“MENATAP LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI & ENERGI” | ARSAD CORNER

“MENATAP LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI & ENERGI”

Senin, 20 Februari 20120 komentar


Disampaikan pada Pelatihan “Aplikasi Teknis Pemisahan Laporan Keuangan”, Program Penguatan Kelembagaan Koperasi dan UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah, Purwokerto 21-22 Februari 2012

(Memaknai Laporan Keuangan Dari Sudut Sederhana)
 A.  Pembuka

Dalam tinjauan operasional koperasi, laporan keuangan (LK) tidak hanya sebentuk laporan yang menyajikan Perhitungan Hasil Usaha (PHU), Perubahan Modal dan Neraca, tetapi juga  merupakan referensi dalam mendeteksi efektivitas dari ragam aktivitas yang dijalankan sebuah koperasi, baik secara organisasi maupun usaha.  Atas dasar itu, LK memiliki posisi sangat urgent dalam sebuah koperasi, sehingga ketersajian  tepat waktu dan valid menjadi sebuah kebutuhan  dan bukan lagi sekedar sebuah kewajiban.
Dalam tinjauan teknis laporan keuangan, ada 2 (dua) tahapan lazim yang difahami masyarakat, yaitu; (i) tahapan penyusunan dan; (ii) tahapan intrepretasi. Pada tahapan proses penyusunan, tentu prosesnya harus tunduk dan patuh pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku  Sedangkan pada tingkat intrepretasi, harus mereferensi pada defenisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang di kenal dengan istilah JATI DIRI Koperasi.  Hal ini menjadi mutlak karena sesungguhnya koperasi bukanlah organisasi bebas nilai, tetapi ada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sudah menjadi acuan bersama.  


Sekedar me-refresh ingatan dan spirit, koperasi adalah kumpulan orang, sehingga meruakan organisasi atau perusahaan berbasis kolektif alias kebersamaan. Artinya, mulai proses pembentukan sampai dengan operasionalisasi pencapaian segala cita-cita, pasti melibatkan partisipasi seluruh unsur organisasi (pengurus, pengawas dan anggota).  Atas dasar ini pula koperasi tidak mengenal istilah keberhasilan atau kegagalan perorangan, tetapi hanya mengenal keberhasilan atau kegagalan kolektif.  Atas penjelasan tersebut, LK juga merupakan potret obyektif segala interaksi dan transaksi yang  terjadi di kalangan unsur organisasi.  Dengan demikian, LK juga identik dengan pengukuran kualitas kolektivitas yang terbangun di dalam koperasi itu sendiri.

B.  Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan    
Dalam menyusun  laporan keuangan, pengetahuan dan pemahaman ilmu akuntansi mutlak diperlukan. Kalau anda kebetulan bukan berprofesi sebagai akuntan atau berasal dari disiplin ilmu yang berbeda,  tak perlu memaksakan diri untuk bisa menyusun laporan keuangan, tetapi tak ada salahnya berinisiatif mempelajari dan memahami laporan keuangan. Dengan demikian, sebagai aktivis gerakan koperasi, anda berkemampuan mengintrepretasinya ke ranah yang lebih luas kaitannya dengan pengembangan organisasi dan perusahaan secara menyeluruh.

B.1.   Memaknai Neraca
Dalam laporan keuangan, kita mengenal istilah neraca (jangan baca neraka). Neraca adalah laporan yang menggambarkan kondisi riil sebuah perusahaan/organisasi pada waktu tertentu yang diukur. Oleh karena itu, di dalam neraca akan didapati segala penjelasan yang dinyatakan dalam angka untuk masing-masing akun (prakiraan) yang kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu : akun-akun Passiva dan akun-akun Aktiva.  Secara singkat, akun-akun PASSIVA adalah akun-akun yang menjelaskan tentang SUMBER keuangan, sedangkan akun-akun AKTIVA adalah akun-akun yang menjelaskan tentang BENTUK pemanfaatan dari segala sumber yang di peroleh.


B.1.1.  Mendeteksi  Sumber
Berbicara tentang SUMBER, kita mengenal istilah Modal Sendiri dan Modal Luar.  Dalam konteks ideal berkoperasi, segala aktivitas yang dijalankan koperasi seharusnya di talangi sepenuhnya oleh modal sendiri. Kalau hal ini bisa tercapai, kondisi ini menggambarkan  kualitas komitmen yang terbangun dan kepercayaan yang terpelihara di antara segenap unsur organisasi bisa dikategorikan sangat baik.  Untuk sampai pada titik ini memang memerlukan proses pembangunan kesadaran lewat edukasi yang kontinue, sehingga ragam keinginan dan kebutuhan yang mengemuka di koperasi mengacu pada kemampuan untuk menopangnya.

Dari sisi operasional manajemen, mempertinggi modal sendiri bisa dilakukan melalui  beberapa pendekatan yang antara lain di helaskan berikut ini, yaitu :
1.   mempertinggi komitmen dan kepercayaan anggota untuk menabung atau menempatkan dananya di koperasi, baik yang bersifat rutin (simpanan wajib), maupun temporal (seperti simpanan sukarela).  Hal ini bisa di tempuh melalui ketetapan RAT atau unit layanan yang diarahkan pada pembentukan trust anggota kepada koperasi secara kelembagaan. 
2.  memutar kembali SHU (sisa hasil usaha) untuk intensifikasi, ektstensifikasi dan atau diversifikasi pelayanan. Dalam cara ini, perolehan SHU baik dari transaksi anggota maupun non anggota tidak langsung dibagikan, tetapi dimanfaatkan untuk meningkatkan modal sendiri yang pada akhirnya akan memperluas kemampuan pelayanan koperasi.  
3.      Melalui pendekatan transaksi. Artinya, kunjungan anggota di unit layanan  difungsikan tidak sebatas pada transaksi kebutuhannya, tetapi juga dijadikan sebagai media untuk menggalakkan kebiasaan menabung. Pendekatan ini juga efektif menjadi sarana edukasi dan pembentukan mental anggota.  

Disamping modal sendiri, koperasi juga bisa menggunakan modal eksternal sepanjang tidak merusak otonomi pengelolaan sebagaimana didefenisikan dalam anggaran dasar (AD).  Banyak pola yang tersedia dalam mengakses modal eksternal yang antara lain di jelaskan berikut ini :
1.  Hutang. koperasi tidak mengharamkan Hutang, sepanjang hal ini menjadi kesepakatan bersama. Hutang bisa saja dijadikan salah satu sumber  penopang aktivitas yang sedang dan atau akan di jalankan sebuah koperasi.  Hanya saja, setiap hutang memiliki implikasi terhadap munculnya kewajiban mengembalikan pokok pinjaman sekaligus jasa pinjaman dalam kurun  waktu yang diperjanjikan. Untuk itu, sebelum mengambil keputusan untuk ber-hutang, segenap unsur organisasi menyadari implikasinya bagi  kehidupan organisasi dan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 
2.   Kemitraan mutualismeSalah satu upaya mewujudkan pembangunan karya  oleh koperasi adalah dengan menjalin kemitraan mutualisme (saling menguntungkan). Hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan modal sendiri dan atau sebagai bagian dari cara mengendalikan resiko.
3.    Mengakses bantuan lunak.  opsi ini sangat menarik namun sangat sulit di dapatkan walau beberapa koperasi mampu mewujudkannya, baik yang bersumber dari pemerintah maupun non pemerintah/NGO (non govertmen organization).

Satu hal yang menjadi catatan, idealnya koperaasi bergerak diatas kemandiriannya. Walaupun pelibatan modal eksternal tidak diharamkan, namun diharapkan keterlibatan modal eksternal hanya sebagai jembatan untuk menuju kemandirian. 

B.1.2.  Mendeteksi Bentuk
Setelah sebuah koperasi berkemampuan mengakses sumber, selanjutnya  koperasi masuk kedalam agenda intrepretasi ke dalam “bentuk” yang pemilihannya berdasarkan skala prioritas kebutuhan anggota. Misalnya pada koperasi yang berbasis konsumsi, maka akumulasi sumber bisa diwujudkan kedalam bentuk  layanan simpan pinjam dan atau toko ritail. Demikian pula halnya dengan koperasi berbasis produksi,  sumber daya bisa diarahkan pada peningkatan kapasitas, peningkatan kualitas dan atau perluasan market. Intinya, apapun bentuk intrepretasi yang kemudian  dipilih, hendaklah berdasar kebutuhan mayoritas pemilik koperasi (anggota).

Dalam teknis laporan keuangan, pengintrepretasian atau pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dinyatakan kedalam 2 (dua )bentuk  global , yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Dalam bahasa lapangan, aktiva lancar identik dengan modal kerja  yang secara umum terdiri dari; (i) kas  atau setara dengan kas; (ii) piutang dan; (iii) persediaan. Sementara itu, aktiva tetap identik dengan sarana dan prasarana pendikung kerja, seperti peralatan, inventaris, gedung, tanah, kendaraan dan lain sebagainya.

Kedalam bentuk apapun pada akhirnya sumber modal  di intrepretasikan sesungguhnya hanyalah persoalan pilihan. Namun demikian, efektivitas dari plihan harus menjadi perhatian.  Sekedar untuk panduan dasar, berikut ini disajikan hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.     Relevansi pemanfaatan dengan tujuan-tujuan yang didefenisikan bersama.
2.     Unsur efisiensi dan efektivitas, mengingat sangat dimungkinkan satu pilihan membawa efek jangka panjang pada kehidupan usaha dan organisasi.
3.     Relevansi pemanfaatan dengan pembangunan trust dan sekaligus kesejahteraan anggota

B.1.3.  Sesaat menelaah istilah SHU  dan  sedikit berfikir aneh
Dalam kacamata awam, Sisa Hasil Usaha (SHU) difahami sebatas pembeda antara koperasi dan non koperasi. Dalam tinjauan praktis, memang pendapat itu tak salah sepenuhnya. Apalagi didalam teknis perhitungan  SHU (istilah koperasi) dan Laba (istilah non koperasi) sama-sama mengukur selisih antara pendapatan dan biaya.

Sebagai bahan kontemplasi dan menstimulasi pemikiran, dalam istilah SHU sesungguhnya terkandung nilai-nilai spirit kolektivitas yang menjadi ciri khas koperasi. Artinya, dalam hal pendapatan maupun biaya-biaya yang muncul  di koperasi memuat nilai-nilai kesepakatan bersama. Hal ini berbeda dengan non koperasi dimana kendali pendapatan (misalnya penetapan margin) maupun biaya terletak pada kaum elite perusahaan (owner/pemilik dan manajemen), sementara konsumen adalah obyek yang dijadikan sumber pembentukan laba tanpa ada tanggungjawab untuk mengembalikan (re-fund).

Sementara itu, kelahiran unit layanan di koperasi  diawali dari arus kebutuhan mayoritas anggota dan kemudian pengelolaannya di percayakan kepada  wakil-wakil mereka  yaitu pengurus/manajemen dan pengawas. Dalam menjalankan amanah tersebut, pengurus maupun pengawas  harus memperhatikan karakter konsumen yang dalam organisasi adalah pemilik sah perusahaan dan juga memiliki hak control. Dengan demikian, tidak mengherankan bila konsumen (yang berstatus anggota)  ikut mengontrol harga atau margin yang diterapkan koperasi.  Dalam bahasa yang sedikit radikal, bukanlah sesuatu yang haram ketika para anggota menetapkan margin 0 (nol) atas setiap pelayanan yang disajikan oleh koperasi. Kalau hal ini benar-benar terjadi, maka SHU 0 (nol) bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan, sepanjang menjadi kehendak  atau keputusan organisasi.  Bukankah untuk kebahagiaan anggota awal mula koperasi ada..???.

C.  Laporan Keuangan  Sebagai Sumber Inspirasi dan Energi  
Ketika laporan keuangan koperasi sudah tersaji baik berbentuk PHU (Perhitungan Hasil Usaha), Perubahan Modal maupun Neraca, selayaknya dijadikan sebagai sumber inspirasi dan energi dalam menyusun gagasan-gagasan yang lebih variatif demi perluasan kebermanfaatan berkoperasi. 

Sebagai pemantik gairah berfikir, berikut ini disajikan beberapa hal tentang laporan keuangan :
1.  LK menyajikan rekam jejak organisasi dan usaha dimasa lalu. Artinya, data-data yang tersaji seharusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi (auto koreksi berjama’ah) dan sekaligus menilik ketercapaian harapan-harapan yang sudah didefenisikan bersama di masa yang lalu.
2.   LK bisa menjadi alat ukur obyektif  tingkat konsistensi partisipasi anggota.  Artinya, dari LK bisa dilakukan pendeteksian partisipasi masing-masing anggota dari apa-apa yang sudah dicapai. Hal ini penting menjadi perhatian kaitannya dengan  efektivitas langkah-langkah pembangunan kualitas kolektivitas.
3.  LK juga dapat dijadikan sumber semangat dalam merancang masa depan organisasi di masa mendatang. Pada kondisi partisipasi anggota yang terus meningkat, tentu akan lebih pantas optimis untuk memprogramkan sesuatu ketimbang  dalam kondisi koperasi yang anggotanya cuek dan bahkan tidak peduli.

Atas penjelasan-penjelasan diatas, maka disamping berfungsi untuk mengukur realitas organisasi dan perusahaan dalam angka, LK juga sangat layak dijadikan sumber inspirasi dan energi dalam menumbukembangkan kebermanfaatan koperasi yang lebih luas.

D.  Penutup
Demikian beberapa pemikiran sederhana dan mungkin ada beberapa hal yang sedikit aneh bila dipandang dari sudut kebiasaan. Semoga tulisan ini berkontribusi bagi perluasan pemahaman koperasi khususnya tentang laporan keuangan dan kaitannya dengan jatidiri koperasi.  Disamping itu, semoga tulisan sederhana ini juga  bermakna sebagai  stimulan inspirasi dan sekaligus loncatan energi  dalam membangun koperasi yang lebih baik sesuai dengan konsepsinya. Salam semangat berkoperasi.
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved