Pagi ini TR (Tuan Rumah) kedatangan tamu yang tak biasa, tamu yang mendefenisikan dirinya sebagai pengemis (P) tetapi tubuhnya masih sehat dan kekar.  
P  : "Aku datang padamu di pagi ini untuk mengemis secuil dari keterjawaban 
     pintamu  padaNya"..
TR : "Aku tak faham maksudmu".
P  : aku ingin melihat bagaimana kamu memaknai semua yang datang di 
     hidupmu.
TR : aku bahkan tak merasa memiliki apa2 kecuali semangat hidup. Aku hanya 
     mencoba menterjemahkan "hidup" sebagai kesempatan untuk berbuat 
     sesuatu. Karena aku  tak memiliki apa2 kecuali semangat, maka semangat 
     itulah yg mungkin bisa ku berikan padamu di pagi ini.
P  : apa yg kau dapatkan dari melakukan semua itu??
TR : aku bahkan tak berfikir akan mendapatkan apa, aku pasrahkan semuanya 
     pada sang Kuasa yg berhak mengatur hidupku. Aku hanya fokus  berbuat 
     sesuatu yang sekiranya membahagiakan orang lain, walau sejujurnya 
     sebagian diantara mereka ada yang lupa diri ketika sudah mencapai 
     kesuksesan.
P  : lupa diri, maksudnya??.
TR : mereka terlalu mencintai "capaian", hingga mereka lupa berbagi dan asik 
     dengan mimpi mereka tentang keberhasilan. Mereka kurang peka kalau 
     ada tetangganya yg sedang susah, mereka memandang  kemiskinan 
     semata2 sebagai  akibat, sehingga mereka kurang peduli ketika orang 
     miskin melintas dihadapannya. Mereka tak memandang lagi   kesusahan 
     yang ada dihadapannya dan sedang  menggerogoti orang lain bentuk 
     pesan Tuhan.
P  : bentuk pesan Tuhan gimana??
TR : bentuk pesan Tuhan untuk auto koreksi atas bentuk syukur, bentuk pesan 
     Tuhan untuk me- reposisi sebagian titipan-Nya pada si miskin, bentuk 
     cara Tuhan   melihat seberapa jauh kepedulian dan inisiatif memikirkan 
     orang lain, bentuk Tuhan  menilai bagaimana seorang hamba menilai 
     sebuah ”cobaan” yang kebetulan saat ini berbentuk ”keberhasilan”. 
P  : bukankah kemiskinan adalah akibat kebodohan mereka sendiri?
TR : aku lebih tertarik mencari musababnya dan mencoba menularkan 
     semangat untuk keluar dari kemiskinan itu sendiri. Pada akhirnya,  mereka 
     keluar dari kemiskinan  dengan cara mereka sendiri. Sesudahnya, aku 
     ingin mereka juga menularkan kepada orang miskin lainnya. Hal ini 
     kunilai efektif bagi pengentasan kemiskinan. Ketika  orang yang sudah 
     bisa keluar dari kemiskinan memberi kesaksian pada orang miskin  
     lainnya, hal ini lebih berpeluang untuk menyemangati.Ketauladanan 
     adalah cara kampanye yg sangat efektif.
P  : bukankah anda juga masih miskin??.
TR : aku memang miskin dan tak memiliki apa2, tetapi dibenakku "miskin" itu 
     adalah di ketiadaan semangat untuk melakukan sesuatu dan kemudian 
     memilih berpangku tangan pada orang lain.  Burung aja keluar pagi dari 
     sarangnya, sekembalinya dalam  keadaan kenyang. 
P  : ilmu anda tinggi sekali...
TR : aku tak merasa begitu, aku hanya mencoba belajar pada siapapun,apapun, 
     kapanpun dan dimanapun. Setiap yg baik kujadikan sebagai bahan untuk 
     menularkannya pada  orang lain, hingga tercipta kebaikan bagi orang lain 
     dan semoga  bagiku juga..
P  : apakah anda tidak ingin memiliki harta yg berlimpah??.
TR : setiap yg kita peroleh akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir, 
     darimana sumbernya dan kemana aja pemanfaatannya. Aku "ingin"  harta  
     banyak dan   berlimpah, tapi  aku takut sebenarnya aku tak 
     "membutuhkannya". Aku khawatir   ”kaya” akan membuatku lalai hingga 
     mengundang amarah Tuhan. Namun, seandainya Tuhan memberiku kaya, 
     kuharap kaya itu datang pada saat mentalku siap.  Dengan demikian, 
     dengan kekayaanku bisa membahagiakan banyak orang. Aku bekerja keras 
     dan mendefenisikan "mimpi" sebagai penyemangat, tetapi aku serahkan 
     sepenuhnya  pada Tuhan. Sebagai manusia, aku hanya berusaha sebaik 
     mungkin dengan mengoptimalkan segenap potensi yg dititipkan Tuhan 
     padaku.
P  : aku orang yg sangat beruntung pagi ini bisa berbincang denganmu.  Aku 
     sangat berterimakasih . Aku sudah mendapatkan apa yg kucari. Aku bisa 
     mengemis semangatmu tanpa mengurangi semangatmu sendiri.
TR : Aku tak merasa telah berbuat sesuatu hingga kamu pantas berterima 
     kasih. Kalaupun ada sesuatu yg baik bagimu, semata2 itu bentuk sayang 
     Tuhan padamu  dipagi ini.Akupun sedang berfikir dan mencari hikmah 
     atas pertemuan yg tak  pernah ku duga ini. Izinkan aku berpesan satu hal, 
     kalau ada ”hal baik” yang kau dapatkan di pagi ini...sebarluaskan lah pada 
     yang lain hingga memperluas kebaikan  itu sendiri.
P  : Baiklah....akan ku lakukan. Aku mohon pamit....
Akhirnya sang pengemis meninggalkan tuan rumah dengan penuh senyum bahagia.

+ komentar + 3 komentar
its an amazing think....luar biasa..karena allahpun tidak suka orang yang mensdahkan harta kepada peminta-minta...sedekahkanlah harta kepada orang miskin yang memiliki semangat untuk menghidupi dirinya, keluarga intinya dan kerbatnya...dan orang kaya yang sukses adalah orang kaya yang memberikan sebahagian hartanya untuk jalan Allah karena Allah menciptakan manusia agar memiliki prilaku terbaik...so membangun kekayaaan adalah membangun karakter yang terbaik sebagai khalifah Allah...semakin kaya semakin rendah hati, semakin kaya semakin banyak bersedeqah,,,bahkan anak cucu rasulullahpun memberikan sedeqah secara sembunyi-sembunyi sampai orang-orang disekitarnya mengganggap dia bakhil, namun di akhir hayatnya ternyata punggungnya penuh dengan bekas mengangkat gandum dan barang-barang yang disedekahkan kepada kaum fakir miskin...subhanalllah...tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah..kalau bukan kita semua siapa lagi???????????????
Kontemplasi yang sangat berharga. Saya suka!
Mbak Siti : thanks atas apresiasinya, semoga menyemangati untuk melakukan segala hal yang membahagiakan orang lain. Kebermaknaan bagi orang lain adalah jalan menuju kemuliaan di pandangan Allah, walau untuk itu memerlukan pengorbanan fikiran dan tenaga serta keihlasan dan kesabaran.Diragam lelah letak perjuangan sesungguhnya, oleh karena itu berbahagialah terjebak dalam kelelahan demi sebuah kebaikan..begitu kata pak kyai di sebuah majelis...he222
Posting Komentar
.