamnya sesungguhnya atas izin Tuhan. Ketika kita terjebak men-Tuhan kan “logika dan rasa” dan terlarut
dalam ambisi dunia yang tak kan pernah habis-habisnya, maka terkadang seseorang tergiring menghalalkan segala cara
dalam mencapai cita-cita. Marilah kita menghindari keberhasilan semu yang hanya
akan menjerumuskan kita pada kekhawatiran dan ketidaktenangan hidup
berkepanjangan. Tak ada kebaikan yang lahir dari cara yang tidak baik. Tak ada
kesuksesan yang membahagiakan dari langkah-langkah keliru. Kalaupun dengan
melakukan kekeliruan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan, pasti suatu saat
akan mendapati ganjaran yang setimpal. Marilah
kita belajar mengembangkan sikap-sikap sportif, positif dan jujur dalam
mengelola semangat wirausaha menjadi karya penuh makna. Marilah kita niatkan
menjadi wirausaha tanpa perlu berdusta di prosesnya, karena satu dusta selalu
menuntut dusta berikutnya. Lebih baik tidak meraih keuntungan ketimbang harus
melakukan intrik kotor, karena hakekat bisnis bukanlah saling meniadakan tetapi saling menyenangkan dan memperkuat.
G. Pasrah dan
Ikhlas Sebagai Penghujung
Bangunlah prasangka positif,
karena Tuhan akan seperti prasangka hamba-Nya. Fahamilah
segala peluh keringat semata-mata dalam rangka menyajikan referensi obyektif dihadapan
Tuhan untuk layak dikaruniai sebentuk kesuksesan. Ingat... bagi Tuhan tak
ada yang sulit untuk melakukan apapun. Tuhan bisa melipatgandakan hasil atas usaha yang dilakukan hamba-Nya yang
terpilih sebagaimana tak sulit bagi-Nya meniadakan segala sesuatu yang telah
diperoleh hamba-Nya dengan susah payah.
Marilah kita belajar bersama
menjadikan wirausaha sebagai mesin penjawab masa depan dan juga sebagai media
untuk mendapatkan kemuliaan dihadapan Tuhan. Disamping itu, marilah kita
jadikan wirausaha sebagai bagian dari tanggungjawab moral kita untuk
menciptakan kehidupan dan harapan bagi banyak orang, dengan demikian wirausaha
akan mampu menekan angka pengangguran dan keresahan sosial yang selalu
mengikutinya. Marilah kita jadikan “ilmu pengetahuan dan intelektualitas” yang
dititipkan Tuhan sebagai media untuk menjadi manusia yang bermakna bagi manusia
lainnya.
Akhirnya, marilah kita
berdo’a, semoga menjadi wirausahawan
handal yang tak kenal lelah dalam
berupaya dan senantiasa pasrah dan ikhlas pada ketetapan Tuhan atas segala yang
telah kita lakukan dan korbankan demi ketercapaian sebuah impian. Amin.
Posting Komentar
.