BERWIRAUSAHA dengan “INTELECTUAL CAPITAL” | ARSAD CORNER

BERWIRAUSAHA dengan “INTELECTUAL CAPITAL”

Kamis, 26 April 20120 komentar


Disampaikan pada “Workshop dan Pelatihan Kewirausahaan Bagi Pemuda di Propinsi Jawa Tengah” program Kementrian Negara Koperasi & UKM RI, 28-30 April  2012, di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

A.  Prolog Bernuansa Kontemplasi

Wirausaha sesungguhnya adalah persoalan semangat, semangat untuk menjadikan sesuatu lebih bernilai manfaat lewat optimalisasi talenta yang melekat pada dirinya. Wirausaha merupakan dunia penuh ketidakteraturan dan ketidakpastian, sebagian orang menyebutnya dunia gila. Bahkan, golongan ekstrim beranggapan menggeluti dunia mengumpamakan wirausaha seperti ber-Tuhan,  karena meyakini sesuatu yang tidak terlihat.

Tak ada defenisi yang bisa dipersalahkan, karena wirausaha bukanlah ilmu pasti (excacta). Oleh karena itu, ketika anda ingin menekuni wirausaha, saya menganjurkan untuk membuat defenisi sendiri. Sekedar bersaran,  defenisi yang anda buat sendiri hendaklah  mengandung unsur “menyemangati”, sehingga defenisi itu selalu menjadi obat mujarrab ketika anda berada pada titik nazir lelah dalam perjalanannya.


B. Siapapun Berhak Menjadi Wirausahawan
Wirausahawan adalah sebuah profesi unik yang memulainya tidak men-syaratkan apapun layaknya mencari kerja.  Siapapun anda  boleh dan berhak memasukinya kapanpun anda inginkan sebagaimana anda pun bebas meninggalkannya kapanpun  berkehendak. Oleh karena itu, karena kebebasan yang begitu luas, hanya sedikit orang yang sukses menggeluti dunia ini, yaitu mereka yang konsisten, memiliki disiplin, komitmen tinggi dan keteguhan yang luar biasa dalam menjalani segala dinamika yang mengikutinya


C. Mimpi Sebagai Mula
Mulailah dengan mimpi. Bangunlah “mimpi besar dan curahkan segala energi dan potensi anda untuk pencapaiannya”. Mungkin kalimat ini layak menjadi penyemangat bagi mereka yang mau memasuki dunia wirausaha. Jadikan mimpi sebagai sumber inspirasi dan energi. Jadikan mimpi sebagai sumber semangat untuk terus melangkah tanpa berfikir untuk berbalik arah. Jadikan bayang indah keberhasilan sebagai pengobat tiap kali kekhawatiran menghinggapi anda. Beranilah bermimpi dan yakin lah setiap mimpi akan menemukan jalannya.

Ingat, hanya sedikit orang  yang  berkesempatan memberi warna pada dunia dan itu hanya pada orang yang berkomitmen merealisasikan mimpinya. jadilah bagian dari kelompok yang sedikit itu. Bentuklah capaian-capaian yang menggambarkan keber-artian anda dalam hidup.   Jadilah pemberani dan bangunlah spirit untuk menciptakan perbedaan yang menciptakan perkembangan peradaban. Namun demikian,   jangan pernah memulainya kalau  anda tak punya nyali  cukup sebab itu hanya akan membawa anda kegagalan total.


D. Keterpinggiran Pemula
Wirausaha adalah dunia penuh ketidakpastian dan selalu  diawali dengan perjuangan berliku dan penuh peluh. Ini sangat berbeda ketika anda bekerja (menjadi follower) pada sebuah perusahaan yang sudah pasti berpenghasilan setiap bulannya (kecuali perusahaannya bangkrut alias gulung tikar). Disamping itu, status sosial anda juga terimbas oleh nama besar perusahaan itu. Masa depan anda sangat tergantung pada prestasi anda menurut penilaian sang bos. Demikian pula dalam hal besaran penghasilan anda, sangat tergantung kebijakan perusahaan (Sang Bos).

Disisi lain, ketika anda berwirausaha  penghasilan anda ditentukan oleh keberhasilan anda sendiri, karena anda-lah bos nya. Namun demikian, pada awalnya dimana usaha anda belum mencapai  tahap establish, tentu penghasilan anda mungkin jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan mereka yang memilih bekerja di sebuah perusahaan besar. Demikian pula dengan status sosial atau lebih tepatnya harga diri anda, juga dipengaruhi oleh seberapa mampu anda men-drive usaha milik anda menjadi karya yang layak diapresiasi. Ironisnya, hampir semua wirausahawan memulai sesuatu dari yang kecil dan tak ada satupun yang  menjamin pasti akan menjadi besar.  Dengan demikian, hampir dipastikan berharap apresiasi orang ditahapan awal sangat sulit. Hal-hal semacam ini lah yang sering membuat para wirausahwan pemula  merasa minder (perasaan rendah diri) dan terpinggirkan. Bahkan tak jarang lingkungan sekitar (keluarga, teman dan sahabat) sering melemahkan semangat  dan terus menggoda anda untuk segera meninggalkan usaha yang sedang anda rintis dengan susah payah. Pada titik inilah keyakinan dan keteguhan seorang wirausahawan diuji. Jika tidak kuat, biasanya langsung beralih profesi dan memilih jadi karyawan/pekerja di perusahaan-perusahaan yang sudah mapan.


E.  Men-drive Intelektualitas Sebagai Modal Tambahan.
Dunia wirausaha memang dunia aneh. Dalam banyak kejadian, para wirausahawan dari kaum intelektual (kalangan kampus) justru disiplin ilmunya tidak memiliki relevansi dengan  dunia bisnis atau perekonomian. Ini menunjukkan bahwa kewirausahaan sebagai ilmu memang bisa dipelajari, tetapi tidak semua faham bahwa aplikasi ilmu wirausaha memerlukan nyali dan mental  yang cukup.  Oleh karena itu, mereka yang mengidolakan comfort zone (zona nyaman) dalam waktu singkat (instan) dan bukan tipe risk taker (pengambil resiko) tidak cocok mengambil “berwirausaha” sebagai pilihan.  

Dalam wirausaha, “semangat” adalah modal terpenting dari seorang wirausahawan dan bukan terletak pada ketersediaan “uang”.  Uang tak bisa membeli semangat, tetapi semangat bisa menghasilkan uang.  Kebenaran statemen ini semakin menguat ketika  anda menelusur kisah masa lalu banyak pengusaha sukses yang berawal dari semangat alias modal dengkul. Disisi lain, banyak orang yang berasal dari keturunan orang berada tetapi gagal total dalam membangun sebuah usaha, karena mereka tak memiliki semangat dan mental yang cukup untuk menopang dinamika yang melingkupi wirausaha. Oleh karena itu, kesuksesan hanyalah dimiliki mereka yang  memiliki semangat tinggi dan berkemampuan memelihara konsistensi dan ketekunan dalam membangun sebuah karya monumental.

Disamping itu, “intelektualitas” adalah modal tambahan yang sangat strategis khususnya  bagi para wirausahawan, khususnya bagi mereka yang berasal dari  insan/jebolan kampus. Dengan kadar intelektualnya, insan/jebolan kampus tentu memiliki wawasan luas dan tingkat adaptasi yang lebih mumpuni dalam banyak situasi. Lewat keluasan akal fikirnya, mereka lebih punya bekal memperluas jaringan lewat  pola-pola komunikasi yang lebih attraktif dengan komunitas yang  bervariasi. Oleh karena itu, kombinasi spirit (sebagai modal utama) dan kadar intelektual (sebagai modal tambahan) merupakan sinergitas yang luar biasa untuk menjadi wirausahawan yang handal.


F. Mulailah dari sesuatu yang anda bisa.
Mimpi tanpa aksi pasti berakhir dengan kehampaan. Oleh karena itu, mulailah dari hal kecil yang anda bisa. Sesuatu yang besar selalu berawal dari kecil. Per-besar-an skala bisnis hanyalah imbas dari akumulasi langkah-langkah kecil efektif yang anda lakukan. Jangan lemahkan semangat dengan senantiasa mengedepankan keterbatasan. Jangan jadikan kekurangan  sebagai pembenar untuk tidak melakukan apa-apa, karena setiap yang ada berawal dari ketiadaan. Berfikirlah positif karena dengan cara itu anda bisa menjaga stabilitas spirit  dalam medan perjuangan.   Bangunlah fikiran-fikiran yang menyemangati untuk sampai pada titik keberhasilan. Lakukan yang terbaik dari apa yang anda punya dan biarkan waktu akan membawa pada satu titik yang terkadang jauh diatas ekspektasi anda sebelumnya.  Lakukan dengan senang hati dan jangan pedulikan segala hal yang membuat anda ingin meninggalkan medan perang yang belum usai. Nikmati segala dinamika dan bersiaplah dengan ragam kejutan yang menyenangkan dalam dunia wirausaha.


F.  Tuhan dan Keberhasilan dalam Kewirausahawan.
Dalam kadar keimanan yang belum sempurna, saya mencoba mengabarkan  subyektifitas saya tentang relevansi Tuhan dan keberhasilan.

Dalam tinjauan horizontal, keberhasilan adalah akibat dari ketepatan upaya dan langkah dalam mengupayakan sesuatu yang di cita-citakan. Dalam tinjauan vertikal, keberhasilan adalah bentuk keberpihakan Tuhan atas segala daya upaya yang dilakukan manusia  untuk mewujudkan mimpinya. Artinya, keberhasilan merupakan sinergitas antara upaya horizontal dan vertikal. 

Satu hal yang menjadi catatan, mental yang kuat tidak hanya diperlukan pada sesi perjuangan, tetapi juga diperlukan dalam sesi keberhasilan. Fakta menunjukkan banyak yang tidak siap dengan sebuah pencapaian. Banyak wirausahawan yang lupa diri setelah meraih sebuah keberhasilan dan akibat yang nyata adalah terjungkalnya wirausahawan tersebut kedalam kehinaan yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu, sebagai orang yang sedang belajar, saya menyarankan kepada para calon wirausahawan untuk menegaskan garis relevansi segala usaha yang dijalankan dengan upaya meraih kemuliaan dipandangan Tuhan. Dengan demikian, apapun capaian yang diperoleh dari serangkaian langkah, akan menjadi hal yang terbaik dalam siklus hidup kita.

Untuk itu, hindarkanlah diri dari sikap men-Tuhan kan “logika dan rasa”, karena apa yang ada di bumi dan segala sesuatu yang terjadi didalamnya sesungguhnya  atas izin Tuhan. Ketika kita terjebak  men-Tuhan kan “logika dan rasa” dan terlarut dalam ambisi dunia yang tak kan pernah habis-habisnya, maka terkadang  seseorang tergiring menghalalkan segala cara dalam mencapai cita-cita. Marilah kita menghindari keberhasilan semu yang hanya akan menjerumuskan kita pada kekhawatiran dan ketidaktenangan hidup berkepanjangan. Tak ada kebaikan yang lahir dari cara yang tidak baik. Tak ada kesuksesan yang membahagiakan dari langkah-langkah keliru. Kalaupun dengan melakukan kekeliruan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan, pasti suatu saat akan mendapati ganjaran yang setimpal.  Marilah kita belajar mengembangkan sikap-sikap sportif, positif dan jujur dalam mengelola semangat wirausaha menjadi karya penuh makna. Marilah kita niatkan menjadi wirausaha tanpa perlu berdusta di prosesnya, karena satu dusta selalu menuntut dusta berikutnya. Lebih baik tidak meraih keuntungan ketimbang harus melakukan intrik kotor, karena hakekat bisnis bukanlah saling meniadakan  tetapi saling menyenangkan dan memperkuat.


G. Pasrah dan Ikhlas Sebagai Penghujung
Dalam upaya menjadi seorang wirausahawan handal, mulailah wirausaha dengan niat  baik dan tulus. Selanjutnya, optimalisasi spirit dan intelektualitas menjadi modal brilian  mewujudkan apa yang dinamakan “impian”.

Bangunlah prasangka positif, karena Tuhan   akan seperti prasangka hamba-Nya. Fahamilah segala peluh keringat semata-mata dalam rangka menyajikan referensi obyektif dihadapan Tuhan untuk layak dikaruniai sebentuk kesuksesan. Ingat... bagi Tuhan tak ada yang sulit untuk melakukan apapun. Tuhan bisa melipatgandakan hasil  atas usaha yang dilakukan hamba-Nya yang terpilih sebagaimana tak sulit bagi-Nya meniadakan segala sesuatu yang telah diperoleh hamba-Nya dengan susah payah.

Marilah kita belajar bersama menjadikan wirausaha sebagai mesin penjawab masa depan dan juga sebagai media untuk mendapatkan kemuliaan dihadapan Tuhan. Disamping itu, marilah kita jadikan wirausaha sebagai bagian dari tanggungjawab moral kita untuk menciptakan kehidupan dan harapan bagi banyak orang, dengan demikian wirausaha akan mampu menekan angka pengangguran dan keresahan sosial yang selalu mengikutinya. Marilah kita jadikan “ilmu pengetahuan dan intelektualitas” yang dititipkan Tuhan sebagai media untuk menjadi manusia yang bermakna bagi manusia lainnya.  

Akhirnya, marilah kita berdo’a, semoga  menjadi wirausahawan handal yang  tak kenal lelah dalam berupaya dan senantiasa pasrah dan ikhlas pada ketetapan Tuhan atas segala yang telah kita lakukan dan korbankan demi ketercapaian sebuah impian. Amin.
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved