Di suatu sore, perjalanan seorang ayah muda bersama puterinya yang sedang mengendarai sepeda motor terpaksa terhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan merah. Sedetik kemudian, sebuah sepeda motor berhenti juga persis di sebelahnya dan mengambil posisi agak sedikit lebih di depan.
Sepeda motor itu berwana merah dan di tumpangi 2 (dua) gadis cantik berkaca mata hitam,mengenakan celana pendek,baju kaos ketat, rambut di biarkan terurai lepas dan tidak mengenakan helm. Kebetulan warna pakaian kedua gadis itu cerah sehingga sangat mencolok dan mengundang perhatian di tengah kerumunan kendaraan yang sama2 berhenti karena lampu merah, khususnya dari kaum lelaki yang tak mampu mengendalikan nalurinya, tak terkecuali sang ayah muda.
Sang Ayah muda lupa kalau sedang bersama puterinya, naluri kelelakian mengggodanya untuk menikmati pandangan yang ada di samping depannya. Sebuah pemandangan indah yang menggiring Sang Ayah muda terjebak pada keliaran ber-andai. Sekejap, puterinya juga ikut memandangi kedua gadis cantik nan seksi itu. Di luar pengetahuannya, puterinya juga melihat ketika sang ayah tertegun pada pandangan indah, seolah terlibat dalam cengkrama ke dua gadis cantik itu ketika lampu merah sedang berlangsung.
tinnnnnn.....tiiiiiinnnnnn...tiba2 dia di kagetkan oleh suara klakson dari beberapa kendaraan di belakang dan menyadarkan dia bahwa lampu merah telah berubah lampu hijau. Refleks dia memacu sepeda motornya, hingga sedikit mengagetkan puterinya.Diawal pacuan sepeda motor tersebut, ada rasa malu pada pengendara lainnya, namun hal itu dia tepis dengan membiarkan kendaran2 lain mendahuluinya.
Kesadaran kedua muncul berbentuk rasa malu pada puterinya sendiri. Untuk yang satu ini, dia tak bisa menghapus begitu saja dalam sekejap. Dalam kecepatan rendah, dia mencoba membangun thema yang sekiranya bisa mengalihkan suasana kebathinannya. Lagi-lagi kesadaran moral sebagai seorang ayah membekukan kreativitasnya untuk menciptakan iklim baru di moment jalan sore-sore dengan puteri kesayangannya.
Di tengah kekalutan itu..dia di kejutkan pertanyaan polos puterinya yang masih SD kelas 02.." Pah...kalau aku sudah besar, terus pakai celana pendek dan kaos ketat seperti 2 (dua) cewek tadi, bagus ndak Pa???....
Bagai disambar petir...tiba2 dia seperti kehilangan kendali dan kemudia reflek mengarahkan sepeda motornya ke pinggir dan berhenti sejenak. Dia peluk erat anaknya dan tak sadar dia meneteskan air mata. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan baru dari anaknya, "mengapa papah menangis..???". Di dekapnya lagi anaknya dengan penuh kasih sayang, dia cium keningnya, kemudian dia berkata, "papah minta maaf ya, tadi papah juga memandangi kedua gadis itu sampai lupa kalau lampu sudah hijau". Kemudian dia mekanjutkan kalimatnya..."kalau kamu besar, kamu ndak boleh berpakaian seperti itu, coba bayangin kalau kamu berpakaian seperti itu terus jatuh dari sepeda motor, kan kaki, tangan kamu bisa luka semua, bisa lebih parah ketimbang kamu berpakaian celana dan lengan panjang,iya nggak..???. Puterinya menjawab, "ia juga ya pah...".
Kemudian dia mengajak anaknya kembali melanjutkan perjalanan, puterinya mengiyakan dan bergegas naik kembali ke sepeda motor. Dia terkaget sekali lagi dengan celetukan puterinya saat menaiki motor..."lagian juga pakaian gitu kan bisa buat Tuhan ndak suka, ia kan pah???....
Dia pura2 tidak mendengar celetukan berbau tanya itu. Namun, celetukan itu telah mengundang air matanya untuk kedua kali. Namun kali ini berbentuk air mata rasa syukur yang luar biasa atas kualitas celetukan puterinya. Ditengah kekhawatiran yang selalu terpendam akan masa depan puterinya yang tumbuh dan besar di zaman yang serba modern dan bebas seperti saat ini, celetukan itu sangat menghibur bathinnya dan mendatangkan rasa tenang menatap masa depan puetrinya.
Dia pacu kendaraannya sedikit lebih cepat karena mendung di sore itu sepertinya akan segera berubah jadi hujan.
"SEMOGA MENGINSPIRASI PEMBACA"..AMIN...
Sepeda motor itu berwana merah dan di tumpangi 2 (dua) gadis cantik berkaca mata hitam,mengenakan celana pendek,baju kaos ketat, rambut di biarkan terurai lepas dan tidak mengenakan helm. Kebetulan warna pakaian kedua gadis itu cerah sehingga sangat mencolok dan mengundang perhatian di tengah kerumunan kendaraan yang sama2 berhenti karena lampu merah, khususnya dari kaum lelaki yang tak mampu mengendalikan nalurinya, tak terkecuali sang ayah muda.
Sang Ayah muda lupa kalau sedang bersama puterinya, naluri kelelakian mengggodanya untuk menikmati pandangan yang ada di samping depannya. Sebuah pemandangan indah yang menggiring Sang Ayah muda terjebak pada keliaran ber-andai. Sekejap, puterinya juga ikut memandangi kedua gadis cantik nan seksi itu. Di luar pengetahuannya, puterinya juga melihat ketika sang ayah tertegun pada pandangan indah, seolah terlibat dalam cengkrama ke dua gadis cantik itu ketika lampu merah sedang berlangsung.
tinnnnnn.....tiiiiiinnnnnn...tiba2 dia di kagetkan oleh suara klakson dari beberapa kendaraan di belakang dan menyadarkan dia bahwa lampu merah telah berubah lampu hijau. Refleks dia memacu sepeda motornya, hingga sedikit mengagetkan puterinya.Diawal pacuan sepeda motor tersebut, ada rasa malu pada pengendara lainnya, namun hal itu dia tepis dengan membiarkan kendaran2 lain mendahuluinya.
Kesadaran kedua muncul berbentuk rasa malu pada puterinya sendiri. Untuk yang satu ini, dia tak bisa menghapus begitu saja dalam sekejap. Dalam kecepatan rendah, dia mencoba membangun thema yang sekiranya bisa mengalihkan suasana kebathinannya. Lagi-lagi kesadaran moral sebagai seorang ayah membekukan kreativitasnya untuk menciptakan iklim baru di moment jalan sore-sore dengan puteri kesayangannya.
Di tengah kekalutan itu..dia di kejutkan pertanyaan polos puterinya yang masih SD kelas 02.." Pah...kalau aku sudah besar, terus pakai celana pendek dan kaos ketat seperti 2 (dua) cewek tadi, bagus ndak Pa???....
Bagai disambar petir...tiba2 dia seperti kehilangan kendali dan kemudia reflek mengarahkan sepeda motornya ke pinggir dan berhenti sejenak. Dia peluk erat anaknya dan tak sadar dia meneteskan air mata. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan baru dari anaknya, "mengapa papah menangis..???". Di dekapnya lagi anaknya dengan penuh kasih sayang, dia cium keningnya, kemudian dia berkata, "papah minta maaf ya, tadi papah juga memandangi kedua gadis itu sampai lupa kalau lampu sudah hijau". Kemudian dia mekanjutkan kalimatnya..."kalau kamu besar, kamu ndak boleh berpakaian seperti itu, coba bayangin kalau kamu berpakaian seperti itu terus jatuh dari sepeda motor, kan kaki, tangan kamu bisa luka semua, bisa lebih parah ketimbang kamu berpakaian celana dan lengan panjang,iya nggak..???. Puterinya menjawab, "ia juga ya pah...".
Kemudian dia mengajak anaknya kembali melanjutkan perjalanan, puterinya mengiyakan dan bergegas naik kembali ke sepeda motor. Dia terkaget sekali lagi dengan celetukan puterinya saat menaiki motor..."lagian juga pakaian gitu kan bisa buat Tuhan ndak suka, ia kan pah???....
Dia pura2 tidak mendengar celetukan berbau tanya itu. Namun, celetukan itu telah mengundang air matanya untuk kedua kali. Namun kali ini berbentuk air mata rasa syukur yang luar biasa atas kualitas celetukan puterinya. Ditengah kekhawatiran yang selalu terpendam akan masa depan puterinya yang tumbuh dan besar di zaman yang serba modern dan bebas seperti saat ini, celetukan itu sangat menghibur bathinnya dan mendatangkan rasa tenang menatap masa depan puetrinya.
Dia pacu kendaraannya sedikit lebih cepat karena mendung di sore itu sepertinya akan segera berubah jadi hujan.
"SEMOGA MENGINSPIRASI PEMBACA"..AMIN...
Posting Komentar
.